Tepat pada tanggal 31 Oktober, banyak orang-orang diluar negeri khususnya orang-orang barat merayakan hari halloween. Bahkan orang Indonesia juga pada ikut-ikutan merayakan tanpa tau alasan dan sejarah mengenai hari halloween. Nah bagi kita umat muslim, merayakan hari halloween termasuk haram merayakan perayakan itu. Pertamaa, karena sudah jelas perayaan umat islam hanya ada dua yaitu perayaan Hari Idul Fitri dan Hari Idul Adha. Kedua, peryaaan halloween adalah perayaan keagamaan, yang dahulunya agama pagan/pemuja setan/berhala kemudian diganti menjadi perayaan agama kristen. Jadi, wajiblah bagi kita umat muslim agar tidak mudah mengikuti kegiatan atau perayaan tanpa tau asalnya dan haram halalnya.
Berikut aku bagikan sejarah hari halloween untuk teman-teman semua. Artikel ini aku ambil dari wikipedia. Semoga bermanfaat.
Halloween atau
Hallowe'en (
/ˌhæləˈwiːn,_ʔoʊˈiːn,_ˌhɑːlʔ/) merupakan kependekan dari
All Hallows’ Evening (
Malam Para Kudus),
[5]yang juga disebut
Allhalloween,
[6] All Hallows' Eve,
[7] atau
All Saints' Eve.
[8] Halloween adalah suatu perayaan yang dapat dijumpai di
sejumlah negara pada tanggal
31 Oktober, yaitu malam
Hari Raya Semua Orang Kudus (
All Hallows' Day) di
Kekristenan Barat. Perayaan tersebut mengawali
peringatan trihari Allhallowtide (Masa Para Kudus),
[9] suatu periode dalam
tahun liturgi yang didedikasikan untuk mengenang orang yang telah meninggal dunia, termasuk para
santo/santa (
saints,
hallows),
martir, dan semua arwah umat beriman.
[10][11]
Aktivitas Halloween meliputi
Trick or treat (atau hal terkait dengan penyamaran dengan kostum seram), menghadiri pesta
kostum Halloween,
mendekorasi, mengukir
waluh menjadi
Jack-o'-lantern, menyalakan
api unggun besar, permainan
ramalan dan
apple bobbing, bermain
lelucon praktis, mengunjungi
atraksi berhantu, menceritakan dongeng menakutkan, dan menonton
film horor. Di banyak belahan dunia, perayaan keagamaan Kristen dari Malam Para Kudus misalnya menghadiri ibadah gereja dan menyalakan
lilin pada makam, masih tetap populer,
[16][17][18] meskipun di tempat lain terdapat perayaan yang lebih sekuler dan komersial.
[19][20][21] Beberapa umat Kristen secara historis
berpantang daging pada Malam Para Kudus,
[22][23] suatu tradisi yang tercermin dengan makan makanan tertentu pada hari
vigili ini, misalnya apel,
colcannon,
panekuk kentang, dan
kue jiwa.
[23][24][25]
Penggunaan kata
Halloween atau
Hallowe'en berawal pada sekitar tahun 1785
[26] dan berasal dari Kekristenan.
[27] Kata "Halloween" berarti "malam yang dikuduskan" atau "malam suci",
[28] dan berasal dari suatu istilah
Skotlandia untuk
All Hallows' Eve (Malam Para Kudus, yaitu malam sebelum
Hari Raya Semua Orang Kudus).
[29] Dalam
bahasa Skot, kata "eve" adalah
even, dan dipendekkan menjadi
e'en atau
een. Seiring berjalannya waktu,
(All) Hallow(s) E(v)en berevolusi menjadi
Halloween. Meskipun frasa "All Hallows" ditemukan dalam
bahasa Inggris Kuno (
ealra hālgena mæssedæg, hari
misa semua orang kudus), namun frasa "All Hallows' Eve" tidak terlihat hingga tahun 1556.
[29][30]
Adat dan kebiasaan Halloween masa kini diperkirakan telah dipengaruhi adat istiadat
masyarakat dan kepercayaan
negara-negara berbahasa Kelt, yang mana beberapa di antaranya diyakini memiliki dasar
pagan.
[31][32] Jack Santino, seorang
folkloris, menuliskan bahwa "di seluruh
Irlandia terjadi perdamaian yang meresahkan antara adat istiadat dan keyakinan yang berhubungan dengan Kekristenan dan semua yang berhubungan dengan agama-agama Irlandia sebelum masuknya Kekristenan".
[33] Sejarawan Nicholas Rogers, saat menelusuri asal mula perayaan Halloween, mencatat bahwa meskipun "beberapa folkloris telah mendeteksi asal mulanya dalam perayaan Romawi kuno
Pomona, dewi buah-buahan, atau dalam
festival orang mati disebut
Parentalia, namun lebih khusus lagi dikaitkan dengan festival Kelt
Samhain", yang mana berasal dari
bahasa Irlandia Kuno untuk "akhir
musim panas".
