Minggu, 08 November 2015

Sejarah Tentang Hari Halloween

Tepat pada tanggal 31 Oktober, banyak orang-orang diluar negeri khususnya orang-orang barat merayakan hari halloween. Bahkan orang Indonesia juga pada ikut-ikutan merayakan tanpa tau alasan dan sejarah mengenai hari halloween. Nah bagi kita umat muslim, merayakan hari halloween termasuk haram merayakan perayakan itu. Pertamaa, karena sudah jelas perayaan umat islam hanya ada dua yaitu perayaan Hari Idul Fitri dan Hari Idul Adha. Kedua, peryaaan halloween adalah perayaan keagamaan, yang dahulunya agama pagan/pemuja setan/berhala kemudian diganti menjadi perayaan agama kristen. Jadi, wajiblah bagi kita umat muslim agar tidak mudah mengikuti kegiatan atau perayaan tanpa tau asalnya dan haram halalnya. 
Berikut aku bagikan sejarah hari halloween untuk teman-teman semua. Artikel ini aku ambil dari wikipedia. Semoga bermanfaat.
Halloween atau Hallowe'en (/ˌhæləˈwn,_ʔˈn,_ˌhɑːlʔ/) merupakan kependekan dari All Hallows’ Evening (Malam Para Kudus),[5]yang juga disebut Allhalloween,[6] All Hallows' Eve,[7] atau All Saints' Eve.[8] Halloween adalah suatu perayaan yang dapat dijumpai disejumlah negara pada tanggal 31 Oktober, yaitu malam Hari Raya Semua Orang Kudus (All Hallows' Day) di Kekristenan Barat. Perayaan tersebut mengawali peringatan trihari Allhallowtide (Masa Para Kudus),[9] suatu periode dalam tahun liturgi yang didedikasikan untuk mengenang orang yang telah meninggal dunia, termasuk para santo/santa (saintshallows), martir, dan semua arwah umat beriman.[10][11]
Menurut suatu pandangan, Malam Para Kudus adalah suatu peringatan yang dikristenkan, yang mana dipengaruhi oleh perayaan panen Kelt,[1][12] dan mungkin berasal dari tradisi pagan, khususnya Samhain —suatu festival Gaelik.[7][13][14] Para akademisi lainnya berpendapat bahwa asal mula perayaan ini tidak berhubungan dengan Samhain dan semata-mata merupakan tradisi Kristen.[1][15]
Aktivitas Halloween meliputi Trick or treat (atau hal terkait dengan penyamaran dengan kostum seram), menghadiri pesta kostum Halloweenmendekorasi, mengukir waluh menjadi Jack-o'-lantern, menyalakan api unggun besar, permainan ramalan dan apple bobbing, bermain lelucon praktis, mengunjungi atraksi berhantu, menceritakan dongeng menakutkan, dan menonton film horor. Di banyak belahan dunia, perayaan keagamaan Kristen dari Malam Para Kudus misalnya menghadiri ibadah gereja dan menyalakanlilin pada makam, masih tetap populer,[16][17][18] meskipun di tempat lain terdapat perayaan yang lebih sekuler dan komersial.[19][20][21] Beberapa umat Kristen secara historis berpantang daging pada Malam Para Kudus,[22][23] suatu tradisi yang tercermin dengan makan makanan tertentu pada hari vigili ini, misalnya apel, colcannonpanekuk kentang, dan kue jiwa.[23][24][25]

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Penggunaan kata Halloween atau Hallowe'en berawal pada sekitar tahun 1785[26] dan berasal dari Kekristenan.[27] Kata "Halloween" berarti "malam yang dikuduskan" atau "malam suci",[28] dan berasal dari suatu istilah Skotlandia untuk All Hallows' Eve (Malam Para Kudus, yaitu malam sebelum Hari Raya Semua Orang Kudus).[29] Dalam bahasa Skot, kata "eve" adalah even, dan dipendekkan menjadi e'en atau een. Seiring berjalannya waktu, (All) Hallow(s) E(v)en berevolusi menjadi Halloween. Meskipun frasa "All Hallows" ditemukan dalam bahasa Inggris Kuno (ealra hālgena mæssedæg, hari misa semua orang kudus), namun frasa "All Hallows' Eve" tidak terlihat hingga tahun 1556.[29][30]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pengaruh Wales dan Gaelik[sunting | sunting sumber]


Sebuah topeng Hallowe'en Irlandia dari awal abad ke-20 yang dipamerkan di Museum of Country Life.
Adat dan kebiasaan Halloween masa kini diperkirakan telah dipengaruhi adat istiadat masyarakat dan kepercayaan negara-negara berbahasa Kelt, yang mana beberapa di antaranya diyakini memiliki dasar pagan.[31][32] Jack Santino, seorang folkloris, menuliskan bahwa "di seluruh Irlandia terjadi perdamaian yang meresahkan antara adat istiadat dan keyakinan yang berhubungan dengan Kekristenan dan semua yang berhubungan dengan agama-agama Irlandia sebelum masuknya Kekristenan".[33] Sejarawan Nicholas Rogers, saat menelusuri asal mula perayaan Halloween, mencatat bahwa meskipun "beberapa folkloris telah mendeteksi asal mulanya dalam perayaan Romawi kunoPomona, dewi buah-buahan, atau dalam festival orang mati disebut Parentalia, namun lebih khusus lagi dikaitkan dengan festival KeltSamhain", yang mana berasal dari bahasa Irlandia Kuno untuk "akhir musim panas".[31] Samhain (dilafalkan sah-win atau sow-in) merupakan hari yang pertama dan terpenting dari keempat hari-hari kuartal dalam kalender Gaelik abad pertengahan dan dirayakan di Irlandia,Skotlandia, dan Pulau Man.[34][35] Perayaan dilangsungkan pada atau sekitar tanggal 31 Oktober – 1 November dan suatu festival bagi kaum keluarga diselenggarakan pada waktu bersamaan oleh kaum Kelt Britonik; disebut Calan Gaeaf di WalesKalan Gwav di Cornwall, dan Kalan Goañv di Bretagne. Samhain dan Calan Gaeaf disebutkan dalam beberapa literatur tertua dari Irlandia dan Wales. Nama-nama tersebut telah digunakan oleh para sejarawan untuk merujuk pada adat istiadat Halloween Keltik sampai abad ke-19,[36] dan hingga kini masih digunakan sebagai nama-nama Gaelik dan Wales untuk menyebut Halloween.

Snap-Apple Night, dilukis oleh Daniel Maclise tahun 1833, menggambarkan orang-orang yang berpesta dan bermain ramalan saat Halloween di Irlandia.
Samhain/Calan Gaeaf menandai akhir musim panen dan awal musim dingin atau 'paruh yang lebih gelap' dari suatu tahun.[37][38]Sama seperti Belatane/Calan Mai, perayaan itu dilihat sebagai suatu waktu ambang, ketika batas antara dunia ini dan Dunia lainmenipis. Hal ini berarti Aos Sí (dilafalkan ees shee), para 'roh' atau 'peri', dapat lebih mudah datang ke dunia ini dan sangat diyakini.[39][40] Kebanyakan akademisi melihat Aos Sí sebagai "versi-versi terdegradasi dari para dewa kuno [...] yang mana pengaruhnya masih kuat di dalam benak masyarakat sekalipun telah secara resmi digantikan dengan keyakinan agama setelahnya". Aos Sídihormati sekaligus ditakuti, bahkan orang-orang seringkali memohon perlindungan Allah ketika menjelang sampai ke tempat tinggal mereka.[41][42] Saat perayaan Samhain, diyakini bahwa Aos Sí perlu ditenangkan untuk memastikan bahwa masyarakat dan ternakmereka dapat bertahan dalam musim dingin. Persembahan makanan dan minuman, atau sebagian hasil panen, ditinggalkan di luar untuk Aos Sí.[43][44][45] Jiwa-jiwa orang yang telah meninggal juga dikatakan mengunjungi kembali rumah mereka untuk meminta keramahtamahan.[46] Tempat-tempat telah diatur di meja makan dan dekat perapian untuk menyambut mereka.[47] Keyakinan bahwa jiwa-jiwa orang yang telah meninggal kembali ke rumah pada suatu malam dalam setahun tampaknya berasal dari tradisi kuno dan ditemukan dalam banyak budaya di seluruh dunia.[48] Di Irlandia abad ke-19, "lilin-lilin akan dinyalakan dan doa-doa secara resmi didaraskan bagi jiwa-jiwa orang yang telah meninggal. Setelah itu acara makan, minum, dan permainan akan dimulai".[49]
Di seluruh daerah Wales dan Gaelik, perayaan dalam rumah tangga meliputi ritual dan permainan yang dimaksudkan untuk meramal masa depan seseorang, khususnya sehubungan dengan kematian dan pernikahan.[50] Kacang-kacangan dan apel seringkali digunakan dalam ritual ramalan ini. Api unggun besar yang istimewa dinyalakan ada ritual yang melibatkan mereka. Abu, asap, dan nyala apinya dianggap memiliki kuasa pembersihan dan perlindungan, dan juga digunakan untuk ramalan.[36][37] Ada kesan bahwa api tersebut merupakan semacam sihir simpatik atau tiruan –sebagai tiruan Matahari, membantu "kekuatan pertumbuhan" dan menahan kerusakan serta kegelapan musim dingin.[47][51][52] Eddie J. Smith, seorang pendeta Kristen, berpendapat bahwa api unggun tersebut juga digunakan untuk menakut-nakuti para penyihir yang "menunggu hukuman mereka di neraka".[53]
photograph
Sebuah lentera tradisional dari rutabaga(semacam lobak, turnip) untuk Halloween di Irlandia yang dipamerkan di Museum of Country Life, Irlandia.
Sejak setidaknya abad ke-16,[54] festival tersebut menyertakan permainan sandiwara bisu dan menyamar (guising) di Irlandia, Skotlandia, Pulau Man, dan Wales.[55] Dalam permainan ini orang-orang berjalan dari rumah ke rumah dengan mengenakan kostum (atau menyamar), dan biasanya melantunkan syair atau nyanyian untuk mendapatkan makanan.[55] Itu mungkin dikarenakan pada awalnya merupakan suatu tradisi di mana orang-orang menyamar sebagai Aos Sí, atau jiwa-jiwa orang yang telah meninggal, dan menerima persembahan atas nama mereka, serupa dengan kebiasaan souling. Menirukan makhluk-makhluk ini, atau mengenakan samaran, juga diyakini dapat melindungi diri sendiri dari mereka.[56] Ada pendapat bahwa para pemain sandiwara bisu dan penyamar "menjelma menjadi roh-roh lama musim dingin, menuntut imbalan demi keberuntungan".[57] Di beberapa bagian Irlandia selatan, para penyamar menyertakan kuda hobi. Seorang laki-laki berpakaian sebagai Láir Bhán(kuda betina putih) dan memimpin anak-anak muda berkeliling dari rumah ke rumah untuk melantunkan syair —beberapa di antaranya mengandung nada-nada tambahan pagan— demi imbalan makanan. Jika suatu rumah tangga menyumbangkan makanan maka mereka dapat mengharapkan keberuntungan dari 'Muck Olla' tersebut; jika tidak maka akan membawa kemalangan.[58] Di Skotlandia, kaum muda pergi dari rumah ke rumah dengan topeng, wajah dicat atau dihitamkan, seringkali mengancam untuk melakukan kenakalan jika mereka tidak disambut dengan baik.[55]
F. Marian McNeill berpendapat bahwa festival kuno yang melibatkan orang-orang dalam kostum tersebut mewakili roh-roh, dan wajah ditandai (atau dihitamkan) dengan abu yang diambil dari api unggun sakral.[54] Di beberapa belahan Wales, laki-laki yang berpakaian seperti makhluk menakutkan disebut gwrachod.[55] Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, orang-orang muda di Glamorgan dan Orkney berlintas-busana.[55] Di bagian lain Eropa, bermain sandiwara bisu dan kuda hobi merupakan bagian dari festival-festival tahunan lainnya. Namun di daerah berbahasa Kelt "secara khusus cocok untuk suatu malam di mana para makhluk gaib dikatakan pergi mengembara dan dapat ditiru atau dihindari oleh para pengembara manusia".[55] Sejak setidaknya abad ke-18, "meniru roh-roh ganas" mengarah pada permainan lelucon di dataran tinggi Skotlandia dan Irlandia.[55] Mengenakan kostum dan bermain lelucon saat Halloween menyebar ke Inggris pada abad ke-20.[55] Bagi yang bermain samaran dan lelucon di luar pada waktu malam di beberapa tempat, sebagai penerangan tradisional digunakan lentera dari turnip atau mangelwurzel yang dilubangi dan seringkali diukir hingga berupa wajah aneh.[55] Oleh mereka yang membuatnya, lentera tersebut dikatakan mewakili roh-roh,[55] atau digunakan untuk menangkal roh-roh jahat.[59][60] Hal ini umum di sebagian dataran tinggi Skotlandia dan Irlandia pada abad ke-19,[55] serta di Somerset (lihat Malam Punkie). Kemudian pada abad ke-20 menyebar ke bagian lain dari Inggris dan menjadi dikenal secara umum sebagai jack-o'-lantern.[55]

Pengaruh Kekristenan[sunting | sunting sumber]

Adat dan kebiasaan Halloween saat ini juga diduga telah dipengaruhi oleh praktek dan dogma yang berasal dari Kekristenan. Halloween merupakan malam sebelum hari suci Kristen Hari Para Kudus (All Hallows' Day), yang juga disebut Hari Semua Orang Kudus (All Saints') atau Hallowmas, tanggal 1 November dan Hari Semua Jiwa (All Souls' Day) tanggal 2 November, sehingga tanggal 31 Oktober yang merupakan hari libur di beberapa negara ini selengkapnya dinamakan Malam Para Kudus (All Hallows' Eve, yaitu malam sebelum All Hallows' Day).[61] Sejak zaman Gereja perdana,[62] perayaan besar dalam Kekristenan (seperti NatalPaskah, dan Pentakosta) ada vigili yang dimulai pada malam sebelumnya, seperti halnya Hari Para Kudus.[63] Ketiga hari ini secara kolektif disebut Masa Para Kudus (Allhallowtide) dan merupakan suatu masa untuk menghormati parasanto/santa dan jiwa orang yang telah meninggal yang belum meraih Surga. Hari Para Kudus diperkenalkan tahun 609, tetapi awalnya dirayakan setiap tanggal 13 Mei,[64] pada tanggal yang sama dengan Lemuria, suatu festival orang mati dalam agama di Romawi Kuno. Pada tahun 835 tanggal perayaan ini secara resmi dipindahkan ke 1 November, tanggal yang sama dengan Samhain, atas perintah dari Paus Gregorius IV.[64] Beberapa kalangan berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh pengaruh bangsa Keltik, sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa ini adalah gagasan bangsa Jermanik,[64] meskipun diklaim bahwa baik mereka yang berbahasa Keltik maupun Jermanik memperingati orang meninggal pada awal musim dingin.[65] Hal itu mungkin dipandang sebagai saat yang paling tepat untuk melakukannya, sebagaimana saat tanaman-tanaman sedang 'sekarat'.[65][64] Ada juga dugaan bahwa perubahan tersebut dilakukan karena "alasan praktis bahwa Roma saat musim panas tidak dapat menampung sejumlah besar peziarah yang berbondong-bondong ke sana", dan mungkin disebabkan pertimbangan kesehatan masyarakat berkenaan dengan Demam Romawi – suatu penyakit yang merenggut sejumlah nyawa selama musim panas yang pengap di daerah tersebut.[66]
Pada Malam Para Kudus, umat Kristen di beberapa belahan dunia mengunjungipemakaman untuk berdoa dan menempatkan bunga serta lilin pada makam orang yang mereka cintai.[67]
Pada akhir abad ke-12 hari-hari tersebut menjadi hari raya wajib di seluruh Eropa dan mencakup berbagai tradisi seperti membunyikan lonceng gereja bagi jiwa-jiwa di api penyucian. Sebagai tambahan, "merupakan hal yang lazim bagi para juru siarmengenakan pakaian serba hitam untuk berpawai di jalan-jalan, membunyikan sebuah bel dengan suara memilukan dan menyerukan kepada semua umat Kristen yang berkehendak baik untuk mengenang jiwa-jiwa yang malang tersebut."[68] Ada pendapat yang mengatakan bahwa souling, yaitu kebiasaan membuat dan berbagi kue jiwa bagi semua jiwa yang telah dibaptis,[69]merupakan asal mula trick-or-treating.[70] Kebiasaan tersebut berawal dari, setidaknya, abad ke-15[71] dan ditemukan di bagian-bagian dari Inggris, FlandriaJerman, dan Austria.[48] Sekelompok kaum miskin, seringkali anak-anak, pergi dari pintu ke pintu sepanjang Allhallowtide untuk mengumpulkan kue-kue jiwa sebagai imbalan atas doa bagi yang telah meninggal dunia, khususnya jiwa-jiwa para teman dan kerabat sang pemberi kue-kue tersebut.[71][72][73] Kue jiwa juga dipersembahkan bagi jiwa-jiwa itu untuk dimakan,[48] atau diberikan kepada kaum miskin yang berkeliling tersebut —yang mana dipandang sebagai wakil mereka.[74]Shakespeare menyebut souling dalam komedinya The Two Gentlemen of Verona (1593).[75]
Mengenai kebiasaan mengenakan kostum, Prince Sorie Conteh, seorang pendeta Kristen, menuliskan: "Secara tradisi diyakini bahwa jiwa mereka yang telah meninggal dunia mengembara di bumi sampai pada Hari Semua Orang Kudus, dan Malam Para Kudus merupakan kesempatan terakhir bagi yang telah meninggal untuk melakukan pembalasan kepada musuh-musuh mereka sebelum beralih ke dunia berikutnya. Agar tidak dikenali para jiwa yang mungkin berusaha membalas dendam itu, orang-orang mengenakan topeng atau kostum untuk menyamarkan identitas mereka".[76] Pada Abad Pertengahan, dalam gereja-gerejadipamerkan relikui para martir dan paroki yang tidak dapat mengakomodirnya mengizinkan umat untuk berpakaian seperti para santo/santa tersebut;[77] praktek ini masih ada dalam beberapa kalangan Kristen masa kini saat perayaan Halloween.[78] Lesley Bannatyne, seorang penulis Amerika, meyakini bahwa hal ini merupakan suatu Kristenisasi dari suatu kebiasaan pagan sebelumnya.[79] Telah dikemukakan bahwa jack-o'-lantern, suatu simbol populer Halloween, pada awalnya merepresentasikan para jiwa orang yang telah meninggal.[80] Saat Halloween, di Eropa abad pertengahan, "api-api dinyalakan untuk memandu jiwa-jiwa ini dalam perjalanan mereka dan memalingkan mereka dari menghantui kaum Kristen yang lurus hati."[81] Rumah tangga di Austria, Inggris, dan Irlandia seringkali harus "menyalakan lilin di setiap ruangan untuk memandu jiwa-jiwa tersebut mengunjungi kembali kediaman duniawi mereka". Lilin-lilin tersebut dikenal sebagai "cahaya jiwa".[82][83][84]
Banyak umat Kristen di daratan Eropa, terutama di Perancis, mempercayai bahwa "sekali setahun, saat Hallowe'en, arwah mereka yang dimakamkan di halaman gereja bangkit untuk suatu karnaval yang liar dan mengerikan" yang dikenal sebagai Danse Macabre (Tarian Kematian), yang mana sering digambarkan dalam dekorasi gereja.[85] Christopher Allmand dan Rosamond McKitterick menuliskan dalam The New Cambridge Medieval History bahwa "umat Kristen tergerak oleh penglihatan Kanak-kanak Yesus yang bermain di pangkuan ibu-Nya; hati mereka tersentuh oleh Pietà; dan para santo pelindung meyakinkan umat akan kehadiran mereka. Tetapi, sementara itu, danse macabre mendesak umat agar tidak melupakan akhir dari semua hal duniawi."[86] Sebuah artikel yang diterbitkan oleh Christianity Today mengklaim bahwa danse macabre diadakan pada arak-arakan di pedesaan dan masque (suatu acara hiburan mengenai pengadilan), di mana orang-orang "berdandan seperti mayat-mayat dari berbagai lapisan masyarakat", dan mengajukan pendapat bahwa hal ini merupakan asal mula pesta kostum Halloween.[87][88]
Di beberapa bagian Britania Raya, kebiasaan-kebiasaan ini mendapat serangan selama Reformasi Inggris karena beberapa kalangan Protestan mencerca purgatorium sebagai suatu doktrin "papisme" yang tidak sesuai dengan gagasan mereka mengenai predestinasi. Sehingga, bagi beberapa kalangan Protestan Nonkonformisteologi All Hallows’ Evedidefinisikan kembali; tanpa doktrin purgatorium, "jiwa-jiwa yang telah berpulang tidak dapat berkelana ke Purgatorium dalam perjalanan mereka ke Surga, sebagaimana yang umat Katolik sering percayai dan tegaskan. Sebaliknya, yang disebut hantu dianggap sebagai roh-roh jahat dalam kenyataannya. Karenanya mereka menebar ancaman."[83]Kalangan Protestan lainnya mempertahankan keyakinan mengenai keadaan antara, yang dikenal sebagai Hades (Pangkuan Abraham),[89] dan tetap merayakan berbagai kebiasaan asalnya, terutama soulingprosesi lilin, serta membunyikan lonceng gereja untuk mengenang mereka yang telah meninggal.[61][90] Berkenaan dengan roh jahat, saat Halloween, "lumbung dan rumah diberkati untuk melindungi semua orang dan ternak dari pengaruh penyihir, yang diyakini mengiringi roh-roh ganas saat mereka berkelana di bumi."[81] Pada abad ke-19, di beberapa bagian pedesaan Inggris, para keluarga berkumpul di bukit-bukit pada malam All Hallows' Eve. Salah satu orang mengangkat seikat jerami yang dibakar dengan sebuah garpu panjang, sementara yang lain berlutut di sekelilingnya dalam lingkaran sambil berdoa bagi jiwa-jiwa kerabat dan teman mereka sampai api tersebut padam. Kebiasaan ini dikenal dengan nama teen'lay, yang berasal baik dari bahasa Inggris Kuno tendan (mengobarkan) ataupun suatu kata yang berhubungan dengan bahasa Irlandia Kuno tenlach (perapian).[91] Meningkatnya popularitas Malam Guy Fawkes (5 November), sejak tahun 1605 dan seterusnya, membuat banyak tradisi Halloween goyah karena disesuaikan dengan hari libur tersebut dan popularitas Halloween memudar di Britania Raya, dengan Skotlandia sebagai pengecualian yang patut dicatat.[92] Di sana dan di Irlandia, mereka telah merayakan Samhain dan Halloween setidaknya sejak Abad Pertengahan Awal; dan kirk Skotlandia (Gereja Skotlandia) melakukan pendekatan yang lebih pragmatis terhadap Halloween, dengan memandangnya penting untuk siklus kehidupan dan ritual peralihan di masyarakat dan karenanya memastikan kelestarian perayaan itu di negara tersebut.[92]
Di Perancis, beberapa keluarga Kristen pada malam All Hallows' Eve berdoa di samping makam orang-orang yang mereka cintai, dan meletakkan pinggan-pinggan penuh susu bagi mereka.[82] Saat Halloween di Italia, beberapa keluarga meninggalkan suatu hidangan makanan besar untuk hantu kerabat mereka yang meninggal dunia, sebelum keluarga tersebut berangkat menuju ibadah gereja.[93] Di Spanyol, saat malam tersebut, dibuat kue pastri istimewa yang dikenal sebagai "tulang belulang sang suci" (bahasa SpanyolHuesos de Santo) dan menaruhnya pada makam-makam di halaman gereja, suatu praktek yang terus berlanjut hingga saat ini.[94]

Penyebaran ke Amerika Utara[sunting | sunting sumber]


Acara tahunan Greenwich Village Halloween Parade di Kota New Yorkmerupakan parade Halloween terbesar di dunia.[95]
Lesley Bannatyne dan Cindy Ott menuliskan bahwa koloni Anglikan di Amerika Serikat Selatan dan koloni Katolik di Maryland"menerima All Hallow's Eve dalam kalender gereja mereka",[96][97] meskipun kaum Puritan New England menentang dengan keras hari libur tersebut, bersama dengan perayaan tradisional lain dari gereja yang dibentuknya, termasuk Natal.[98] Almanak Amerika Utara dari akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 tidak memberikan indikasi bahwa Halloween dirayakan secara luas di sana.[99]Imigrasi besar-besaran bangsa Skotlandia dan Irlandia pada abad ke-19 menjadikan Halloween sebagai suatu hari libur besar diAmerika Serikat.[99] Walau hanya terbatas pada masyarakat imigran selama pertengahan abad ke-19, perayaan tersebut secara bertahap berasimilasi ke dalam masyarakat arus utama, dan pada dekade pertama abad ke-20 dirayakan dari pesisir ke pesisir oleh masyarakat dari semua latar belakang agama, ras, dan sosial.[100] "Di daerah-daerah CajunMisa malam hari dirayakan di pemakaman saat malam Halloween. Lilin-lilin yang telah diberkati ditempatkan di makam-makam, dan para keluarga terkadang menghabiskan waktu sepanjang malam di sisi makam."[101]

Simbol-simbol[sunting | sunting sumber]


Saat Halloween, pekarangan, ruang publik, dan beberapa rumah mungkin dihiasi dengan simbol-simbol yang mengerikan menurut tradisi, misalnya penyihirkerangka,hantujaring laba-laba, dan batu nisan.
Perkembangan penggunaan artefak dan simbol yang terkait dengan Halloween terbentuk seiring berjalannya waktu. Menurut tradisi,jack-o'-lantern dibawa oleh para penyamar untuk menakut-nakuti roh jahat.[80][102] Ada suatu cerita rakyat populer di kalanganKristen Irlandia terkait dengan jack-o'-lantern,[103] yang mana dalam folklor dikatakan merepresentasikan "jiwa yang ditolak masuk kesurga maupun neraka":[104]
Dalam perjalanan pulang ke rumah setelah minum-minum semalaman, Jack bertemu dengan Iblis dan menipunya hingga ia memanjat sebuah pohon. Jack yang berpikir cepat segera menggoreskan tanda salib pada kulit pohon, sehingga membuat Iblis terperangkap. Jack menyambar dengan suatu pernyataan bahwa Setan tidak pernah dapat mengklaim jiwanya. Setelah suatu kehidupan yang dipenuhi dosakemabukan, dan tipu muslihat, Jack ditolak masuk ke surga ketika ia meninggal dunia. Iblis menepati janjinya dengan menolak Jack masuk ke dalam neraka dan melempar sebuah bara api ke arahnya, langsung dari api neraka. Saat itu malam yang dingin, maka Jack menempatkan arang tersebut di sebuah turnip yang dilubangi untuk mencegahnya keluar, karena waktu itu Jack dan lenteranya telah mengembara mencari sebuah tempat untuk istirahat.[105]
Menurut tradisi di Irlandia dan Skotlandia, turnip tersebut telah diukir atau dipahat saat Halloween,[106][107] namun para imigran diAmerika Utara menggunakan waluh setempat, yang mana lebih lunak dan lebih besar –sehingga lebih mudah diukir dibanding turnip.[106] Tradisi mengukir waluh di Amerika tercatat tahun 1837[108] dan awalnya terkait dengan waktu panen pada umumnya, tidak secara khusus dikaitkan dengan Halloween sampai pada pertengahan hingga akhir abad ke-19.[109]
Gambaran modern Halloween berasal dari banyak sumber, termasuk eskatologi Kristen, adat nasional, karya-karya Gotik dan sastra horor (seperti Frankenstein dan Dracula) serta film horor klasik (seperti Frankenstein dan The Mummy).[110][111] Citra tengkorak, yang mana merujuk pada Golgota dalam tradisi Kristen, berfungsi sebagai "suatu pengingat akan kematian dan sifat sementara kehidupan manusia", dan karenanya ditemukan dalam komposisi memento mori serta vanitas;[112] oleh sebab itu citra tengkorak menjadi biasa saat Halloween, yang mana bersentuhan dengan tema ini.[113] Secara tradisi, dinding belakang bangunan gereja "dihiasi dengan suatu penggambaran tentangPengadilan Terakhir, lengkap dengan makam-makam yang terbuka dan bangkitnya orang mati, dengan suatu surga yang penuh dengan malaikat dan suatu neraka yang penuh dengan setan," sebuah corak yang telah meresap ke dalam perayaan dari trihari ini.[114] Salah satu karya tertua tentang topik Halloween adalah dari penyair Skotlandia John Mayne, yang mana pada tahun 1780 membuat catatan mengenai lelucon saat Halloween; "What fearfu' pranks ensue!" (Betapa menakutkannya lelucon-lelucon yang dibuat!), seperti juga hal supranatural yang dikaitkan dengan malam tersebut, "Bogies" (hantu-hantu), mempengaruhi "Halloween" (1785) karya Robert Burns.[115] Elemen-elemen musim gugur seperti waluh, kelobot jagung, dan orang-orangan sawah, juga lazim ditemui. Rumah-rumah seringkali dihias dengan jenis-jenis simbol ini sekitar masa perayaan Halloween. Gambaran mengenai Halloween meliputi tema-tema kematiankejahatan, dan monster-monster dalam mitos.[116] Hitam, oranye, dan kadang-kadang ungu, merupakan warna-warna tradisional Halloween.

Trick or treat dan penyamaran[sunting | sunting sumber]


Para trick-or-treater diSwedia
Trick-or-treating adalah suatu perayaan yang biasa dilakukan anak-anak saat Halloween. Anak-anak pergi berkeliling dari rumah ke rumah dengan mengenakan kostum; mereka meminta diberikan sesuatu seperti permen, atau kadang-kadang uang, sambil mengajukan pertanyaan, "Trick or treat?" Kata "trick" mengacu pada "threat" (ancaman) yang berarti bahwa mereka akan melakukan kenakalan pada pemilik rumah atau propertinya jika tidak diberikan apa-apa.[70] Praktek tersebut dikatakan berakar dari praktek bermain sandiwara bisu (mumming) di abad pertengahan, yang mana berkaitan erat dengan kebiasaan berbagi kue jiwa (souling).[117] John Pymm menuliskan bahwa "banyak hari-hari raya yang berkaitan dengan pertunjukan drama mumming yang dirayakan oleh Gereja Kristen."[118] Hari-hari raya ini misalnya All Hallows' Eve (Malam Para Kudus), Natal, Malam Keduabelas, dan Selasa Pengakuan (Shrove TuesdayMardi Gras).[119][120] Bermain sandiwara bisu dipraktekkan di Jerman, Skandinavia, dan belahan Eropa lainnya;[121] orang-orang mengenakan kostum dan topeng serta "berpawai di jalan-jalan dan masuk ke rumah-rumah untuk menari atau bermain dadu dalam keheningan."[122]
Di Inggris, sejak masa abad pertengahan,[123] sampai tahun 1930-an,[124] masyarakat mempraktekkan kebiasaan Kristen meminta-minta kue jiwa saat Halloween, dimana sekelompok anak-anak dan kaum miskin, baik umat Protestan maupun Katolik,[90] pergi dari paroki ke paroki untuk meminta kue-kue jiwa pada kaum kaya, dengan imbalan doa bagi jiwa-jiwa para pemberi dan teman mereka.[72] Di Skotlandia dan Irlandia, menyamar (guising) – yaitu anak-anak menyamarkan diri dengan mengenakan kostum sambil berkeliling dari rumah ke rumah demi mendapatkan makanan atau uang logam – merupakan suatu kebiasaan Halloween tradisional, dan tercatat di Skotlandia saat Halloween tahun 1895 di mana mereka yang bertopeng dalam penyamaran membawa lentera yang terbuat dari turnip yang dilubangi, mengunjungi rumah-rumah untuk mendapatkan kue, buah, dan uang.[107] Praktek menyamar saat Halloween di Amerika Utara pertama kali tercatat tahun 1911, di mana sebuah surat kabar di Kingston, Ontario melaporkan anak-anak yang melakukan guising di lingkungan sekitarnya.[125]

Souling merupakan suatu praktek Kristen yang dilakukan di banyak kota di Inggris saat Halloween dan Natal.
Penulis dan sejarawan Amerika Ruth Edna Kelley dari Massachusetts menuliskan buku pertama yang berisi sejarah panjang Halloween di Amerika Serikat, The Book of Hallowe'en (1919), dan bercerita tentang souling dalam bab "Hallowe'en di Amerika".[126] Dalam bukunya, Kelley menyinggung kebiasaan-kebiasaan yang datang dari seberang Atlantik: "Orang-orang Amerika telah memeliharanya, dan menjadikan ini suatu acara sebagaimana harusnya dalam hari-hari terbaiknya di seberang lautan. Semua kebiasaan Halloween di Amerika Serikat dipinjam langsung atau diadaptasi negara-negara lain".[127]
Referensi pertama tentang guising di Amerika Utara mencatat tahun 1911, sedangkan referensi lain tentang ritual meminta-minta saat Halloween memperlihatkan tahun 1915, di tempat yang tak diketahui, dengan referensi ketiga di Chicago pada tahun 1920.[128] Penggunaan paling awal yang diketahui atas istilah "trick or treat" dalam media cetak memperlihatkan tahun 1927, di Blackie Herald AlbertaKanada.[129]
Ribuan kartu pos Halloween yang diproduksi saat pergantian abad ke-20 sampai tahun 1920-an menampilkan anak-anak, tetapi tanpa trick-or-treating.[130] Kebiasaan ini tampaknya belum dipraktekkan secara luas sampai tahun 1930-an; kemunculan pertama istilah tersebut di Amerika Serikat tercatat pada tahun 1934,[131] dan penggunaan pertama dalam suatu publikasi nasional terjadi pada tahun 1939.[132]

Bagasi sebuah mobil di acara trunk-or-treat di Pusat Pembelajaran Awal dan Gereja Lutheran St. Yohanes diDarien, Illinois.
Ada suatu varian populer dari trick-or-treating, yang dikenal dengan nama trunk-or-treating (atau Halloween tailgating), di mana "anak-anak ditawarkan suguhan (treat) dari bagasi (trunk) mobil yang diparkir di pelataran parkir gereja," atau terkadang di pelataran parkir sekolah.[94][133]Dalam acara tersebut, bagasi masing-masing mobil dihias dengan suatu tema tertentu,[134] misalnya peran kerjakitab suci, film, dan bacaan anak.[135] Trunk-or-treating telah berkembang popularitasnya karena dianggap lebih aman daripada pergi dari pintu ke pintu, suatu pokok yang diterima dengan baik oleh para orang tua, serta kenyataan bahwa perayaan tersebut "memecahkan teka-teki di daerah pedesaan di mana rumah-rumah dibangun terpisah setengah mil jaraknya".[136][137]

Kostum[sunting | sunting sumber]


Suatu pesta kostum pada tahun 1890.
Kostum-kostum Halloween secara tradisi menirukan tokoh-tokoh supranatural seperti vampir, monster, hantu, kerangka, penyihir, dan setan. Seiring berjalannya waktu, di Amerika Serikat pemilihan kostum diperluas hingga mencakup karakter-karakter populer dari arketipeumum, selebriti, dan fiksi seperti ninja dan putri raja.[70]
Berdandan dengan kostum dan melakukan penyamaran merupakan hal yang lazim di Irlandia dan Skotlandia pada akhir abad ke-19.[107]Mengenakan kostum menjadi populer dalam pesta-pesta Halloween di Amerika Serikat pada awal abad ke-20, baik bagi orang dewasa maupun anak-anak. Kostum Halloween pertama yang diproduksi secara massal terlihat di toko-toko pada tahun 1930-an ketika trick-or-treating telah menjadi populer di Amerika Serikat.
Parade Halloween Newyork dimulai pada tahun 1974 oleh Ralph Lee, seorang pemain boneka dan pembuat topeng dariGreenwich Village. Acara tahunan tersebut merupakan pawai perayaan Halloween terbesar di dunia, dan salah satu pawai besar malam hari khas Amerika (bersama dengan Parade Cahaya Bintang Portland), yang menarik minat lebih dari 60 ribu peserta berkostum, 2 juta penonton, dan lebih dari 100 juta pemirsa televisi di seluruh dunia.[95]
Eddie J. Smith, dalam bukunya Halloween, Hallowed is Thy Name menawarkan suatu perspektif religius dalam hal mengenakan kostum saat All Hallows' Eve. Ia berpendapat bahwa dengan berdandan sebagai makhluk-makhluk "yang pada satu waktu menyebabkan kita takut dan gemetar", orang dapat menertawakan Setan "yang kerajaannya telah dirampas oleh Juruselamat kita." Gambar-gambar kerangka dan orang mati merupakan dekorasi tradisional yang digunakan sebagaimemento mori (pengingat bahwa setiap orang akan meninggal dunia).[138][139]

UNICEF[sunting | sunting sumber]

"Trick-or-Treat for UNICEF" merupakan program penggalangan dana untuk mendukung UNICEF,[70] suatu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyediakan bantuan kemanusiaan untuk anak-anak di negara berkembang. Bermula sebagai acara setempat di suatu lingkungan Philadelphia Timur Laut pada tahun 1950 dan diperluas ke tingkat nasional pada tahun 1952, program tersebut meliputi pembagian kotak-kotak kecil oleh semua sekolah (atau di zaman modern, sponsor perusahaan seperti Hallmark, di toko-toko berlisensi mereka) kepada para trick-or-treater agar mereka dapat memperoleh sedikit sumbangan dari setiap rumah yang mereka kunjungi. Diperkirakan bahwa anak-anak berhasil mengumpulkan lebih dari $ 118 juta untuk UNICEF sejak awal peluncuran program tersebut. Di Kanada, pada tahun 2006, UNICEF memutuskan untuk menghentikan kotak-kotak pengumpulan tersebut, sambil menyebut kekhawatiran mengenai administrasi dan keamanan; setelah berkonsultasi dengan sekolah-sekolah, mereka mendesain ulang program tersebut.[140][141]

Perayaan religius[sunting | sunting sumber]

Hari Raya Semua Orang Kudus ditentukan misionaris Kristen bertepatan dengan hari raya pagan dengan alasan ingin orang pagan mempercayai agama Kristen. Hari Orang Mati (Day of the Dead) yang merayakan kedatangan arwah sanak keluarga dan kerabat kembali ke bumi sampai sekarang masih diperingati di beberapa negara seperti di Brazil,MeksikoChina dan Filipina.

Di seluruh dunia[sunting | sunting sumber]


Pajangan bertema Halloween diSaitamaJepang.
Tradisi dan arti penting Halloween sangat bervariasi di antara negara-negara yang merayakannya. Di Skotlandia dan Irlandia, adat tradisional Halloween misalnya anak-anak berdandan dengan kostum untuk melakukan guising, mengadakan pesta, sementara praktek lainnya di Irlandia meliputi penerangan api unggun besar (bonfire) dan pertunjukan kembang api.[142][143] Di Bretagne anak-anak bermainlelucon praktis dengan menempatkan lilin-lilin di dalam tengkorak di pemakaman untuk menakut-nakuti pengunjung.[144] Imigrasitransatlantik secara massal pada abad ke-19 mempopulerkan Halloween di Amerika Utara, dan perayaan di Amerika Serikat sertaKanada memberikan dampak yang berarti menyangkut bagaimana acara tersebut dirayakan di negara-negara lainnya. Pengaruh Amerika Utara yang lebih kuat ini, terutama dalam unsur-unsur komersial dan ikonik, telah meluas ke tempat-tempat seperti Amerika SelatanAustralia,[145] Selandia Baru,[146] sebagian besar Eropa DaratanJepang, dan belahan Asia Timur lainnya.[147] Di Filipina, saat Halloween, orang-orang Filipina pulang ke kampung halaman mereka dan membeli lilin serta bunga, untuk persiapan Hari Raya Semua Orang Kudus (Araw ng mga Patay) pada 1 November dan Hari Semua Jiwa —meski hari ini jatuh pada tanggal 2 November, kebanyakan dari mereka merayakannya lebih cepat pada tanggal sebelumnya.[148]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar