Sabtu, 25 April 2015

Rindu

Siang malam berlalu
masih tetap sama
dan sedikit hampa
tapi ada rasa yang menyesak
Rindu

Menyiksa tapi menyenangkan
berusaha lari tapi akhirnya kembali lagi
tak bisa dihindari

Dan rindu itu bagai seabad rasanya
meluap-luap dan ingin meledak

Melihat siluet samar dibawah temaram sinar bulan
membuat rindu ini menjadi selimut hangat
yang memeluk mesra hati yang beku
membeku karena Rindu

Puisi By : Juli Pandia
     


Rabu, 22 April 2015

Sore

Matahari mulai memperlihatkan sinar lembutnya
yang melai menguning menerpa dedauanan hijau
bunga-bunga tersenyum manja
kupu-kupu dan capung berkejaran diantara hembusan angin

Irama kepakan sayap burung-burung yang berterbangan menuju sarang
menambah syahdu suasana
dan menghilangkan lelah yang mendera
para pencari nafkah yang juga ingin pulang
menuju istana dan orang-orang tercinta

Matahari semakin memancarkan cahaya nan teduh
yang semakin menjingga dan memerah
indah

By : Juli Pandia
       
       

Selasa, 21 April 2015

Ekspedisi Sinabung

Di awal tahun kemarin, aku dan keluarga ku pergi ke Berastagi untuk menjenguk paman yang sedang sakit. Kami berangkat hari sabtu pagi, sekitar jam 6 pagi. Kami dua kali menaiki mini bus. Dari kampung ku menuju Medan dan kami turun di terminal Pinang Baris. Dan dari terminal Pinang Baris kami menaiki mini bus lagi ke Berastagi.
Perjalanan cukup menyenangkan dan juga mendebarkan. Karena dari Medan ke Berastagi jalannya menanjak. Karena Berastagi kan dataran tinggi. Ditambah lagi jurang dan tebing di kanan kiri jalan. Karena memang daerah perbukitan dan gunung. Tikungan tajam juga begitu banyak disepanjang jalan dan sedikit turunan. Jantung ku jadi berdetak lebih kencang saking takutnya. Karena pak sopir yang ngebut dan suka menyalib kendaraan yang ada didepannya. Haduh, aku cuma bisa berdoa agar kami bisa selamat sampai ditempat. 
Suhu udara Berastagi memang masih dingin, tapi tidak sedingin dulu, karena banyak pohon yang ditebangi untuk lahan pertanian dan pembangunan untuk tempat wisata dan hotel/penginapan, yang semakin luas dan bertambah.
Hujan abu juga masih turun selama perjalanan. Karena memang gunung Sinabung belum pulih betul, dan masih menyemburkan debu vulkaniknya. Dan pemandangan pun menjadi abu-abu, ditambah lagi kabut yang menyelimuti, udah kayak  musim dingin diluar negeri, hihi.
Setelah menempuh perjalanan selama 3 jam, akhirnya kami sampai juga dengan selamat. Alhamdulillah.
  •    Pemandangan Jalanan Menuju Berastagi





  • Walaupun hari cerah, tapi banyak kabutnya. Kayak diluar negeri ya suasananya









Sesampainya di rumah Bibi ku, kami pun langsung beristirahat. Mengobrol bersama Paman dan Bibi sambil menikmati kue tahun baru. Karena mereka beragama Kristen, jadi kemarin mereka merayakan natal dan tahun baru, jadi masih ada banyak kue dirumahnya. 
Setelah itu kami makan siang. Kemudian sepupu ku mengajak ku untuk berjalan-jalan ke salah satu Pasar yang ada di pusat kota Berastagi. Aku lupa nama Pasarnya. Di Pasar itu menjual segala jenis barang. Mulai dari pakaian, sandal, sepatu, makanan, minuman, aksesoris, kebutuhan rumah tangga dan dapur, sayur-sayuran, buah-buahan dan bunga segar, itu sudah pasti. Karena  Berastagi terkenal dengan sayur dan buah segarnya, juga kebun bunga dimana bunga-bunga itu dijual keluar daerah. Sayangnya aku tidak membawa kamera ku, jadi ga bisa motret suasana pasar terutama memotret bunga-bunga segar dan cantik ada dijual di pasar.
Kemudian kami ke pasar yang ada di Lantai dua. Selain pasar yang ada biasa memakai tenda atau dengan bangunan atau toko kecil, ada juga pasar yang dibangun sedikit lebih modern dengan dua lantai. Disana menjual pakaian bekas atau disebut monja/loak. Kualitas oke tapi harganya heemmm, lumayan mahal. Tapi sesuai lah dengan kualitas yang bagus. Dan aku membeli beberapa baju. 

Setelah puas berkeliling, kami pun segera pulang karena hari sudah sore ditambah lagi gerimis. Ada pemandangan yang berbeda yang kulihat. Ya, sudah banyak warga Berastagi yang berhijab. Awalnya aku kira yang berhijab cuma wisatawan saja. Tapi saat aku lihat para pedagang banyak yang memakai jilbab, anak-anak sekolah, sekolah umum dan bukan sekolah Islam, para penduduk yang pergi ke ladang dan banyak lagi. Alhamdulillah, ternyata Allah telah memberi hidayah dihati para muslimah Berastagi. 

