Langit terlihat cerah pagi ini. Tapi terdengar suara gaduh dan gemuruh. Bukan suara petir disiang bolong tapi suara mulut dan hati Beruang Kecil yang bergema hebat. Terjadi lagi hal yang harusnya tak terjadi tapi Beruang Kecil tau itu pasti terjadi selama ia tak bisa mengendalikan dirinya.
Kata-kata yang keluar dan mengalir begitu saja, dari dasar hati. Dan itu sangat-sangat melukai hati, siapapun yang mendengarnya. Beruang Kecil kecil tau semua yang dilakukannya salah, sangat-sangat salah. Tapi dia kehabisan kesabaran walau sejatinya kesabaran itu tiada batasnya. Tapi Beruang Kecil benar-benar tak bisa menahan diri lagi. Dan semuanya terjadi. Emosi yang tak terkendali, menghancurkan hati.
Beruang Kecil meneteskan air mata. Penyesalan. Penyesalan untuk semua kesalahan. Ia hanya ingin semua berjalan baik dan ingin yang terbaik. Saat semua cara telah ia coba, ia berpikir ini mungkin cara yang terbaik. Walau saat kesadaraannya mulai muncul, ia kembali menyesali semua yang telah terjadi.
Beruang Kecil terdiam dalam kesedihan. Ia ingin sekali tak mengulangi, walau kenyataannya sudah sering terjadi. Karena Beruang Kecil tau cara ini bukan lah yang terbaik dan pasti ada cara yang lebih baik lagi. Namun saat emosi merajai diri, hanya cara ini lah yang terbaik dalam pikirannya.
Beruang Kecil hanya bisa meminta maaf, kepada Tuhan dan kepada semua yang ia sakiti terutama orang-orang yang sangat ia cintai. Atas segala kebodohan dirinya yang tak bisa menahan emosi. Yang tak bisa mengerti akan semua pelajaran dari semua yang terjadi. Dan atas pemikirannya yang tak pernah dewasa dan akhirnya luka kembali menganga.
"Maafkn aku " bisik Beruang Kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar