Seperti madu. Ya seperti madu yang sangat-sangat manis. Dan siapa yang bisa menolak madu yang manis itu? dan Beruang Kecil yang pertama menjawab bahwa ia tak bisa menolak madu yang manis itu. Tapi, madu yang manis itu tidak mudah didapat. Butuh perjuangan untuk bisa mendapatkannya. Tak hanya harus melawan ratusan lebah yang kuat tapi Beruang Kecil harus memanjat pohon yang sangat-sangat tinggi. Dan jujur saja Beruang Kecil tak mampu melakukan itu. Bukan karea ia tak bisa memanjat tapi karena memang pohon itu terlalu tinggi menjulang ke ujung langit.
Dan yang bisa Beruang Kecil lakukan hanya menatapnya. Menatap dari kejauhan. Sangat-sangat jauh sekali. Hanya bisa bermimpi suatu hari ia bisa menggapai dahan pohon itu dan meraih madu yang sangat manis itu. Atau andai saja ia bisa terbang ke atas sana untuk mengambil madu manis itu.
Setiap hari Beruang Kecil hanya bisa berdiri dibawah pohon dan menatap ke dahan pohon yang sangat-sangat tinggi itu. Berharap dan berharap ia bisa memiliki madu manis itu. Setidaknya, satu tetes saja ya satu tetes saja madu manis itu jatuh di bibirnya. Itu sudah membuat Beruang Kecil puas dan bahagia. Setidaknya impian dan harapannya tidak sia-sia.
"Madu yang manis. Kau sangat-sangat manis honney. Tapi jalanku untuk mendapatkanmu sangat-sangat pahit. Walau rasa pahit itu tak ada artinya jika aku bisa memilikimu. Tapi kenyataannya, hanya rasa pahit itu yang bisa aku dapatkan dan bukan dirimu. Madu yang manis, aku sangat-sangat menyukaimu" Bisik Beruang Kecil sambil menatap madu manis itu yang tersimpan rapi didalam sarang lebah didahan pohon yang sangat-sangat tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar