Memang kota kecilnya termasuk dan dikenal sebagai kota yang religi. Walau banyak juga orang-orang yang jahat, tapi orang-orang yang baik jauh lebih banyak. Dan bisa dilihat dari para muslimahnya, yang hampir 90% berkerudung/berhijab. Dan banyak juga aktifitas keagamaan yang sering dilakukan dan dimenangkan oleh penduduk kota kami. Dan memang orang-orang dikampung ku tingkat tolersansi dan tolong-menolongnya masih tinggi. Jadi saat melihat ada orang-orang yang butuh bantuan, apalagi saudara sesama muslim, langsung ditolong.
Dengan rasa persaudaraan sesama muslim dan rasa kemanusiaan. Maka warga Muslim Rohingya segera diselamatkan. Warga sekitar pelabuhan/dermaga berbondong-bondong datang menolong. Mereka dikabarkan sudah berhari-hari atau bermingu-mingu terombang ambing ditengah laut. Mereka mencari tempat berlindung. Hingga akhirnya kapal mereka pecah dan sebagian dari mereka ada yang meninggal dan terdampar di daerah lain. Bahkan beberapa minggu yang lalu, sekitar 800 orang Muslim Rohingya ditemukan di perairan aceh dan segera di selamatkan oleh maasyarakat aceh.
Keadaan mereka saat ditemukan sangat mengenaskan dan memprihatinkan. Tubuh mereka sangat kurus, lemah bahkan banyak yang pingsan, tubuh luka-luka dan patah, dan banyak yang tidak lagi menggunakan busana atau pakaian seadanya, karena kapal mereka pecah dilaut. Setelah diberi makan, mandi dan diberikan pakaian oleh masyarakat. Mereka dibawa ke kantor kecamatan Pangkalan Susu dan mereka yang terluka dibawa ke puskesmas.
Sudah memjadi pemberitaan sejak lama mengenai kasus tragedi pembantaian umat Muslim Rohingya. Menurut sejarah, umat Muslim Rohingya sudah ada sejak tahun 7 masehi jauh sebelum negara Mianmar/Burma ada. Nama kerjaan mereka adalah Arakan. Setelah burma masuk dan menyerang mereka, kemudian burma dikuasai oleh inggris dan setelah burma merdeka, Sejak itu pula Burma/Mianmar tidak mengakui bahwa warga Muslim Rohingya. Mereka dianggap tidak memeliki negara dan tidak masuk ke dalam negara burma/mianmar atau negara manapun. Mereka terus dibantai oleh tentara militer, etnis burma dan budha, negara tidak perduli dan menyetujui pembantaian. Mereka dianggap penganggu, warga ilegal dan tidak diberikan bantuan apapun dan disusah kan dalam segala urusan. Bahkan pemerintah mianmar menawarkan bagi negara mana saja yang mau menampung mereka. Dan tragedi demi tragedi pembantaian terus berlangsung. Dari dulu sampai sekarang. Sudah ribuan umat muslim yang dibantai dan dibunuh. Di perkosa, rumah mereka dibakar dan hidup mengungsi atau melarikan diri seperti yang dilakukan oleh warga Muslim Rohingya yang kini ada di kampung ku.
Sebagai umat Muslim sudah kewajiban kita untuk membantu. Dengan doa, tenaga dan usaha. Terutama umat Muslim diseluruh dunia. Agar segera menolong saudara mereka, yang teertinda demi mempertahankan agamanya. Karena memang selama ini kasus penindasan Muslim Rohingya seperti dianggap sebelah mata oleh dunia. Kasusnya tak terlalu digubris dan dibiarkan saja. Padahal kasus ini sudah berlangsung ratusan tahun silam. Dan aku berharap, semoga pemerintah Indonesia bertindak tegas, dan menjadikan mereka sebagai warga negara Indonesia yang resmi, agar hidup mereka tidak terancam lagi.
Aku dan Mamak ku sore tadi menuju puskesmas dan kantor camat untuk melihat mereka secara langsung. Siangnya Bapak ku sudah kesana. Baru kali ini aku menyaksikan secara langsung, karena selama ini hanya tahu beritanya dari televisi. Dan dari dulu aku berharap bisa membantu dan berharap mereka datang dan ditolong pemerintah Indonesia, karena memang nasib mereka sungguh tragis dan menyedihkan, Kami dan orang-orang yang datang menitikkan air mata melihat keadaan mereka. Yang terbaring lemah karena sudah lama tidak makan, terombang-ambing dilaut, teraniaya dan luka-luka yang serius. Mereka dan kami memang tidak mengerti bahasa masing-masing, hanya dengan isyarat tapi saling mengerti. Mereka memperagakan luka-luka mereka akibat penganiayaan dan akibat kapal mereka yang pecah. Memang ada beberapa diantara mereka yang mengerti sedikit bahasa inggris dan melayu. Karena mereka memang orang-orang bangladesh. Dan sebab itu juga yang menyebabkan burma/mianmar benci pada mereka, karena mereka dianggap imigran bangladesh yang masuk ke mianmar, walau mereka sudah ratusan tahun lalu menetap disana.
Dan aku juga ibu ku sempat ngobrol dengan mereka. Aku berbicara dengan seorang Bapak yang sedikit mengerti kata-kata ku, dia bilang dia merasa sakit. Juga dengan gadis muda yang usianya sekitar 14 atau 15 tahun, aku salami mereka dan mengcapkan Assalamualaykm, dia membalas dan saat ku tanya bisa bahasa melayu ? dia bilang burma burma, mungkin maksudnya dia dari burma/mianmar dan hanya bisa bahasa itu.
Tapi raut bahagia terpancar dari wajah mereka, walau menahan sakit dan ada rasa takut. Ya, mereka bahagia karena terdampar di negara yang mayoritas Muslim, diselamatkan oleh saudar mereka sesama Muslim yang baik dan ramah, penuh perhatian dan memberi semangat dan pertolongan. Dan memang di kampung ku baik Muslim dan NonMuslim saling membantu.
Kami memberikan sedikit sumbangan. Dan banyak lagi masyarakat yang memberi bantuan baik uang, pakaian dan makanan. Tenda pengungsian juga sudah dibangun oleh Polisi dan TNI. Dan rencananya mereka akan diberangkat kan ke Medan pada hari senin menuju kantor imigrasi. Semoga pemerintah memberikan ijin untuk mereka agar bisa tinggal dan menjadi warga negara Indonesia, agar mereka bisa hidup lebih tenang.
- Ini lah para Pengungsi Muslim Rohingya yang berada di Puskesmas, terbaring lemah tak berdaya dengan banyak luka dan ada diantara yang sudah tua
- Petugas Kesehatan Sedang Mengobati Luka
- Para pemuka agama Islam datang mengujungi warga Muslim Rohingya, memberi semangat dan doa, dan mereka pun tak kuasa menahan tangis haru
- Polisi dan TNI Mendata warga Muslim Rohingya
- Banyak masyarakat yang datang melihat dan memberi bantuan, doa, semangat dan mengobrol walau dengan bahasa isyarat
- Tenda untuk dapur memasak dan pasokan makanan dan air diturunkan dari Kementrian Sosial RI juga BPBD, PMI kabupaten Langkat juga para petugas dan relawan
- Pakaian milik para pengungsi
- Polisi dan TNI kembali mendata pengungsi yang sehat, karena dikabarkan ada pengungsi yang kurang
- Hanya sedikit pengungsi wanita dan anak-anak
- Tenda yang dibangun oleh Polisi