Rencanaya kami ingin berjalan-jalan ke rumah saudara yang lainnya dan ke tempat wisata lainnya. Berhubung hujan dan cuaca super dingin, jadi semua dibatalkan. Apalagi niat  untuk melihat gunung Sinabung di malam hari juga gagal. Karena saudaara ku bilang, dimalam hari percikan lava Sinabung terlihat jelas seperti kembang api. Dan rencananya esok pagi kalau cuaca cerah, kami akan pergi melihat gunung Sinabung dari dekat.

Pagi hari saat aku keluar rumah. Ku lihat jalanan penuh debu, begitu juga saat aku melihat seng/genteng dari jendela dilantai dua rumah bibi ku, dipenuhi debu. Ternyata tadi malam hujan turun bercamour dengan debu vulkanik gunung sinabung. Dan katanya jika hujan turun, maka aktifitas gunung jadi lebih meningkat dan hujan abu semakin parah. Tapi untung lah cuaca cerah dan matahati bersinar cerah, dan kami pun jadi berangkat melihat gunung sinabung dari dekat.

  • Debu Vulkanik Gunug Sinabung diatas genteng





  • Sepasang Merpati menikmati sinar mentari pagi


  • Bunga-Bunga terkena debu sinabung

Kebetulan tetangga bibi ku adalah seorang sopir angkutan umum, dan karena dia beragama kristen jadi hari minggu dia libur untuk beribadah ke gereja. Dan bibi ku meminjam angkotnya untuk kami gunakan pergi menuju Gunung Sinabung.
  • Bapak ku sudah bersiap didalam angkot

Setelah semuanya naik ke atas angkot. Kami pun berangkat. Aku tidak mau memakai jaket, karena aku merasa cuaca cerah dan hangat. Walau Bapak dan Mamak ku memaksa ku, tapi aku tidak mau. Kami pun menikmati perjalanan. Banyak sekali wisatawan yang berlibur terlihat sepanjang jalan. Komunitas Sepeda juga banyak yang lagi gowes. Sado/Delman berpacu dijalan. Dengan kuda gagah dan manis karena dihias. Aku pengen naik, tapi ga sempat karena siang kami harus segera kembali pulang. Aku juga tidak sempat memotret si kuda, hihi. 
Padahal aku ingin sekali berkunjung ke tempat wisata lainnya yang ada di Berastagi. Seperti ke Gundaling, puncaknya Sumatera Utara. Ya, kalau di bandung punya Puncak maka di Sumatera Utara kami juga punya Puncak yaitu Gundaling. Aku juga pengen ke pemandian air panas Debuk-Debuk, ke Air Terjun Si Piso-Piso, Penatapan yaitu tempat santai makan jagung rebus dan bakar di pinggir jurang dan dibawahnya ada sungai dengan pemandangan indah dan banyak monyet disana. Dan banyak lagi tempat wisata yang ingin aku kunjungi tapi sayangnya tidak bisa karena waktu kami tidak cukup, sehabis makan siang kami harus segera pulang dan besok aku harus kembali bekerja. 
Dan kami pun mulai melewati desa-desa. Di kanan dan kiri kebun buah dan sayur terhampar. Hijau dan nyaman. Namun debu vulkanik yang turun bersama hujan tadi malam, debu-debu itu pun masuk kedalam angkot dan kebetulan aku duduk dipinggir pintu supaya bisa menikmati pemandangan dengan bebas, jadi debu-debu vulkanik menempel di baju dan masuk ke mata ku. Lama kelamaan terasa dingin juga cuacanya. Walau matahari cerah tapi angin yang lumayan kencang karena aku duduk dipinggir pintu, membuat ku kedinginan. Itulah karena tak mendengar nasehat orang tua yang menyuruh ku memakai jaket tadi.
Perjalanan sekitar 20 km dan memakan waktu sekitar setengah jam lebih. Dan gunung sinabung pun mulai tampak. Aku begitu takjub melihatnya. Ternyata sebagian besar Gunung Sinabung sudah gundul karena habis terbakar lava pijar. Dan ternyata Awan panas kembali terjadi terihat awan gelap yang keluar dari atas pucuk Gunung Sinabung dan arahnya menuju kota Berastagi. Aku terus memotret dan merekam lewat kamera digital ku.
Tak terasa kami sudah tiba ditempat untuk melihat Gunung Sinabung. Tepatnya di desa Tiga Pancur. Ternyata di tempat itu banyak berdiri warung-warung untuk kita bersantai menikmati Gunung Sinabung. Karena memang dari tempat itu yang paling strategis dan aman untuk melihat Gunung Sinabung. Kalau lebih dekat tidak dibolehkan, karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti luncuran awan panas yang secara tiba-tiba yang dapat membahayakan. Dari tempat kami berdiri kira-kira 5 Km ke Gunung Sinabung. Dari warung itu terlihat jelas didepan kita Gunung Sinabung berdiri dengan gagahnya. Dengan awan panas dan asap yang terus keluar dari puncaknya. Ternyata saat pertama kali turun dari angkot suaca terasa begitu panas dan menyengat. Padahal tadi dingin. Apa mungkin akibat efek dari luncuran awan panas tadi, sehingga membuat cuaca menjadi panas. Namun kemudian cuaca kembali normal. Kami pun tak melewatkan kesempatan mengabadikan Gunung Sinabung dalam kamera digital dan kami juga berphoto dengan latar Gunung Sinabung. 
Aku terus menikmati pemandangan ini. Aku senang sekali karena akirnya bisa melihat Gunung Sinabung dari dekat. Padahal selama ini hanya melihat Gunung Sinabung dan awan panasnya dari televisi saja. 
Bencana alam Gunung Sinabung ini memang sudah 5 tahun lamanya. Tepatnya ditahun 2010 saat bulan Ramadhan, Gunug Sinabung kembali aktif setelah 400 tahun tertidur panjang. Sampai sekarang Sinabung terus meluncurkan awan panas dan lava pijar juga banjir lahar dingin. Ribuan orang mengungsi karena desa mreka banyak yang terbakar dan tidak aman lagi ditinggali. banyak korban jiwa, banyak kebun dan ladang yang habis terbakar menyebabkan warga kehilangan matapencaharian dan kerugian yang besar. Bantuan dari pemerintah dan dari pihak dermawan lainnya memang sedikit membantu tapi tidak bisa menyelesaikan masalah yang mereka hadapi selama bertahun-tahun. Kita doakan semoga bencana ini segera berakhir. Dan warga Tanah Karo bisa kembali hidup tenang tanpa ketakutan dengan ancaman Gunung Sinabung. Dan mereka bisa kembali bertani dengan hasil yang lebih banyak, karena tanah mereka jauh lebih subur akibat siraman dari debu dan letusan Gunug Sinabung.

  • Gunnung Sinabung yang ditutupi awan yang berterbangan disekitarnya




  • Hampir separuh badan Gunung Sinabung habis terbakar akibat letusannya



  • Sebagian Pepohonan di Gunung Sinabung berubah warna jadi abu-abu karena debu vulkanik


  • Puncak Gunung Sinabung yang mengeluarkan asap dan awan panas









  • Pemandangan jalanan menuju kaki Gunung Sinabung

  • Rerumputan dan Bunga liar yang cantik




  • Berphoto dengan latar Gunung Sinabung






  • Santai di warung sambil menikmati pemadangan Gunung Sinabung






  • Jalan yang berkelok-kelok
  • Bunga Rumput seperti terompet
  • Seperti Bunga Dandelion




Setelah puas menikmati pemandangan Gunung Sinabung, kami pun menuju kebun jeruk milik Paman ku. Memetik jeruk untuk oleh-oleh kami kembali pulang nanti. Ternyata disepanjang perjalanan kami, disemua tempat yang dilewati penuh debu. Rumah-rumah, kebun, pepohonan berubah warna menjadi abu-abu akibat awan panas yang terjadi tadi pagi saat perjalanan kami menuju Gunung Sinabung tadi.
Sampai di kebun jeruk Paman ku. Kebunnya sudah dipenuhi debu. Buah Jeruknya pada berdebu. Tapi aku langsung saja memetik dan menyantapnya walau ada debu yang menempel, hehe. Tubuhku juga ikutan berdebu, jadi ikutan terkena debu vulkannik Sinabung.
Terasa nikmat dan segar buah jeruknya. Apalagi langsung petik, rasanya ingin ku makan semuanya, rakus, haha. Setelah puas makan jeruk, kembali berphoto. Setelah buah jeruk sudah banyak dipetik. Saatnya kembali ke rumah paman. Dengan tubuh kami yang berdebu.















Setelah makan siang dan shalat dzuhur, lalu berpamitan dengan Pama, Bibi, dan sepupuku. Kami pun kembali pulang ke rumah. Sepupuku mengantarkan kami menuju terminal bus. Dan setelah bus datang dan kami pun berangkat.
Sepanjang jalan terlihat banyak orang-orang yang masih berlibur dan banyak juga  yang sudah pulang. Sehingga jalan raya dipenuhi dengan orang-orang yang berkendaraan roda dua dan roda empat.
Perjalanan pulang lebih banyak menurun dan sesekali menanjak. Ya, karena Kabupaten Karo kan datran tinggi, jadi dari berastagi menuju medan yang dataran rendah, perjalanan menurun.
Dan yang tidak aku sukai adalah pak sopir yang suka ngebut dan salib sana sini bahkan nyaris menbrak pengendara motor. Rasanya perjalanan menuju Berastagi dan pulang dari Berastagi seperti naik roller coster, deg-degan, buat takut dan panik. Haduh, jantung ku rasanya mau nyopot dan banyak berdoa moga sampai di rumah dengan selamat.
Sampai dirumah kami sekitar jam 8 malam. Badan lelah tapi hati bahagia dan langsung makan buah jeruk biar kembali segar, haha.