Sudah jelas bahwa hari valentine itu adalah hari yang mengandung unsur perayaan ke agamaan yang mengatas namakan cinta. Namun banyak sekali orang-orang yang menganggapnya sekedar hari perayaan biasa.
Padahal hari valentine itu awalnya adalah perayaan agama menyembah dewa/berhala dan pemuja setan/paganisme. Kemudian saat kemunculan agama keristen maka dijadikan sebagai upacara untuk mengenang pastur/pendeta mereka. Namun tidak semua umat keristen mau merayakan dan mengatakan itu sebagai perayaan agama. Karena menurut mereka sejarah yang kurang jelas dan banyak alasan lainnya. Teman-teman bisa mencari di google situs dan website milik umat kristen atau milik pendeta kristen yang melarang merayakan hari valentine. Jadi, kenapa justru kita umat muslim yang tak ada sangkut paut dengan urusan agama kita kok malah ikut-ikutan?!Naudzubillah
Selain itu, hari valentine sebenarnya dijadikan sebagai ladang bisnis. Dimana para pengusaha mengambil kesempatan dan keuntungan dalam hal ini. Entah dari mana awalnya, tradisi memberi coklat, bunga, kado dan kartu valentine berasal. Dan para pengusaha mengambil kesempatan dan semakin mempromosikan dan merayu orang-orang dengan kata-kata manis, bahwa hari vakentine wajib memberi kado, coklat atau bunga. Apalagi menurut survei bahwa perayaan valentine merupakan perayaan terbesar kedua setelah perayaan natal, yang dirayakan diseluruh dunia. Mereka para pengusaha menjual coklat, bunga, boneka, kartu valentine, dan berbagai souvenir, aksesoris dan pernak-pernik lainnya yang berbau cinta. Para pengusaha menjadikan moment ini sebagai peluang bisnis yang sangat menguntungkan. Lihatlah disemua tempat terutama dipusat perbelanjaan menjelang hari valentine semua dihiasi dengan warna merah jambu, bentuk love/hati, bunga-bunga, coklat, kartu valentine, dan berbagai aksesoris yang berhubungan dengan valentine terlihat membanjiri.
Dan yang paling parah, ternyata hari valentine menjadi pesta seks. Dimana para kekasih yang belum halal, sudah berani melakukan hubungan suami istri sebagai bentuk bukti cintanya pada pasangannya. Sungguh miris bukan, hari yang katanya sebagai bukti kasih malah menjadi hari seks bebas. Karena memang dijaman romawi kuno perayaan lupercalia adalah perayaan tentang kesuburan dan banyak pesta seks didalamnya.
Memang begini lah cara-cara orang kafir untuk merusak iman kita umat muslim. Melalui teknologi, budaya, dan semua aspek. Apalagi budaya barat mulai dari gaya hidup, pakaian dan semua tingkah laku mereka yang negatif justri diikuti dan di agungkan, dianggap benar dan modern. Malah tuntunan Rasulullah, Al-Qur'an, Hadist dan semua ajaran islam malah dianggap kuno dan tak sesuai dengan kemajuan zaman. Astaghfirullah
Berikut ini aku lampirkan artikel-artikel yang membahas tentang hari valentine, sejarahnya dan haramnya perayaan valentine bagi umat muslim juga ada larangan merayakan valentine bagi umat kristen. Artikel ini aku ambil dari wikipedia dan situs-situs dan website-website islam juga website kristen.
Sejarah Hari valentine (Sumber Wikipedia)
Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine's Day) atau disebut juga Hari Kasih Sayang, pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat.
Hari raya ini sekarang terutama diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk "valentines". Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap. Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu miliar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Di Amerika Serikat mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu diperluas dan termasuk pula pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan.
Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius. Sebenarnya Valentine itu merupakan hari Percintaan, bukan hanya kepada pacar ataupun kekasih, Valentine merupakan hari terbesar dalam soal Percintaan dan bukan berarti selain valentine tidak merasakan cinta.
Di Amerika Serikat hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum cinta platonik "Happy Valentine's", yang bisa diucapkan oleh pria kepada teman wanita mereka ataupun teman pria kepada teman prianya dan teman wanita kepada teman wanitanya.
Sejarah
Perayaan Kesuburan bulan Februari
Asosiasi pertengahan bulan Februari dengan cinta dan kesuburan sudah ada sejak dahulukala. Menurut tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahansuci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengahtelanjang dan berpakaian kulit kambing. Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Terutama wanita-wanita muda akan maju secara sukarela karena percaya bahwa dengan itu mereka akan dikarunia kesuburan dan bisa melahirkan dengan mudah.
Hari Raya Gereja
Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda:
- seorang pastor di Roma
- seorang uskup Interamna (modern Terni)
- seorang martir di provinsi Romawi Africa.
Koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus.[3] Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal usulnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Valentinius
Guru ilmu Gnostisisme yang berpengaruh Valentinius, adalah seorang calon uskup Roma pada tahun 143. Dalam ajarannya, tempat tidur pelaminan memiliki tempat yang utama dalam versi Cinta Kasih Kristianinya. Penekanannya ini jauh berbeda dengan konsep... dalam agama Kristen yang umum. Stephan A. Hoeller, seorang pakar, menyatakan pendapatnya tentang Valentinius mengenai hal ini: "Selain sakramen permandian, penguatan, ekaristi, imamat dan perminyakan, aliran gnosis Valentinius juga secara prominen menekankan dua sakramen agung dan misterius yang dipanggil "penebusan dosa" (apolytrosis) dan "tempat pelaminan"..."
Era abad pertengahan
Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada abad ke-14. Ia menulis di cerita Parlement of Foules (Percakapan Burung-Burung) bahwa
-
- For this was sent on Seynt Valentyne's day ("Untuk inilah dikirim pada hari Santo Valentinus")
- When every foul cometh there to choose his mate ("Saat semua burung datang ke sana untuk memilih pasangannya")
Pada zaman itu bagi para pencinta sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari ini dan memanggil pasangan mereka "Valentine" mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon merupakan bagian dari koleksi pernaskahan British Library di London. Kemungkinan besar banyak legenda-legenda mengenai santo Valentinus diciptakan pada zaman ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:
- Sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (orang suci dalam ajaran Katolik), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis, "Dari Valentinusmu".
- Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka.
Pada kebanyakan versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran sebagai martir.
Hari Valentine pada era modern
Hari Valentine kemungkinan diimpor oleh Amerika Utara dari Britania Raya, negara yang mengkolonisasi daerah tersebut. Di Amerika Serikat kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 - 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. (Semenjak tahun 2001, The Greeting Card Association setiap tahun mengeluarkan penghargaan "Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary".)
Tradisi Hari Valentine di negara-negara non-Barat
Di Jepang, Hari Valentine sudah muncul berkat marketing besar-besaran, sebagai hari di mana para wanita memberi para pria yang mereka senangi permen cokelat. Namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada para teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Lalu berkat usaha marketing lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut “Hari Putih”(White Day) muncul. Pada hari ini (14 Maret), pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine diharapkan memberi sesuatu kembali.
Di Taiwan, sebagai tambahan dari Hari Valentine dan Hari Putih, masih ada satu hari raya lainnya yang mirip dengan kedua hari raya ini ditilik dari fungsinya. Namanya adalah "Hari Raya Anak Perempuan" (Qi Xi). Hari ini diadakan pada hari ke-7, bulan ke-7 menurut tarikh kalender kamariyah Tionghoa.
Merayakan Valentine Day, Berarti Ikut Menuhankan Yesus
(sumber : http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/merayakan-valentine-day-berarti-ikut-menuhankan-yesus.htm)
Dihari-hari in sesekali pergilah ke mall atau supermarket besar yang ada di kota Anda. Lihatlah interior mall atau supermarket tersebut. Anda pasti menjumpai interiornya dipenuhi pernak-pernik—apakah itu berbentuk pita, bantal berbentuk hati, boneka beruang, atau rangkaian bunga—yang didominasi dua warna: pink dan biru muda.
Dan Anda pasti mafhum, sebentar lagi kebanyakan anak-anak muda seluruh dunia akan merayakan Hari Kasih Sayang atau yang lebih tenar distilahkan dengan Valentine Day.
Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan. Karena di hari itu, 14 Februari, mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai atau disayanginya, terutama kekasih. Valentine Day memang berasal dari tradisi Kristen Barat, namun sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali negeri-negeri Islam besar seperti Indonesia.
Sayangnya, tidak semua anak-anak remaja memahami dengan baik esensi dari Valentine Day. Mereka menganggap perayaan ini sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali berbeda.
Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan semacamnya sedikit pun tidak mengandung muatan religius. Sedangkan Valentine Day sarat dengan muatan religius, bahkan bagi orang Islam yang ikut-ikutan merayakannya, hukumnya bisa musyrik, karena merayakan Valentine Day tidak bisa tidak berarti juga ikut mengakui Yesus sebagai Tuhan. Naudzubilahi min Dzalik. Mengapa demikian?
SEJARAH VALENTINE DAY
Sesungguhnya, belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku ‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara detil. Inilah salinannya:
Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.
Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa.
Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.
Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata.
Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.
TRADISI KIRIM KARTU
Selain itu, tradisi mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan Santo Valentine. Pada tahun 1415 M, ketika Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada isterinya di Perancis.
Oleh Geoffrey Chaucer, penyair Inggris, peristiwa itu dikaitkannya dengan musim kawin burung-burung dalam puisinya.
Lantas, bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” yang sampai sekarang masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan langsung oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger mengatakan kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan arti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.
Disadari atau tidak, demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi “To be my Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger, karena meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.
Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia begitu rupawan sehingga diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya sendiri pun tertarik sehingga melakukan incest dengan anak kandungnya itu!
Silang sengketa siapa sesungguhnya Santo Valentine sendiri juga terjadi di dalam Gereja Katolik sendiri. Menurut gereja Katolik seperti yang ditulis dalam The Catholic Encyclopedia (1908), nama Santo Valentinus paling tidak merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, yakni: seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Afrika. Koneksi antara ketiga martir ini dengan Hari Valentine juga tidak jelas.
Bahkan Paus Gelasius II, pada tahun 496 menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui secara pasti mengenai martir-martir ini, walau demikian Gelasius II tetap menyatakan tanggal 14 Februari tiap tahun sebagai hari raya peringatan Santo Valentinus.
Ada yang mengatakan, Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk menandingi hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus di Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Jenazah itu kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836.
Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi di dalam gereja. Pada hari itu, sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta. Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 dengan alasan sebagai bagian dari sebuah usaha gereja yang lebih luas untuk menghapus santo dan santa yang asal-muasalnya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena hanya berdasarkan mitos atau legenda. Namun walau demikian, misa ini sampai sekarang masih dirayakan oleh kelompok-kelompok gereja tertentu.
Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.
KEPENTINGAN BISNIS
Kalau pun Hari Valentine masih dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu tidak lain dari upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu.
Mereka sengaja, lewat kekuatan promosi dan marketingnya, meniup-niupkan Hari Valentine Day sebagai hari khusus yang sangat spesial bagi orang yang dikasihi, agar dagangan mereka laku dan mereka mendapat laba yang amat sangat besar. Inilah apa yang sering disebut oleh para sosiolog sebagai industrialisasi agama, di mana perayaan agama oleh kapitalis dibelokkan menjadi perayaan bisnis.
PESTA KEMAKSIATAN
Christendom adalah sebutan lain untuk tanah-tanah atau negeri-negeri Kristen di Barat. Awalnya hanya merujuk pada daratan Kristen Eropa seperti Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dan sebagainya, namun dewasa ini juga merambah ke daratan Amerika.
Orang biasanya mengira perayaan Hari Valentine berasal dari Amerika. Namun sejarah menyatakan bahwa perayaan Hari Valentine sesungguhnya berasal dari Inggris. Di abad ke-19, Kerajaan Inggris masih menjajah wilayah Amerika Utara. Kebudayaan Kerajaan inggris ini kemudian diimpor oleh daerah koloninya di Amerika Utara.
Di Amerika, kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar. Mr. Howland mendapat ilham untuk memproduksi kartu di Amerika dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. Upayanya ini kemudian diikuti oleh pengusaha-pengusaha lainnya hingga kini.
Sejak tahun 2001, The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) tiap tahun mengeluarkan penghargaan “Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary” kepada perusahaan pencetak kartu terbaik.
Sejak Howland memproduksi kartu ucapan Happy Valentine di Amerika, produksi kartu dibuat secara massal di selutuh dunia. The Greeting Card Association memperkirakan bahwa di seluruh dunia, sekitar satu milyar kartu Valentine dikirimkan per tahun. Ini adalah hari raya terbesar kedua setelah Natal dan Tahun Baru (Merry Christmast and The Happy New Year), di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama juga memperkirakan bahwa para perempuanlah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu di Amerika mengalami diversifikasi. Kartu ucapan yang tadinya memegang titik sentral, sekarang hanya sebagai pengiring dari hadiah yang lebih besar. Hal ini sering dilakukan pria kepada perempuan. Hadiah-hadiahnya bisa berupa bunga mawar dan coklat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan kepada perempuan pilihan.
Di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat, sebuah kencan pada hari Valentine sering ditafsirkan sebagai permulaan dari suatu hubungan yang serius. Ini membuat perayaan Valentine di sana lebih bersifat ‘dating’ yang sering di akhiri dengan tidur bareng (perzinaan) ketimbang pengungkapan rasa kasih sayang dari anak ke orangtua, ke guru, dan sebagainya yang tulus dan tidak disertai kontak fisik. Inilah sesungguhnya esensi dari Valentine Day.
Perayaan Valentine Day di negara-negara Barat umumnya dipersepsikan sebagai hari di mana pasangan-pasangan kencan boleh melakukan apa saja, sesuatu yang lumrah di negara-negara Barat, sepanjang malam itu. Malah di berbagai hotel diselenggarakan aneka lomba dan acara yang berakhir di masing-masing kamar yang diisi sepasang manusia berlainan jenis. Ini yang dianggap wajar, belum lagiparty-party yang lebih bersifat tertutup dan menjijikan.
IKUT MENGAKUI YESUS SEBAGAI TUHAN
Tiap tahun menjelang bulan Februari, banyak remaja Indonesia yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan Valentine. Walau sudah banyak di antaranya yang mendengar bahwa Valentine Day adalah salah satu hari raya umat Kristiani yang mengandung nilai-nilai akidah Kristen, namun hal ini tidak terlalu dipusingkan mereka. “Ah, aku kan ngerayaain Valentine buat fun-fun aja…, ” demikian banyak remaja Islam bersikap. Bisakah dibenarkan sikap dan pandangan seperti itu?
Perayaan Hari Valentine memuat sejumlah pengakuan atas klaim dogma dan ideologi Kristiani seperti mengakui “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan lain sebagainya. Merayakan Valentine Day berarti pula secara langsung atau tidak, ikut mengakui kebenaran atas dogma dan ideologi Kristiani tersebut, apa pun alasanya.
Nah, jika ada seorang Muslim yang ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, maka diakuinya atau tidak, ia juga ikut-ikutan menerima pandangan yang mengatakan bahwa “Yesus sebagai Anak Tuhan” dan sebagainya yang di dalam Islam sesungguhnya sudah termasuk dalam perbuatan musyrik, menyekutukan Allah SWT, suatu perbuatan yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah SWT.Naudzubillahi min dzalik!
“Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut, ” Demikian bunyi hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Tirmidzi.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah. ”
Allah SWT sendiri di dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 51 melarang umat Islam untuk meniru-niru atau meneladani kaum Yahudi dan Nasrani, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” Wallahu’alam bishawab.(Rz)
VALENTINE DAY (HARI BERKASIH SAYANG)
Menurut pandangan Islam
(Sumber : http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/valentineday.htm)
Benarkah ia hanya kasih sayang belaka ?
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)
Hari 'kasih sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut 'Valentine Day' amat popular dan merebak di pelusuk Indonesia bahkan di Malaysia juga. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan Februari di mana banyak kita temui jargon-jargon (simbol-simbol atau iklan-iklan) tidak Islami hanya wujud demi untuk mengekspos (mempromosi) Valentine. Berbagai tempat hiburan bermula dari diskotik(disko/kelab malam), hotel-hotel, organisasi-organisasi mahupun kelompok-kelompok kecil; ramai yang berlumba-lumba menawarkan acara untuk merayakan Valentine. Dengan dukungan(pengaruh) media massa seperti surat kabar, radio mahupun televisyen; sebagian besar orang Islam juga turut dicekoki(dihidangkan) dengan iklan-iklan Valentine Day.
SEJARAH VALENTINE:
SEJARAH VALENTINE:
Sungguh merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang kerana kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo.
Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.
Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.
Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis' kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.
Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment(hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat dengan kedok percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.
PANDANGAN ISLAM
PANDANGAN ISLAM
Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?
Mari kita renungkan firman Allah s.w.t.:
“ Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)
Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.
Oleh kerana itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng(mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid.
Hadis Rasulullah s.a.w:“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”.
Firman Allah s.w.t. dalam Surah AL Imran (keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
Firman Allah s.w.t. dalam Surah AL Imran (keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
HAL-HAL YANG HARUS DIBERI PERHATIAN:-
Dalam masalah Valentine itu perlu difahami secara mendalam terutama dari kaca mata agama kerana kehidupan kita tidak dapat lari atau lepas dari agama (Islam) sebagai pandangan hidup. Berikut ini beberapa hal yang harus difahami di dalam masalah 'Valentine Day'.
1. PRINSIP / DASAR
Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi kuno di mana setelah mereka masuk Agama Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine.
Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi kuno di mana setelah mereka masuk Agama Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine.
2. SUMBER ASASI
Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang kepada akal rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada Islam(Allah), maka ia akan tertolak.
Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang kepada akal rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada Islam(Allah), maka ia akan tertolak.
Firman Allah swt dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.
3. TUJUAN
Tujuan mencipta dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan seminit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.
Tujuan mencipta dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan seminit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.
4. OPERASIONAL
Pada umumnya acara Valentine Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan huru-hara.
Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27)
Pada umumnya acara Valentine Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan huru-hara.
Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27)
Surah Al-Anfal ayat 63 yang berbunyi : “…walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Sudah jelas ! Apapun alasannya, kita tidak dapat menerima kebudayaan import dari luar yang nyata-nyata bertentangan dengan keyakinan (akidah) kita. Janganlah kita mengotori akidah kita dengan dalih toleransi dan setia kawan. Kerana kalau dikata toleransi, Islamlah yang paling toleransi di dunia.