[31] Samhain (dilafalkan
sah-win atau
sow-in) merupakan hari yang pertama dan terpenting dari keempat
hari-hari kuartal dalam kalender
Gaelik abad pertengahan dan dirayakan di Irlandia,
Skotlandia, dan
Pulau Man.
[34][35] Perayaan dilangsungkan pada atau sekitar tanggal 31 Oktober – 1 November dan suatu festival bagi kaum keluarga diselenggarakan pada waktu bersamaan oleh kaum Kelt
Britonik; disebut
Calan Gaeaf di
Wales,
Kalan Gwav di
Cornwall, dan
Kalan Goañv di
Bretagne. Samhain dan Calan Gaeaf disebutkan dalam beberapa literatur tertua dari Irlandia dan Wales. Nama-nama tersebut telah digunakan oleh para sejarawan untuk merujuk pada adat istiadat Halloween Keltik sampai abad ke-19,
[36] dan hingga kini masih digunakan sebagai nama-nama Gaelik dan Wales untuk menyebut Halloween.
Snap-Apple Night, dilukis oleh
Daniel Maclise tahun 1833, menggambarkan orang-orang yang berpesta dan bermain ramalan saat Halloween di Irlandia.
Samhain/Calan Gaeaf menandai akhir musim
panen dan awal
musim dingin atau 'paruh yang lebih gelap' dari suatu tahun.
[37][38]Sama seperti
Belatane/
Calan Mai, perayaan itu dilihat sebagai suatu waktu ambang, ketika batas antara dunia ini dan
Dunia lainmenipis. Hal ini berarti
Aos Sí (dilafalkan
ees shee), para 'roh' atau 'peri', dapat lebih mudah datang ke dunia ini dan sangat diyakini.
[39][40] Kebanyakan akademisi melihat
Aos Sí sebagai "versi-versi terdegradasi dari para dewa kuno [...] yang mana pengaruhnya masih kuat di dalam benak masyarakat sekalipun telah secara resmi digantikan dengan keyakinan agama setelahnya".
Aos Sídihormati sekaligus ditakuti, bahkan orang-orang seringkali memohon perlindungan
Allah ketika menjelang sampai ke tempat tinggal mereka.
[41][42] Saat perayaan Samhain, diyakini bahwa
Aos Sí perlu ditenangkan untuk memastikan bahwa masyarakat dan
ternakmereka dapat bertahan dalam musim dingin. Persembahan makanan dan minuman, atau sebagian hasil panen, ditinggalkan di luar untuk
Aos Sí.
[43][44][45] Jiwa-jiwa orang yang telah meninggal juga dikatakan mengunjungi kembali rumah mereka untuk meminta keramahtamahan.
[46] Tempat-tempat telah diatur di meja makan dan dekat perapian untuk menyambut mereka.
[47] Keyakinan bahwa jiwa-jiwa orang yang telah meninggal kembali ke rumah pada suatu malam dalam setahun tampaknya berasal dari tradisi kuno dan ditemukan dalam banyak budaya di seluruh dunia.
[48] Di Irlandia abad ke-19, "lilin-lilin akan dinyalakan dan
doa-doa secara resmi didaraskan bagi jiwa-jiwa orang yang telah meninggal. Setelah itu acara makan, minum, dan permainan akan dimulai".
[49]
Di seluruh daerah Wales dan Gaelik, perayaan dalam rumah tangga meliputi ritual dan permainan yang dimaksudkan untuk meramal masa depan seseorang, khususnya sehubungan dengan kematian dan pernikahan.
[50] Kacang-kacangan dan apel seringkali digunakan dalam ritual
ramalan ini.
Api unggun besar yang istimewa dinyalakan ada ritual yang melibatkan mereka. Abu, asap, dan nyala apinya dianggap memiliki kuasa pembersihan dan perlindungan, dan juga digunakan untuk ramalan.
[36][37] Ada kesan bahwa api tersebut merupakan semacam
sihir simpatik atau tiruan –sebagai tiruan Matahari, membantu "kekuatan pertumbuhan" dan menahan kerusakan serta kegelapan musim dingin.
[47][51][52] Eddie J. Smith, seorang pendeta Kristen, berpendapat bahwa api unggun tersebut juga digunakan untuk menakut-nakuti para
penyihir yang "menunggu hukuman mereka di
neraka".
[53]
Sejak setidaknya abad ke-16,
[54] festival tersebut menyertakan
permainan sandiwara bisu dan
menyamar (
guising) di Irlandia, Skotlandia, Pulau Man, dan Wales.
[55] Dalam permainan ini orang-orang berjalan dari rumah ke rumah dengan mengenakan kostum (atau menyamar), dan biasanya melantunkan syair atau nyanyian untuk mendapatkan makanan.
[55] Itu mungkin dikarenakan pada awalnya merupakan suatu tradisi di mana orang-orang menyamar sebagai
Aos Sí, atau jiwa-jiwa orang yang telah meninggal, dan menerima persembahan atas nama mereka, serupa dengan kebiasaan
souling. Menirukan makhluk-makhluk ini, atau mengenakan samaran, juga diyakini dapat melindungi diri sendiri dari mereka.
[56] Ada pendapat bahwa para pemain sandiwara bisu dan penyamar "menjelma menjadi roh-roh lama musim dingin, menuntut imbalan demi keberuntungan".
[57] Di beberapa bagian Irlandia selatan, para penyamar menyertakan
kuda hobi. Seorang laki-laki berpakaian sebagai
Láir Bhán(
kuda betina putih) dan memimpin anak-anak muda berkeliling dari rumah ke rumah untuk melantunkan syair —beberapa di antaranya mengandung nada-nada tambahan pagan— demi imbalan makanan. Jika suatu rumah tangga menyumbangkan makanan maka mereka dapat mengharapkan keberuntungan dari 'Muck Olla' tersebut; jika tidak maka akan membawa kemalangan.
[58] Di Skotlandia, kaum muda pergi dari rumah ke rumah dengan topeng, wajah dicat atau dihitamkan, seringkali mengancam untuk melakukan kenakalan jika mereka tidak disambut dengan baik.
[55]
F. Marian McNeill berpendapat bahwa festival kuno yang melibatkan orang-orang dalam kostum tersebut mewakili roh-roh, dan wajah ditandai (atau dihitamkan) dengan abu yang diambil dari api unggun sakral.
[54] Di beberapa belahan Wales, laki-laki yang berpakaian seperti makhluk menakutkan disebut
gwrachod.
[55] Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, orang-orang muda di
Glamorgan dan
Orkney berlintas-busana.
[55] Di bagian lain Eropa, bermain sandiwara bisu dan kuda hobi merupakan bagian dari festival-festival tahunan lainnya. Namun di daerah berbahasa Kelt "secara khusus cocok untuk suatu malam di mana para makhluk gaib dikatakan pergi mengembara dan dapat ditiru atau dihindari oleh para pengembara manusia".
[55] Sejak setidaknya abad ke-18, "meniru roh-roh ganas" mengarah pada permainan lelucon di dataran tinggi Skotlandia dan Irlandia.
[55] Mengenakan kostum dan bermain lelucon saat Halloween menyebar ke Inggris pada abad ke-20.
[55] Bagi yang bermain samaran dan lelucon di luar pada waktu malam di beberapa tempat, sebagai penerangan tradisional digunakan lentera dari
turnip atau
mangelwurzel yang dilubangi dan seringkali diukir hingga berupa wajah aneh.
[55] Oleh mereka yang membuatnya, lentera tersebut dikatakan mewakili roh-roh,
[55] atau
digunakan untuk menangkal roh-roh jahat.
[59][60] Hal ini umum di sebagian dataran tinggi Skotlandia dan Irlandia pada abad ke-19,
[55] serta di
Somerset (lihat
Malam Punkie). Kemudian pada abad ke-20 menyebar ke bagian lain dari Inggris dan menjadi dikenal secara umum sebagai
jack-o'-lantern.
[55]
Adat dan kebiasaan Halloween saat ini juga diduga telah dipengaruhi oleh praktek dan
dogma yang berasal dari
Kekristenan. Halloween merupakan malam sebelum hari suci Kristen
Hari Para Kudus (
All Hallows' Day), yang juga disebut Hari Semua Orang Kudus (
All Saints') atau
Hallowmas, tanggal
1 November dan
Hari Semua Jiwa (
All Souls' Day) tanggal
2 November, sehingga tanggal
31 Oktober yang merupakan hari libur di beberapa negara ini selengkapnya dinamakan Malam Para Kudus (
All Hallows' Eve, yaitu malam sebelum
All Hallows' Day).
[61] Sejak zaman
Gereja perdana,
[62] perayaan besar dalam Kekristenan (seperti
Natal,
Paskah, dan
Pentakosta) ada
vigili yang dimulai pada malam sebelumnya, seperti halnya Hari Para Kudus.
[63] Ketiga hari ini secara kolektif disebut Masa Para Kudus (
Allhallowtide) dan merupakan suatu masa untuk menghormati para
santo/santa dan
jiwa orang yang telah meninggal yang belum meraih Surga. Hari Para Kudus diperkenalkan tahun 609, tetapi awalnya dirayakan setiap tanggal 13 Mei,
[64] pada tanggal yang sama dengan
Lemuria, suatu festival orang mati dalam
agama di Romawi Kuno. Pada tahun
835 tanggal perayaan ini secara resmi dipindahkan ke 1 November, tanggal yang sama dengan Samhain, atas perintah dari
Paus Gregorius IV.
[64] Beberapa kalangan berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh pengaruh bangsa Keltik, sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa ini adalah gagasan
bangsa Jermanik,
[64] meskipun diklaim bahwa baik mereka yang berbahasa Keltik maupun Jermanik memperingati orang meninggal pada awal musim dingin.
[65] Hal itu mungkin dipandang sebagai saat yang paling tepat untuk melakukannya, sebagaimana saat tanaman-tanaman sedang 'sekarat'.
[65][64] Ada juga dugaan bahwa perubahan tersebut dilakukan karena "alasan praktis bahwa
Roma saat musim panas tidak dapat menampung sejumlah besar peziarah yang berbondong-bondong ke sana", dan mungkin disebabkan pertimbangan
kesehatan masyarakat berkenaan dengan
Demam Romawi – suatu penyakit yang merenggut sejumlah nyawa selama musim panas yang pengap di daerah tersebut.
[66]
Pada Malam Para Kudus, umat Kristen di beberapa belahan dunia mengunjungi
pemakaman untuk berdoa dan menempatkan bunga serta lilin pada makam orang yang mereka cintai.
[67]
Pada akhir abad ke-12 hari-hari tersebut menjadi
hari raya wajib di seluruh Eropa dan mencakup berbagai tradisi seperti membunyikan
lonceng gereja bagi jiwa-jiwa di
api penyucian. Sebagai tambahan, "merupakan hal yang lazim bagi para
juru siarmengenakan pakaian serba hitam untuk berpawai di jalan-jalan, membunyikan sebuah bel dengan suara memilukan dan menyerukan kepada semua umat Kristen yang berkehendak baik untuk mengenang jiwa-jiwa yang malang tersebut."
[68] Ada pendapat yang mengatakan bahwa
souling, yaitu kebiasaan membuat dan berbagi
kue jiwa bagi semua jiwa yang telah di
baptis,
[69]merupakan asal mula
trick-or-treating.
[70] Kebiasaan tersebut berawal dari, setidaknya, abad ke-15
[71] dan ditemukan di bagian-bagian dari Inggris,
Flandria,
Jerman, dan
Austria.
[48] Sekelompok kaum miskin, seringkali anak-anak, pergi dari pintu ke pintu sepanjang
Allhallowtide untuk mengumpulkan kue-kue jiwa sebagai imbalan atas
doa bagi yang telah meninggal dunia, khususnya jiwa-jiwa para teman dan kerabat sang pemberi kue-kue tersebut.
[71][72][73] Kue jiwa juga dipersembahkan bagi jiwa-jiwa itu untuk dimakan,
[48] atau diberikan kepada kaum miskin yang berkeliling tersebut —yang mana dipandang sebagai wakil mereka.
[74]Shakespeare menyebut
souling dalam komedinya
The Two Gentlemen of Verona (1593).
[75]
Mengenai kebiasaan mengenakan kostum, Prince Sorie Conteh, seorang pendeta Kristen, menuliskan: "Secara tradisi diyakini bahwa jiwa mereka yang telah meninggal dunia mengembara di bumi sampai pada Hari Semua Orang Kudus, dan Malam Para Kudus merupakan kesempatan terakhir bagi yang telah meninggal untuk melakukan pembalasan kepada musuh-musuh mereka sebelum beralih ke
dunia berikutnya. Agar tidak dikenali para jiwa yang mungkin berusaha membalas dendam itu, orang-orang mengenakan topeng atau kostum untuk menyamarkan identitas mereka".
[76] Pada
Abad Pertengahan, dalam
gereja-gerejadipamerkan
relikui para
martir dan
paroki yang tidak dapat mengakomodirnya mengizinkan umat untuk berpakaian seperti para santo/santa tersebut;
[77] praktek ini masih ada dalam beberapa kalangan Kristen masa kini saat perayaan Halloween.
[78] Lesley Bannatyne, seorang penulis Amerika, meyakini bahwa hal ini merupakan suatu Kristenisasi dari suatu kebiasaan pagan sebelumnya.
[79] Telah dikemukakan bahwa jack-o'-lantern, suatu simbol populer Halloween, pada awalnya merepresentasikan para jiwa orang yang telah meninggal.
[80] Saat Halloween, di Eropa abad pertengahan, "api-api dinyalakan untuk memandu jiwa-jiwa ini dalam perjalanan mereka dan memalingkan mereka dari menghantui kaum Kristen yang lurus hati."
[81] Rumah tangga di Austria, Inggris, dan Irlandia seringkali harus "menyalakan lilin di setiap ruangan untuk memandu jiwa-jiwa tersebut mengunjungi kembali kediaman duniawi mereka". Lilin-lilin tersebut dikenal sebagai "cahaya jiwa".
[82][83][84]
Banyak umat Kristen di daratan Eropa, terutama di
Perancis, mempercayai bahwa "sekali setahun, saat Hallowe'en, arwah mereka yang dimakamkan di halaman gereja bangkit untuk suatu karnaval yang liar dan mengerikan" yang dikenal sebagai
Danse Macabre (Tarian Kematian), yang mana sering digambarkan dalam
dekorasi gereja.
[85] Christopher Allmand dan
Rosamond McKitterick menuliskan dalam
The New Cambridge Medieval History bahwa "umat Kristen tergerak oleh penglihatan
Kanak-kanak Yesus yang bermain di pangkuan ibu-Nya; hati mereka tersentuh oleh
Pietà; dan para
santo pelindung meyakinkan umat akan kehadiran mereka. Tetapi, sementara itu,
danse macabre mendesak umat agar tidak melupakan akhir dari semua hal duniawi."
[86] Sebuah artikel yang diterbitkan oleh
Christianity Today mengklaim bahwa
danse macabre diadakan pada arak-arakan di pedesaan dan
masque (suatu acara hiburan mengenai pengadilan), di mana orang-orang "berdandan seperti mayat-mayat dari berbagai lapisan masyarakat", dan mengajukan pendapat bahwa hal ini merupakan asal mula pesta kostum Halloween.
[87][88]
Di beberapa bagian Britania Raya, kebiasaan-kebiasaan ini mendapat serangan selama
Reformasi Inggris karena beberapa kalangan
Protestan mencerca
purgatorium sebagai suatu doktrin "
papisme" yang tidak sesuai dengan gagasan mereka mengenai
predestinasi. Sehingga, bagi beberapa kalangan Protestan
Nonkonformis,
teologi All Hallows’ Evedidefinisikan kembali; tanpa doktrin purgatorium, "jiwa-jiwa yang telah berpulang tidak dapat berkelana ke Purgatorium dalam perjalanan mereka ke Surga, sebagaimana yang umat Katolik sering percayai dan tegaskan. Sebaliknya, yang disebut hantu dianggap sebagai roh-roh jahat dalam kenyataannya. Karenanya mereka menebar ancaman."
[83]Kalangan Protestan lainnya mempertahankan keyakinan mengenai
keadaan antara, yang dikenal sebagai
Hades (
Pangkuan Abraham),
[89] dan tetap merayakan berbagai kebiasaan asalnya, terutama
souling,
prosesi lilin, serta membunyikan lonceng gereja untuk mengenang mereka yang telah meninggal.
[61][90] Berkenaan dengan
roh jahat, saat Halloween, "lumbung dan
rumah diberkati untuk melindungi semua orang dan ternak dari pengaruh penyihir, yang diyakini mengiringi roh-roh ganas saat mereka berkelana di bumi."
[81] Pada abad ke-19, di beberapa bagian pedesaan Inggris, para keluarga berkumpul di bukit-bukit pada malam
All Hallows' Eve. Salah satu orang mengangkat seikat jerami yang dibakar dengan sebuah
garpu panjang, sementara yang lain berlutut di sekelilingnya dalam lingkaran sambil berdoa bagi jiwa-jiwa kerabat dan teman mereka sampai api tersebut padam. Kebiasaan ini dikenal dengan nama
teen'lay, yang berasal baik dari
bahasa Inggris Kuno tendan (mengobarkan) ataupun suatu kata yang berhubungan dengan
bahasa Irlandia Kuno tenlach (perapian).
[91] Meningkatnya popularitas
Malam Guy Fawkes (
5 November), sejak tahun 1605 dan seterusnya, membuat banyak tradisi Halloween goyah karena disesuaikan dengan hari libur tersebut dan popularitas Halloween memudar di Britania Raya, dengan Skotlandia sebagai pengecualian yang patut dicatat.
[92] Di sana dan di Irlandia, mereka telah merayakan Samhain dan Halloween setidaknya sejak
Abad Pertengahan Awal; dan
kirk Skotlandia (
Gereja Skotlandia) melakukan pendekatan yang lebih pragmatis terhadap Halloween, dengan memandangnya penting untuk siklus kehidupan dan
ritual peralihan di masyarakat dan karenanya memastikan kelestarian perayaan itu di negara tersebut.
[92]
Di Perancis, beberapa keluarga Kristen pada malam
All Hallows' Eve berdoa di samping makam orang-orang yang mereka cintai, dan meletakkan pinggan-pinggan penuh susu bagi mereka.
[82] Saat Halloween di
Italia, beberapa keluarga meninggalkan suatu hidangan makanan besar untuk
hantu kerabat mereka yang meninggal dunia, sebelum keluarga tersebut berangkat menuju
ibadah gereja.
[93] Di
Spanyol, saat malam tersebut, dibuat
kue pastri istimewa yang dikenal sebagai "tulang belulang sang suci" (
bahasa Spanyol:
Huesos de Santo) dan menaruhnya pada makam-makam di
halaman gereja, suatu praktek yang terus berlanjut hingga saat ini.
[94]
Lesley Bannatyne dan Cindy Ott menuliskan bahwa koloni
Anglikan di
Amerika Serikat Selatan dan koloni
Katolik di
Maryland"menerima
All Hallow's Eve dalam kalender gereja mereka",
[96][97] meskipun kaum
Puritan New England menentang dengan keras hari libur tersebut, bersama dengan perayaan tradisional lain dari gereja yang dibentuknya, termasuk
Natal.
[98] Almanak Amerika Utara dari akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 tidak memberikan indikasi bahwa Halloween dirayakan secara luas di sana.
[99]Imigrasi besar-besaran bangsa Skotlandia dan Irlandia pada abad ke-19 menjadikan Halloween sebagai suatu hari libur besar di
Amerika Serikat.
[99] Walau hanya terbatas pada masyarakat imigran selama pertengahan abad ke-19, perayaan tersebut secara bertahap berasimilasi ke dalam masyarakat arus utama, dan pada
dekade pertama abad ke-20 dirayakan dari pesisir ke pesisir oleh masyarakat dari semua latar belakang agama, ras, dan sosial.
[100] "Di daerah-daerah
Cajun,
Misa malam hari dirayakan di pemakaman saat malam Halloween. Lilin-lilin yang telah diberkati ditempatkan di makam-makam, dan para keluarga terkadang menghabiskan waktu sepanjang malam di sisi makam."
[101]
Dalam perjalanan pulang ke rumah setelah minum-minum semalaman, Jack bertemu dengan
Iblis dan menipunya hingga ia memanjat sebuah pohon. Jack yang berpikir cepat segera menggoreskan
tanda salib pada kulit pohon, sehingga membuat Iblis terperangkap. Jack menyambar dengan suatu pernyataan bahwa
Setan tidak pernah dapat mengklaim jiwanya. Setelah suatu kehidupan yang dipenuhi
dosa,
kemabukan, dan
tipu muslihat, Jack ditolak masuk ke surga ketika ia meninggal dunia. Iblis menepati janjinya dengan menolak Jack masuk ke dalam neraka dan melempar sebuah bara api ke arahnya, langsung dari api neraka. Saat itu malam yang dingin, maka Jack menempatkan arang tersebut di sebuah turnip yang dilubangi untuk mencegahnya keluar, karena waktu itu Jack dan lenteranya telah mengembara mencari sebuah tempat untuk istirahat.
[105]
Menurut tradisi di Irlandia dan Skotlandia,
turnip tersebut telah diukir atau dipahat saat Halloween,
[106][107] namun para imigran di
Amerika Utara menggunakan
waluh setempat, yang mana lebih lunak dan lebih besar –sehingga lebih mudah diukir dibanding turnip.
[106] Tradisi mengukir waluh di Amerika tercatat tahun 1837
[108] dan awalnya terkait dengan waktu panen pada umumnya, tidak secara khusus dikaitkan dengan Halloween sampai pada pertengahan hingga akhir abad ke-19.
[109]
Gambaran modern Halloween berasal dari banyak sumber, termasuk
eskatologi Kristen, adat nasional, karya-karya
Gotik dan sastra
horor (seperti
Frankenstein dan
Dracula) serta film horor klasik (seperti
Frankenstein dan
The Mummy).
[110][111] Citra
tengkorak, yang mana merujuk pada
Golgota dalam tradisi Kristen, berfungsi sebagai "suatu pengingat akan kematian dan sifat sementara kehidupan manusia", dan karenanya ditemukan dalam komposisi
memento mori serta
vanitas;
[112] oleh sebab itu citra tengkorak menjadi biasa saat Halloween, yang mana bersentuhan dengan tema ini.
[113] Secara tradisi, dinding belakang
bangunan gereja "dihiasi dengan suatu penggambaran tentang
Pengadilan Terakhir, lengkap dengan makam-makam yang terbuka dan bangkitnya orang mati, dengan suatu surga yang penuh dengan malaikat dan suatu neraka yang penuh dengan setan," sebuah corak yang telah meresap ke dalam perayaan dari
trihari ini.
[114] Salah satu karya tertua tentang topik Halloween adalah dari penyair Skotlandia
John Mayne, yang mana pada tahun 1780 membuat catatan mengenai lelucon saat Halloween;
"What fearfu' pranks ensue!" (Betapa menakutkannya lelucon-lelucon yang dibuat!), seperti juga hal
supranatural yang dikaitkan dengan malam tersebut,
"Bogies" (hantu-hantu), mempengaruhi "
Halloween" (1785) karya
Robert Burns.
[115] Elemen-elemen musim gugur seperti waluh,
kelobot jagung, dan
orang-orangan sawah, juga lazim ditemui. Rumah-rumah seringkali dihias dengan jenis-jenis simbol ini sekitar masa perayaan Halloween. Gambaran mengenai Halloween meliputi tema-tema
kematian,
kejahatan, dan
monster-monster dalam mitos.
[116] Hitam, oranye, dan kadang-kadang ungu, merupakan warna-warna tradisional Halloween.
Para
trick-or-treater di
Swedia
Trick-or-treating adalah suatu perayaan yang biasa dilakukan anak-anak saat Halloween. Anak-anak pergi berkeliling dari rumah ke rumah dengan mengenakan kostum; mereka meminta diberikan sesuatu seperti
permen, atau kadang-kadang uang, sambil mengajukan pertanyaan, "
Trick or treat?" Kata "
trick" mengacu pada "
threat" (ancaman) yang berarti bahwa mereka akan melakukan kenakalan pada pemilik rumah atau propertinya jika tidak diberikan apa-apa.
[70] Praktek tersebut dikatakan berakar dari praktek
bermain sandiwara bisu (
mumming) di abad pertengahan, yang mana berkaitan erat dengan kebiasaan berbagi
kue jiwa (
souling).
[117] John Pymm menuliskan bahwa "banyak hari-hari raya yang berkaitan dengan pertunjukan drama
mumming yang dirayakan oleh Gereja Kristen."
[118] Hari-hari raya ini misalnya
All Hallows' Eve (Malam Para Kudus), Natal,
Malam Keduabelas, dan
Selasa Pengakuan (
Shrove Tuesday,
Mardi Gras).
[119][120] Bermain sandiwara bisu dipraktekkan di Jerman,
Skandinavia, dan belahan Eropa lainnya;
[121] orang-orang mengenakan
kostum dan topeng serta "berpawai di jalan-jalan dan masuk ke rumah-rumah untuk menari atau bermain dadu dalam keheningan."
[122]
Di Inggris, sejak masa abad pertengahan,
[123] sampai tahun 1930-an,
[124] masyarakat mempraktekkan kebiasaan Kristen meminta-minta kue jiwa saat Halloween, dimana sekelompok anak-anak dan kaum miskin, baik umat Protestan maupun Katolik,
[90] pergi dari
paroki ke paroki untuk meminta kue-kue jiwa pada kaum kaya, dengan imbalan
doa bagi jiwa-jiwa para pemberi dan teman mereka.
[72] Di Skotlandia dan Irlandia, menyamar (
guising) – yaitu anak-anak menyamarkan diri dengan mengenakan kostum sambil berkeliling dari rumah ke rumah demi mendapatkan makanan atau uang logam – merupakan suatu kebiasaan Halloween tradisional, dan tercatat di Skotlandia saat Halloween tahun 1895 di mana mereka yang bertopeng dalam penyamaran membawa lentera yang terbuat dari
turnip yang dilubangi, mengunjungi rumah-rumah untuk mendapatkan kue, buah, dan uang.
[107] Praktek menyamar saat Halloween di Amerika Utara pertama kali tercatat tahun 1911, di mana sebuah surat kabar di
Kingston, Ontario melaporkan anak-anak yang melakukan
guising di lingkungan sekitarnya.
[125]
Souling merupakan suatu praktek Kristen yang dilakukan di banyak kota di Inggris saat Halloween dan Natal.
Penulis dan sejarawan Amerika
Ruth Edna Kelley dari
Massachusetts menuliskan buku pertama yang berisi sejarah panjang Halloween di Amerika Serikat,
The Book of Hallowe'en (1919), dan bercerita tentang
souling dalam bab "Hallowe'en di Amerika".
[126] Dalam bukunya, Kelley menyinggung kebiasaan-kebiasaan yang datang dari seberang
Atlantik: "Orang-orang Amerika telah memeliharanya, dan menjadikan ini suatu acara sebagaimana harusnya dalam hari-hari terbaiknya di seberang lautan. Semua kebiasaan Halloween di Amerika Serikat dipinjam langsung atau diadaptasi negara-negara lain".
[127]
Referensi pertama tentang
guising di Amerika Utara mencatat tahun 1911, sedangkan referensi lain tentang ritual meminta-minta saat Halloween memperlihatkan tahun 1915, di tempat yang tak diketahui, dengan referensi ketiga di
Chicago pada tahun 1920.
[128] Penggunaan paling awal yang diketahui atas istilah "
trick or treat" dalam media cetak memperlihatkan tahun 1927, di
Blackie Herald Alberta,
Kanada.
[129]
Ribuan
kartu pos Halloween yang diproduksi saat pergantian abad ke-20 sampai tahun 1920-an menampilkan anak-anak, tetapi tanpa
trick-or-treating.
[130] Kebiasaan ini tampaknya belum dipraktekkan secara luas sampai tahun 1930-an; kemunculan pertama istilah tersebut di Amerika Serikat tercatat pada tahun 1934,
[131] dan penggunaan pertama dalam suatu publikasi nasional terjadi pada tahun 1939.
[132]
Bagasi sebuah mobil di acara
trunk-or-treat di Pusat Pembelajaran Awal dan Gereja Lutheran St. Yohanes di
Darien, Illinois.
Ada suatu varian populer dari
trick-or-treating, yang dikenal dengan nama
trunk-or-treating (atau
Halloween tailgating), di mana "anak-anak ditawarkan suguhan (
treat) dari bagasi (
trunk) mobil yang diparkir di pelataran parkir gereja," atau terkadang di pelataran parkir sekolah.
[94][133]Dalam acara tersebut, bagasi masing-masing mobil dihias dengan suatu tema tertentu,
[134] misalnya
peran kerja,
kitab suci, film, dan
bacaan anak.
[135] Trunk-or-treating telah berkembang popularitasnya karena dianggap lebih aman daripada pergi dari pintu ke pintu, suatu pokok yang diterima dengan baik oleh para orang tua, serta kenyataan bahwa perayaan tersebut "memecahkan teka-teki di daerah pedesaan di mana rumah-rumah dibangun terpisah setengah mil jaraknya".
[136][137]
Kostum-kostum Halloween secara tradisi menirukan tokoh-tokoh supranatural seperti vampir, monster, hantu, kerangka, penyihir, dan setan. Seiring berjalannya waktu, di Amerika Serikat pemilihan kostum diperluas hingga mencakup karakter-karakter populer dari
arketipeumum, selebriti, dan fiksi seperti ninja dan putri raja.
[70]
Berdandan dengan kostum dan melakukan penyamaran merupakan hal yang lazim di Irlandia dan Skotlandia pada akhir abad ke-19.
[107]Mengenakan kostum menjadi populer dalam pesta-pesta Halloween di Amerika Serikat pada awal abad ke-20, baik bagi orang dewasa maupun anak-anak. Kostum Halloween pertama yang diproduksi secara massal terlihat di toko-toko pada tahun 1930-an ketika
trick-or-treating telah menjadi populer di Amerika Serikat.
Parade Halloween Newyork dimulai pada tahun 1974 oleh Ralph Lee, seorang
pemain boneka dan pembuat topeng dari
Greenwich Village. Acara tahunan tersebut merupakan pawai perayaan Halloween terbesar di dunia, dan salah satu pawai besar malam hari khas Amerika (bersama dengan Parade Cahaya Bintang Portland), yang menarik minat lebih dari 60 ribu peserta berkostum, 2 juta penonton, dan lebih dari 100 juta pemirsa televisi di seluruh dunia.
[95]
Eddie J. Smith, dalam bukunya
Halloween, Hallowed is Thy Name menawarkan suatu perspektif religius dalam hal mengenakan kostum saat
All Hallows' Eve. Ia berpendapat bahwa dengan berdandan sebagai makhluk-makhluk "yang pada satu waktu menyebabkan kita takut dan gemetar", orang dapat menertawakan
Setan "yang kerajaannya telah dirampas oleh Juruselamat kita." Gambar-gambar kerangka dan orang mati merupakan dekorasi tradisional yang digunakan sebagai
memento mori (pengingat bahwa setiap orang akan meninggal dunia).
[138][139]
"Trick-or-Treat for UNICEF" merupakan program penggalangan dana untuk mendukung
UNICEF,
[70] suatu badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyediakan
bantuan kemanusiaan untuk anak-anak di
negara berkembang. Bermula sebagai acara setempat di suatu lingkungan
Philadelphia Timur Laut pada tahun 1950 dan diperluas ke tingkat nasional pada tahun 1952, program tersebut meliputi pembagian kotak-kotak kecil oleh semua sekolah (atau di zaman modern, sponsor perusahaan seperti
Hallmark, di toko-toko berlisensi mereka) kepada para
trick-or-treater agar mereka dapat memperoleh sedikit sumbangan dari setiap rumah yang mereka kunjungi. Diperkirakan bahwa anak-anak berhasil mengumpulkan lebih dari
$ 118 juta untuk UNICEF sejak awal peluncuran program tersebut. Di Kanada, pada tahun 2006, UNICEF memutuskan untuk menghentikan kotak-kotak pengumpulan tersebut, sambil menyebut kekhawatiran mengenai administrasi dan keamanan; setelah berkonsultasi dengan sekolah-sekolah, mereka mendesain ulang program tersebut.
[140][141]
Hari Raya Semua Orang Kudus ditentukan misionaris Kristen bertepatan dengan hari raya pagan dengan alasan ingin orang pagan mempercayai agama Kristen.
Hari Orang Mati (
Day of the Dead) yang merayakan kedatangan arwah sanak keluarga dan kerabat kembali ke bumi sampai sekarang masih diperingati di beberapa negara seperti di
Brazil,
Meksiko,
China dan
Filipina.
Tradisi dan arti penting Halloween sangat bervariasi di antara negara-negara yang merayakannya. Di Skotlandia dan Irlandia, adat tradisional Halloween misalnya anak-anak berdandan dengan kostum untuk melakukan
guising, mengadakan pesta, sementara praktek lainnya di Irlandia meliputi penerangan
api unggun besar (
bonfire) dan pertunjukan
kembang api.
[142][143] Di
Bretagne anak-anak bermain
lelucon praktis dengan menempatkan lilin-lilin di dalam tengkorak di pemakaman untuk menakut-nakuti pengunjung.
[144] Imigrasi
transatlantik secara massal pada abad ke-19 mempopulerkan Halloween di
Amerika Utara, dan perayaan di
Amerika Serikat serta
Kanada memberikan dampak yang berarti menyangkut bagaimana acara tersebut dirayakan di negara-negara lainnya. Pengaruh Amerika Utara yang lebih kuat ini, terutama dalam unsur-unsur komersial dan ikonik, telah meluas ke tempat-tempat seperti
Amerika Selatan,
Australia,
[145] Selandia Baru,
[146] sebagian besar
Eropa Daratan,
Jepang, dan belahan
Asia Timur lainnya.
[147] Di
Filipina, saat Halloween, orang-
orang Filipina pulang ke kampung halaman mereka dan membeli lilin serta bunga, untuk persiapan
Hari Raya Semua Orang Kudus (
Araw ng mga Patay) pada 1 November dan
Hari Semua Jiwa —meski hari ini jatuh pada tanggal 2 November, kebanyakan dari mereka merayakannya lebih cepat pada tanggal sebelumnya.
[148]