Sudah berapa jauhkah kita mengayunkan langkah mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ? Sudah semestinya kita menyedari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai terperosok lebih jauh lagi. Tidak perlu kita irihati dan cemburu dengan upacara dan bentuk kasih sayang agama lain. Bukankah Allah itu Ar Rahman dan Ar Rohim. Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula dibungkus dengan hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam lebih luas dari semua itu. Bahkan Islam itu merupakan 'alternatif' terakhir setelah manusia gagal dengan sistem-sistem lain.
Lihatlah kebangkitan Islam!!! Lihatlah kerosakan-kerosakan yang ditampilkan oleh peradaban Barat baik dalam media massa, televisyen dan sebagainya. Karena sebenarnya Barat hanya mengenali perkara atau urusan yang bersifat materi. Hati mereka kosong dan mereka bagaikan 'robot' yang bernyawa.
MARI ISTIQOMAH (BERPEGANG TEGUH)
Perhatikanlah Firman Allah :
“…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.
Perhatikanlah Firman Allah :
“…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.
Semoga Allah memberikan kepada kita hidayahNya dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah dengan Islam sehingga hati kita menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya.
Tujuan dari semua itu adalah agar diri kita selalu taat sehingga dengan izin Allah s.w.t. kita dapat berjumpa dengan para Nabi baik Nabi Adam sampai Nabi Muhammad s.a.w.
Firman Allah s.w.t.:
“Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada, sholihin (orang-orang sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.
“Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada, sholihin (orang-orang sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.
Berkata Peguam Zulkifli Nordin (peguam di Malaysia) di dalam kaset 'MURTAD' yang mafhumnya :-
"VALENTINE" adalah nama seorang paderi. Namanya Pedro St. Valentino. 14 Februari 1492 adalah hari kejatuhan Kerajaan Islam Sepanyol. Paderi ini umumkan atau isytiharkan hari tersebut sebagai hari 'kasih sayang' kerana pada nya Islam adalah ZALIM!!! Tumbangnya Kerajaan Islam Sepanyol dirayakan sebagai Hari Valentine. Semoga Anda Semua Ambil Pengajaran!!! Jadi.. mengapa kita ingin menyambut Hari Valentine ini kerana hari itu adalah hari jatuhnya kerajaan Islam kita di Sepanyol..
6 Kerusakan Hari Valentine
Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.
Cikal Bakal Hari Valentine
Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day. Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).
Kaitan Hari Kasih Sayang dengan Valentine
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).
Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
- Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
- Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
- Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
- Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sungguh ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.
Selanjutnya kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.
Kerusakan Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir
Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)
Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir. Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269). Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
Kerusakan Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Masir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
Kerusakan Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti
Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab,
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir?
Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!
Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnyaAhkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah). Beliau rahimahullah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”
Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Kerusakan Keenam: Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)
Penutup
Itulah sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan menerima kebenaran.”
Oleh karena itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala. Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang belum mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Valentine Days dan Pintu Maksiat
(Sumber : https://www.islampos.com/valentine-days-dan-pintu-maksiat-164201/)
INDONESIA menduduki peringkat keempat sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Namun, hal tersebut tidak menjadi jaminan bahwa penduduk Indonesia mengimplementasikan islam secara sempurna.
Akibat globalisasi dan invasi budaya barat, banyak masyarakat terutama generasi muda terbawa arus dan menjadi “pembebek” hingga kehilangan jati dirinya sebagai muslim.
Generasi muda saat ini “ditodong” dengan berbagai budaya barat yang menjauhkan mereka dari islam. Mereka diarahkan menjadi pembebek budaya barat yang liberal.
Salah satunya digiring menjadi pembebek valentine day. Valentine day bukanlah perayaan umat islam, melainkan budaya pagan romawi kuno yang kemudian dilanjutkan oleh umat kristiani sebagai penghormatan kepada St. Valentine yang mati pada 14 februari.
Generasi muda, bila diteliti lebih lanjut, memang tak bisa dipungkiri merupakan target utama penyebaran sekulerasime-liberalisme. Generasi muda yang disebut aqua age, yakni manusia yang berada dalam tahap menuju dewasa. Pada masa itulah mereka mencari jati dirinya. Ibarat air, mereka mudah terbawa arus dan bisa berubah dengan cepat mengikuti lingkungannya.
Bila lingkungannya baik, mereka bisa terbawa baik. Bila lingkungannya buruk, kemungkinan besar mereka terbawa buruk. Inilah sebab mengapa generasi muda menjadi target utama penyebaran sekulerasime-liberalisme.
Bahayanya, penyebaran sekularisme-liberalisme yang menargetkan generasi muda saat ini dibungkus sangat rapi lewat doktrin-doktrin tentang cinta yang menyesatkan.
Salah satunya adalah perayaan Valentine day. Oleh karena itu, sebagai muslim yang cerdas, tentu kita harus mengetahui sejarah valentine day agar kita tidak terjebak pada upaya penyesatan tersebut.
Mitologi Yunani-Romawi
Peradaban romawi merupakan peradaban dasar bagi barat yang menjadikan kepuasan fisik badaniah dijadikan sebagai tujuan hidupnya. Makanya mereka tidak bisa dilepaskan dengan money, drink, and sex yang memberikan kepuasan menurut mereka.
Cara pandang tersebut tergambar dari mitologi yunani-romawi yang dipenuhi dengan kepuasan badaniah seperti ada dewa yang berselingkuh dan diselingkuhi.
Ada dewa yang memilih menikah dengan dewa lainnya yang berbentuk hewan. Ada dewi cinta, bahkan ada hubungan seks yang dilakukan dalam keluarga.
Belum lagi bia melihat peradaban mereka berupa patung, ukiran dan lukisan yang penuh dengan eksploitasi terhadap fisik wanita. Semua itu menjadi pemandangan yang tidak bisa dilepaskan bahkan dari tempat penyembahan mereka.
Jauh sebelum valentine day, orang romawi telah mengenal perayaan “Festival Lupercalia”, yaitu rangkaian hari raya sebagai persembahan kepada Lupercus sang dewa Kesehatan dan Kesuburan dan Juno Februasang Dewi Pernikahan dan Kesuburan.
Perayaan tersebut dirayakan setiap tahun pada 13-15 Februari. Lupercus sendiri adalah Dewa Kesuburan Seksual Romawi yang diilustrasikan sebagai manusia berkaki dan berkepala kambing atau setara dengan Pan dalam mitologi Yunani.
Pan inilah yang juga menjadi Baphomet dalam tradisi pemujaan setan Yahudi. Adapun Juno Februa, Dewi Pernikahan dan Kesuburan, dilukiskan memakai mantel dari kulit kambing adalah isteri dari pemimpin para dewa, Jupiter.
Dalam legenda lain dikisahkan bahwa Pan mempunyai affair dengan dewi kecantikan dan Dewi Cinta Aphrodite (dikenal juga dengan nama Venus), dengan Eros (dikenal juga sebagai Cupid) yang digambarkan sebagai anak kecil tampan bersayap yang membawa panah cinta.
Bahkan menurut legenda yang lain, Aphrodite sangat tertarik pada ketampanan anaknya sehingga melakukan hubungan badan dengan anaknya.
Begitu pula pada perayaan “Festival Lupercalia” 13-15 Februari. Perayaan tersebut digelar untuk meneladani semangat Pan, Juno, Venus, Cupid, yang kesemuanya bermuara pada satu kata; nafsu badaniah. Perayaan dimulai dengan menaruh nama-nama perawan di sebuah tempat.
Kemudian lelaki maju satu per satu untuk mengambilnya secara acak. Siapa yang terpilih itulah akan menjadi partner untuk melakukan hubungan terlarang sepanjang malam itu. Setelahnya berlanjut menjadi pasangan di tahun berikutnya.
Setelah kaum kristiani berkuasa, sekira 494 M, Paus Gelasius I mengakulturasi Festival Lupercalia ini menjadi “Festival Penyucian Bunda Maria” sebagai pengganti penyembahan terhadap Lupercalia.
Namun, esensi dari perayaan tersebut tetap sama, yakni penuh dengan nafsu dan keburukan. Penuh dengan kepentingan konsumerisme yang menjadi target para kapitalis.
Pernah pula gereja menjadikan 14 Februari dengan mencangkokkan tokohSaint Valentine yang berjuang demi cinta hingga menjadi martir pada 14 Februari, hingga hari kematiannya diperingati sebagai hari perjuangan cinta,Valentine Day.
Namun, kebenarannya tidak bisa diverifikasi dan esensinya perayaannya tetaplah sama, hingga pada 1969 Valentine Day dihapuskan dari kalender gereja oleh Paus Paul VI. Namun pada kenyatannya, perayaan valentine Daymasih berlanjut dan dirayakan hingga saat ini.
Jalan Maksiat
Dilihat dari sejarah perayaan Valentine Day, sebetulnya sudah cukup alasan bagi kaum muslim terutama remaja muslim untuk meninggalkan Valentine Day. Asalnya perayaan tersebut merupakan perayaan pagan Romawi, dilanjutkan sebagai hari besar gereja.
Belum lagi hasilnya mengerikan, pada zaman ini, Valentine Day dijadikan sebagai hari untuk menyatakan cinta, mencari pacar, melakukan aktivitas maksiat bahkan sebagai hari pembuktian cinta dengan memberikan kehormatan wanita kepada pasangannya. Naudzubillah.
Di Inggris, 14 Februari dirayakan sebagai “The National Impotent Day”. Sedangkan Amerika Serikat pada 14-21 Februari memperingatinya sebagai “The National Condom Week”. Di sini nampak jelas bahwa 14 Februari oleh Negara-negara Barat dijadikan sebagai ajang pesta seks, mengumbar nafsu dsb. Lalu bagaimana di Indonesia?
Perayaan Valentine Day di Indonesia sama saja dengan perayaan di negara barat. Penuh dengan intrik kemaksiatan yang dibungkus dengan “hari cinta”.Valentine seolah menjadi waktu pelanggengan kemaksiatan: pacaran, hura-hura, bahkan hingga seks bebas pun terjadi saat perayaan budaya pagan tersebut.
Yayasan Hotline Pendidikan, sebuah lembaga yang bergerak dibidang pendidikan telah melansir sebanyak 20 % pelajar Surabaya yang hamil sebelum menikah karena seks yang dilakukan ketika perayaan valentine day.“Ada tradisi perayaan Valentine yang tidak ramah anak.
Di antaranya, valentine dipahami sebagai hari kasih sayang yang menghalalkan melepas kegadisan.Tidak sedikit anak sekolah yang menjadi korban kekerasan seksual di hari Valentine” jelas Komisioner KPAI bidang pendidikan, Susanto. (detik.com, 2/11)
Valentine Day pun ditunggangi oleh berbagai kepentingan yakni materi.Kapitalisme menunggangi doktrin perayaan hari cinta untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.Tak dipungkiri bahwa perayaa Valentine Day menguntungkan bagi para pengusaha coklat, bunga dan pernak-pernik cinta lainnya.
Beberapa tempat kencan penuh bahkan ada penginapan di daerah bantul yang memberikan diskon 50% bagi pasangan yang menginap di tempat tersebut pada malam Valentine.Ini tentu miris.Valentine Day yang sudah jelas bukan budaya Islam dan jelas menjadi jalan maksiat justru turut dilanggengkan oleh para kapitalis.Berbagai tempat hiburan turut meramaikan perayaan valentine.
Banyak toko retail yang memasang atribut cinta dan memberikan paket coklat, boneka dsb demi meramaikan perayaan Valentine. Tak hanya itu, media pun turut memberikan kontribusi terbesarnya untuk mempromosikan perayaan hari kasih sayang. Akibatnya, perayaan Valentine Day dianggap lumrah bahkan tak sedikit remaja yang merasa kuno jika tidak turut serta dalam perayaan tersebut. Jika sudah demikian, arus liberalisasi tak mampu dibendung.
Cinta Mulia Taat Syariah
Bila dicermati, turut sertanya umat Islam dalam merayakan perayaanValentine Day adalah akibat minimnya pengetahuan mereka tentang esensi dan sejarah perayaan tersebut. Tak sedikit yang mengetahuinya sebatas “hari kasih sayang” tanpa mengetahui bahwa perayaan tersebut awalnya merupakan perayaan pagan romawi kuno.
Padahal sudah jelas Rasullulah SAW bersabda bahwa siapa saja mengikuti suatu kaum berarti mereka termasuk ke dalam golongannya (HR. Abu Daud).
Valentine Day merupakan upaya liberalisasi dan sekularisasi. Dalam Valentine day ditanamkan keyakinan bahwa manusia bebas mengelola hidupnya. Paham tersebut mengagungkan kebebasan individu, baik dalam berpendapat, berperilaku, beragama maupun dalam kepemilikan.
Remaja bebas berperilaku. Bebas merayakan hari kasih sayang bahkan dengan menggadaikan kehormatannya sekalipun.
Liberalisasi dan sekularisasi dari perayaan pagan tersebut merupakan buah dari penerapan sistem Demokrasi-sekuler dengan 4 asas kebebasannya. Liberalisasi tersebut pun makin menjauhkan remaja pada Islam dan syariat. Mereka berbondong-bondong mengikuti budaya yang sudah jelas datangnya dari barat.
Maka dari itu, sudah saatnya kita mencabut seluruh buah dari penerapan sistem sekuler ini dan menggantinya dengan sistem yang shahih: Islam.
Islam mengatur manusia dari tiga hubungan: Hubungan manusia dengan pencipta; manusia dengan manusia; dan manusia dengan dirinya sendiri. Hubungan manusia dengan pencipta mengharuskan manusia untuk taat dengan segala perintah Allah. Dan meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya sistem yang agung.
Hukum Jahiliahkah yang mereka kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50)
Hubungan manusia dengan manusia pun diatur secara rinci. Islam melarang segala bentuk aktivitas yang mendekati zina: pacaran, berduaan, bermesraan. Ingatlah firman Allah Swt yang artinya:
“Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan tercela dan jalan yang buruk.” (Al-Isra:32).Tentu sangat berbeda dengan sistem sekuler yang justru mengarahkan remaja untuk berbondong-bondong merayakan cinta dengan cara yang bertentangan dengan Islam.
Maka dari sini jelas bahwa perayaan valentine merupakan budaya pagan yang bukan berasal dari Islam. Valentine merupakan sarana liberalisasi barat pada generasi muslim.
Belum lagi bentuk perayaannya berupa ajang pacaran muda-mudi, ajang pesta seks, mengumbar nafsu dan berbagai intrik pergaulan bebas lainnya.
Sungguh! mereka tidak akan berhenti meracuni umat islam dengan doktrin dan ide sekulernya. Sudah saatnya liberalisasi ini dihentikan dengan mencabut akarnya yakni mencabut penerapan sistem demokrasi-sekuler lalu menggantinya dengan sistem Islam.Masihkah kita mau melihat generasi muda kita tergerus oleh budaya sekuler?
“Kamu akan mengikuti sunah-sunah kaum sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, dan ketika mereka masuk ke lubang biawak pun, kalian tetap mengikutinya.’Kami bertanya, ‘Apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?’Rasul menjawab, “Siapa lagi? (bila bukan mereka).” (HR Al-Bukhari)
- Dan ini sumber dari situs umat kristen
Fakta Mengejutkan Tentang Hari Valentine (1)
(Sumber : http://www.akhirzaman.org/index.php/konten/artikel/1313-fakta-tentang-hari-valentine)
[AkhirZaman.Org] Setiap tahun pada tanggal 14 Februari, tak terhitung jutaan orang merayakan sebuah hari yang kita kenal sebagai Hari St. Valentine. Jutaan kartu berbentuk hati dan cokelat diberikan sebagai hadiah, dan bahkan gereja-gereja mengadakan pesta Valentine pada hari yang juga disebut "Hari Cinta" ini. Di sekolah-sekolah, dari pra sekolah hingga Taman Kanak-kanak, anak-anak senang melakukan pertukaran kartu yang berbentuk hati. Orang-orang dari segala usia juga turut serta, dan kata-kata yang terdengar dimana-mana pada hari itu adalah, Be my valentine.
Kenyataan yang menyedihkan adalah bahwa kebanyakan orang tidak pernah mempertanyakan asal-usul/ adat istiadat perayaan Valentine. Sebagian orang hanya ikut-ikut saja dan tak pernah mempertimbangkan bagaimana Tuhan merasa tentang Valentine yang berhubungan erat dengan lambang hati ini. Ketika kita menganggap bahwa Hari Valentine adalah hari yang menyenangkan, adalah penting bahwa kita mendengarkan kata-kata berikut yang diucapkan oleh Yang Mahakuasa dalam Yeremia 17:9-10.
Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?
Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."
Kita harus tahu darimana sebenarnya asal usul tentang valentine, mengapa hari ini begitu tidak biasa? Mengapa ada keasyikan dengan warna merah? Dari mana bentuk hati berasal, dan apa artinya? Kita akan temukan jawaban2nya segera.
Pada masa Kekaisaran Romawi, bulan Februari adalah bulan terakhir dan terpendek. Awalnya Februari terdiri dari 30 hari, tetapi ketika Julius Caesar menamai bulan July/ Juli sesuai dengan namanya Julius, ia memutuskan untuk membuat bulan itu lebih panjang dan Februari disingkat menjadi 29 hari sementara bulan Juli menjadi 31 hari. Kemudian, ketika Octavius Caesar, juga dikenal sebagai Augustus, berkuasa, ia juga menamai bulan Agustus seperti nama dirinya sendiri, dan tidak mau kalah dia juga mengurangkan hari dari bulan Februari dan memberikan bulan Agustus dari 30 hari menjadi 31 hari. Dan sampai sekarang penanggalan itu pun berlaku. Bangsa Romawi kuno percaya bahwa setiap bulan memiliki roh yang memiliki kekuatan dan mencapai puncaknya atau puncak kekuasaan di pertengahan bulan.
Biasanya pada hari ke-15, dan itu adalah hari ketika penyihir dan ahli nujum, atau peramal melakukan pekerjaan sihir mereka. Seorang ahli nujum adalah orang yang dipenuhi dengan kekuatan meramal, dan dari kata aslinya, ahli nujum atau augur kita mendapatkan kata inaugutrate atau "meresmikan", yang berarti juga untuk "mengambil pertanda". Sejak Februari telah dirampok oleh Caesars dan hanya memiliki 28 hari, pertengahan bulan Februari menjadi tanggal 14. Karena dirayakan pada malam sebelumnya, bulan Februari menjadi unik, karena pada hari ke-13 menjadi hari yang menjelang pertengahan bulan itu, dan itu menjadi hari libur pagan (penyembah berhala) yang sangat penting dalam Kekaisaran Roma. Hari suci 14 Februari disebut "Lupercalia" atau "hari serigala."
Ini adalah hari yang suci atau kegilaan seksual bagi dewi Juno. Hari ini juga untuk menghormati dewa Romawi, Lupercus dan Faunus, serta saudara kembar legendaris, yang konon mendirikan Roma, Remus dan Romulus. Yang konon pernah disusui oleh serigala di sebuah gua di Bukit Palatine Roma.
Sebuah gua yang disebut Lupercal merupakan tempat pusat perayaan pada malam Lupercalia atau 14 Februari. Sekarang ini, Lupercalia, yang kemudian disebut Hari Valentine, Luperci atau pendeta Lupercus akan berpakaian bulu kambing untuk sebuah upacara berdarah. Para pendeta dari Lupercus, dewa serigala, akan mengorbankan kambing dan seekor anjing dan kemudian melumuri tubuh mereka dengan darah. Setelah tubuh pendeta Lupercus menjadi merah karena dulumuri darah, dia akan berjalan di sekitar bukit Palatine dengan menggunakan tali yang terbuat dari kulit kambing yang dinamai "februa."
Wanita-wanita akan duduk di sekitar bukit, lalu mereka akan dicambuki dengan tali kulit kambing supaya mereka menjadi subur. Para wanita muda kemudian akan berkumpul di kota dan nama mereka dimasukkan ke dalam kotak. Inilah "surat cinta" disebut "billet." Pria-pria Roma akan mengambil bilet, dan wanita yang membuat billet tersebut akan menjadi pasangan seks liarnya, dan dia akan berzina sampai Lupercalia berikutnya atau 14 Februari.
Jadi, 14 Februari menjadi hari nafsu seksual yang tak terkendali. Warna "merah" dan "bentuk hati" melambangkan kekudusan untuk hari ini. Bentuk-bentuk hati yang ada pada perayaan ini bukan bentuk hati atau jantung dari organ tubuh manusia, melainkan bentuk ini melambangkan rahim wanita atau membuka ke kamar persetubuhan yang suci menurut mereka.
Ketika Gnostik Gereja Katolik mulai mendapatkan kedudukan di Roma sekitar abad ke 3, mereka kemudian dikenal sebagai Valentinians. Valentinians Katolik mempertahankan lisensi festival seks ini yang mereka sebut "malaikat dalam ruang perkawinan", yang menurut mereka adalah pemeragaan dari perkawinan "Sophia dan Penebus". Saat peserta upacara 14 Februari memulai sakramen seksualnya, pendeta yang dikenal sebagai Valentinians akan memimpin dan menyaksikan, lalu mereka akan mengucapkan:" Biarkan cahaya benih turun ke dalam kamar pengantin-Mu, diterima oleh mempelai laki-laki ... tangan-Mu terbuka untuk memeluknya. Sesungguhnya, rahmat telah turun atasmu. " Seiring berjalannya waktu, Gereja Ortodoks menekan Katolik Gnostik dan menghasilkan "St Valentine ", dimana hari itu terus dirayakan sampai zaman modern.
Kita sebagai orang beragama harus menghindari ini seperti menghidari sebuah virus. Karena di mata Tuhan, hari itu masih merupakan "Lupercalia", "The Day Of The Wolf" atau hari serigala. Pria-pria menjadi serigala, karena mereka melakukan ritual setan yaitu percabulan, yang juga berarti hubungan seksual tanpa pernikahan. Mereka merasa telah mendengar dari "siulan serigala", dan kita semua tahu bahwa serigala tidak bersiul. Ini adalah laki-laki dan wanita yang penuh nafsu, yang melakukan penghujatan dari Setan pada saat ini.
Sebagai kesimpulan, kita harus bertanya kepada diri sendiri, "Haruskah orang beragama dihubungkan dengan cara apapun pada perayaan akar kejahatan ini? Haruskah kita akan melakukan apa yang orang kafir lakukan selama bertahun-tahun dan mencoba untuk membenarkan itu sebagai cinta?" Roma 12:2 jawaban ini sangatlah baik,
temcat.com
" Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."
Fakta Mengejutkan Tentang Hari Valentine (2)
(Sumber : http://www.akhirzaman.org/artikel/6674-fakta-mengejutkan-tentang-hari-valentine-2)
[AkhirZaman.org] Mungkin mengejutkan banyak orang, hari Valentine bukanlah sebuah hari raya liburan sekuler yang berasal dari tradisi biasa; bahkan kenyataannya hari valentine berakar dari perbaktian kekafiran Baal, dewa matahari. Agama Babel (persembahan Baal) adalah induk dari semua agama palsu, dan pengaruhnya masih dirasakan di dunia luas, termasuk dalam gereja-gereja saat ini.
LUPERCALIA {Festival Lupercus, Pemburu hebat serigala}. Perayaan Romawi kuno Lupercalia diadakan untuk menghormati Lupercus, pemburu besar Romawi yang didewakan. Perayaan ini juga meliputi perbaktian pada dewi kesuburan Venus.
Dalam mitos Romawi perayaan dewi kesuburan dan seksual imoralitas ini, dia memiliki seorang putra yang bernama Cupid. Cupid dikatakan datang padanya dan diberikan kuasa yang menyebabkan kasih dapat dimulai dan disirnakan. Perayaan ini diadakan dari tanggal 14 sampai 15 Februari. Beberapa peristiwa yang terjadi di perayaan kekafiran ini termasuk memilih pasangan lewat undian, dimana para gadis remaja akan menuliskan nama mereka dan memasukkannya dalam sebuah kotak. Nama itu lalu akan diambil oleh para pemuda yang ada. Nama gadis yang muncul kemudian akan menjadi pasangan seks pria muda tersebut selama satu tahun mendatang, mulai dari bulan Maret selama ritual kesuburan dari musim semi equinox.
Lupercalia Romawi sangat mungkin adalah bagian dari festival Babel Oimbolc. Oimbolc merayakan pertengahan musim dingin (pertengahan musim dingin solstice dan musim semi equinox) dan kembalinya Matahari. Mulai dari tanggal 2 Februari lilin-lilin dinyalakan untuk menyambut munculnya matahari dan para wanita memulai proses penyuciannya untuk ritual kesuburan di musim semi. Gereja Katolik juga mengadopsi kebiasaan ini dari kebiasaan kekafiran Irlandia yang menyembah dewi yang mereka sebut “Brigit”. Umat Katolik saat ini menyebut dia st. Brigit penyokong seni, puisi dan kesembuhan. Mereka sekarang menyebut Oimbolc sebagai “misa lilin”, yang mana mereka merayakan akhir dari penyucian perawan Maria. Masyarakat sekuler memelihara tradisi hari ‘Groundhog’s’ pada tanggal 2 Februari dimana hadirnya Matahari melambangkan kelanjutan musim dingin selama 6 minggu ke depan.
NIMROD (Baal) dan ASTHORETH (Ratu Surga – Yeremia 7:18), bangsa Yunani menyebut Lupercus dengan sebutan “Pan” dan orang-orang Semit menyebut Pan sebagai “Baal”. Baal yang seringkali disebutkan dalam Alkitab tidak lain adalah sebutan bagi Nimrod “pemburu gagah perkasa” (Kejadian 10:8,9). Nimrod adalah Lupercus yang asli, dan kita tahu bahwa Nimrod adalah orang yang membangun kerajaan Babel (Kejadian 10:10). Bukan hanya Nimrod sebagai penguasa Babel, tetapi dia juga menjadi imam bagi sekte setan tersebut. Saat Nimrod akhirnya meninggal, rahasia keagamaan Babel terus berlanjut lewat istrinya, ratu Semiramis. Saat Nimrod meninggal ia mendewakannya sebagai dewa matahari. Dalam beberapa kebudayaan ia dikenal sebagai Baal, si pemberi hidup yang besar, dewa api, Baalim, Bel, atau Molech.
Kemudian setelah Semiramis melahirkan anak haramnya, ia menyatakan bahwa Nimrod telah dilahirkan kembali, Nimrod Tammuz ia disebut. Ia menyatakan bahwa dia adalah benih yang dijanjikan Tuhan (Kejadian 3:15), Sang Juru Selamat. Semiramis menjadi pengantara antara manusia dan “tuhan” ini, Anda harus berdoa pada ratu surga untuk menjangkau dia. Demikianlah Nimrod didewakan menjadi dewa matahari, Semiramis menjadi ratu surga, dewi bulan dan kesuburan, dan Nimrod Tammuz menjadi juru selamat agama Babel satanis ini.
Nama lain untuk Nimrod Tammuz adalah Cupid, yang artinya adalah Hasrat. Ratu Semiramis berhasrat terhadap putranya dan segera mereka menikah. Seiring Nimrod Tammuz bertumbuh, anak dewa tersebut menjadi pahlawan bagi banyak wanita, yang berhasrat padanya. Cupid ini menarik begitu banyak kecemburuan sehingga berhala Tammuz ini disebut “berhala cemburuan” (Yehezkiel 8:5,8,14). Dalam bahasa Babel kata hati ini disebut “Bal”. Dalam penggambaran Tammuz buah Persea yang berbentuk hati seringkali ditemukan digenggamannya. Demikianlah Tammuz dikenal menjadi dewa hati.
Bagaimana perayaan kekafiran ini dapat menjadi tradisi kekristenan? Seiring dengan hampir semua tradisi yang tidak Alkitabiah yang ditemukan di gereja saat ini, Lupercalia sederhananya diberikan sebuah nama Kristen dan diadopsi kepada gereja Katolik yang universal. Mereka melakukannya untuk memberi kenyamanan pada para pengikut kekafiran yang berpaling pada kekristenan yang populer saat itu. Orang-orang pagan ini tidak bersedia untuk meninggalkan ritual satanis mereka, jadi daripada menghambat berkembangnya tradisi kekafiran dalam gereja, Romawi mengambil pendekatan “mencampurkan dan menjadikannya satu”.
Adalah Paus Gelasius yang pada tahun 496 Masehi mengubah Lupercalia menjadi hari St. Valentine. {Kata valentine datang dari bahasa Latin, sebuah nama yang diambil dari akar kata Valens yang artinya agar perkasa. Nama valentines sendiri sangatlah umum di Roma.} Paus Gelasius mengambil beberapa “valentine” Katolik dan mengubahnya menjadi seorang “St. Valentine”. Akhirnya santo Valentine ini telah menjadi santo penyokong kasih pasangan dalam iman Katolik dan doa dari pasangan kekasih yang bermasalah berada dalam wewenangnya.
Sebagai kesimpulan: Lupercalia masih hidup dan berlangsung saat ini dengan nama “hari Valentine”, Tradisi kekafiran ini masih dirayakan hampir di seluruh dunia baik oleh orang-orang Kristen maupun non Kristen, dan Nimrod Tammuz masih dihormati sebagai “dewa hati”, bahkan doa diarahkan kepadanya oleh umat Katolik yang tidak menaruh prasangka yang secara bodoh berdoa memanggil “santo valentine” sedangkan kita hanya memiliki satu orang Pengantara (1Timotius 2:5).
Tetapi Tuhan berkata: “Maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, setelah mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada allah mereka? Akupun mau berlaku begitu. Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap TUHAN, Allahmu; sebab segala yang menjadi kekejian bagi TUHAN, apa yang dibenci-Nya, itulah yang dilakukan mereka bagi allah mereka; bahkan anak-anaknya lelaki dan anak-anaknya perempuan dibakar mereka dengan api bagi allah mereka” (Ulangan 12:30,31).
Anda dapat menyebut seekor anjing sebagai merpati, tetapi itu tetap seekor anjing. Merubah nama dari sebuah ritual pagan tidaklah merubah fakta bahwa itu masihlah ritual kekafiran! 2 Korintus 6:15, 16 bertanya pada kita, “Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?” Tentu tidak ada sahabatku, Tuhan adalah Tuhan yang kudus yang tidak akan bercampur dengan iblis. Banyak orang lebih memelihara tradisi Babel ini daripada memelihara perintah Tuhan yang sederhana. Yesus menyebut orang Farisi yang memelihara tradisi mengesampingkan perintah Tuhan sebagai munafik dan Ia berkata bahwa percuma mereka menyembah Dia (Markus 7:6-9).
Kami mengundang Anda untuk menyelidiki tradisi yang diturunkan pada Anda, pelajari hal-hal itu apakah sesuai dengan Firman Tuhan ataukah tidak. Dan daripada merayakan hari kasih ini satu kali dalam setahun, mengapa tidak kita belajar memantulkan karakter Tuhan kita dengan mengasihi Tuhan dan sesama kita setiap hari dalam kehidupan kita dengan kasih yang sejati yang berdasarkan kebenaran yang muncul dari lubuk hati paling dalam yang telah diperbaharui oleh kuasa Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar