Beruang Kecil tak menyangka akan ada kejadian tak menyenagkan sepagi ini. Berawal dari ketika Beruang Kecil bertanya pada gorila, tentang janjinya menyidiakan buah-buahan untuk seekor lutung malang yang kakinya terluka parah terkena jerat pemburu.
Saat Beruang Kecil bertanya kapan buah-buahan itu akan ia berikan, gorila malah berkata nanti. Beruang Kecil hanya ingin tau kepastian kapan makanan itu tersedia, karena tubuh lutung semakin lemah dan ia tak bisa mencari makanan sendiri. Sementara buah-buahan yang diberikan oleh Beruang Kecil sudah hampir habis.
Beruang Kecil kembali bertanya, kapan gorila bisa menyediakan buah-buahan itu. Apakah akan dia berikan besok, sesuai janjinya. Apalagi yang menyebabkan lutung terluka adalah gorila. Karena saat gorila itu mengajak lutung untuk mencari tanaman obat ke tengah hutan. Dan disitulah lutung terkena jebakan pemburu. Karena itulah gorila berjanji untuk mencarikan makanan untuk lutung selama ia sakit.
Dan hal tak menyenangkan itu pun terjadi. Gorila marah dan memukul-mukul tangannya ke dadanya tanda marah dan ingin berkelahi. Beruang Kecil coba menenangkan diri dan mengingatkan gorila agar bisa menepati janjinya.
Gorila pun semakin marah, gorila semakin menggila. Gorila mengucapkan kata-kata yang tak enak didengar dan berkata pada Beruang Kecil, bahwa semua ini bukan urusan Beruang Kecil dan tak perlu ikut campur.
Beruang Kecil tetap berusaha menahan emosinya yang semakin memuncak. Dan meninggalkan gorila yang terlihat semakin marah. Beruang Kecil tidak mau mencari masalah. Dan ia menjelaskan apa yang terjadi pada lutung dan berharap semoga lutung bisa sabar, karena ia akan mencarikan buah-buahan untuk lutung.
Ternyata tupai, rusa dan macan juga tau apa yang terjadi. Mereka juga kesal dan mengutuk sifat buruk gorila. Mereka mencoba menenangkan Beruang Kecil dan menyemangati lutung agar segera sembuh.
Assalamualaykum Warahmatullahi Wabarakatu, Mejuah-juah, Aneyonghaseyo, Bonjour, Halo, selamat datang di Dunia Ku Dunia Juli "Black Pandia", disini berisi tentang hal-hal menarik, informatif, menghibur, unik, dan juga coretan-coretan juga hal-hal tentang diriku. Selamat Berkunjung ^_^
Selasa, 17 Mei 2016
Beruang Kecil [ Chapter 20 : Titik Jenuh ]
Sudah lama sebenarnya Beruang Kecil merasakan perasaan. Rasa bosan dan ingin pergi. Banyak hal yang membuatnya merasa tak nyaman lagi. Dan lagi pula Beruang Kecil ingin merasakan suasana baru dan lingkungan yang baru.
Walau ia juga merasa banyak hal-hal menyenangkan dan baik yang ia dapat. Tapi tetap ia ingin pergi. Tak ada hal yang bisa menahan langkahnya untuk tetap tinggal.
Penghuni hutan juga sudah makin ramai. Makin banyak wajah-wajah baru. Dan bukankah dengan perginya Beruang Kecil justru menjadi kesempatan baik untuk mereka. Karena pesaing dalam mencari makanan jadi berkurang.
Beruang Kecil menatap seisi hutan, menikmati suasana yang nyaman dan tenang. Menikmati sisa-sisa waktunya disini. Karena cepat atau lambat ia akan pergi juga.
Pohon besar disudut hutan, jadi tempat favorit Beruang Kecil saat melepas lelah. Bahkan ia selalu menghiasi tempat ini dengan bunga-bunga hutan yang cantik. Semilir angin berhembus lembut dan kicauan burung nuri begitu merdu. Menghanyutkan Beruang Kecil dalam suasana.
Walau ia juga merasa banyak hal-hal menyenangkan dan baik yang ia dapat. Tapi tetap ia ingin pergi. Tak ada hal yang bisa menahan langkahnya untuk tetap tinggal.
Penghuni hutan juga sudah makin ramai. Makin banyak wajah-wajah baru. Dan bukankah dengan perginya Beruang Kecil justru menjadi kesempatan baik untuk mereka. Karena pesaing dalam mencari makanan jadi berkurang.
Beruang Kecil menatap seisi hutan, menikmati suasana yang nyaman dan tenang. Menikmati sisa-sisa waktunya disini. Karena cepat atau lambat ia akan pergi juga.
Pohon besar disudut hutan, jadi tempat favorit Beruang Kecil saat melepas lelah. Bahkan ia selalu menghiasi tempat ini dengan bunga-bunga hutan yang cantik. Semilir angin berhembus lembut dan kicauan burung nuri begitu merdu. Menghanyutkan Beruang Kecil dalam suasana.
Panda Kecil [ Episode 6 : Ujian ]
Saat berjalan-jalan sore keliling hutan, Panda Kecil memperhatikan keadaan sekitar, ada yang sedikit berbeda. Keliatan banyak sekali hewan-hewan yang seperti berlomba atau melakukan suatu hal yang dilakukan secara bersamaan dan beramai-ramai, tapi bukan bermain.
Dan ternyata mereka sedang melakukan ujian. Ada sekelompok elang laut yang sedang melakukan ujian kecepatan terbang dan menangkap ikan. Ada anak-anak citah yang sedang ujian berlari dan berburu. Ada pula ular kobra yang sedang diuji untuk mematuk mangsa. Dan banyak lagi hewan lainnya yang sedang mengadakan tes atau ujian untuk menguji sejauh mana kemampuan mereka.
Tapi Panda Kecil sedikit terkejut melihat ada hewan-hewan yang curang. Segerombolan monyet yang sedang diuji mengumpulkan buah tercepat, malah mencuri buah-buahan dari sarang tupai. Ada pula
merak yang diuji siapa yang memiliki bulu terindah, malah mencabuti bulu temannya yang lebih indah dari dia. Dan yang lebih parah adalah ayam hutan, demi menjadi pejantan penguasa dia malah menyuap ayam hutan kepala suku dengan begitu banyak makanan. Padahal dia sama sekali tidak mempunyai jiwa pemimpin, dia malas dan hanya ingin menguasai betina-betina muda dan cantik yang ada dikelompok mereka. Sementara betina tua, disuruh mencari makan dan mengurus anak. Sungguh tidak adil.
Panda Kecil hanya bisa melihat tanpa bisa banyak bicara. Pernah ia memberikan protes, tapi malah akhirnya ia yang di buli oleh hewan-hewan yang diprotes. Panda Kecil hanya bisa berharap, semoga raja hutan bisa lebih bijaksana dalam mengawasi dan mengatur penghuni hutan ini. Karena Panda Kecil benar-benar tidak nyaman melihat pemandangan ini. Tapi apa daya, Panda Kecil hanyalah Panda Kecil. Dan suaranya tak kan didengar oleh mereka.
Panda Kecil melanjutkan perjalanan, pulang. Sambil menikmati langit senja yang mulai menguning kemerahan. Melupakan apa yang dilihatnya tadi. Dan berusahan agar tidak tertular virus-virus yang benar-benar mematikan moral, yang sedang menyebar dihutan ini.
Dan ternyata mereka sedang melakukan ujian. Ada sekelompok elang laut yang sedang melakukan ujian kecepatan terbang dan menangkap ikan. Ada anak-anak citah yang sedang ujian berlari dan berburu. Ada pula ular kobra yang sedang diuji untuk mematuk mangsa. Dan banyak lagi hewan lainnya yang sedang mengadakan tes atau ujian untuk menguji sejauh mana kemampuan mereka.
Tapi Panda Kecil sedikit terkejut melihat ada hewan-hewan yang curang. Segerombolan monyet yang sedang diuji mengumpulkan buah tercepat, malah mencuri buah-buahan dari sarang tupai. Ada pula
merak yang diuji siapa yang memiliki bulu terindah, malah mencabuti bulu temannya yang lebih indah dari dia. Dan yang lebih parah adalah ayam hutan, demi menjadi pejantan penguasa dia malah menyuap ayam hutan kepala suku dengan begitu banyak makanan. Padahal dia sama sekali tidak mempunyai jiwa pemimpin, dia malas dan hanya ingin menguasai betina-betina muda dan cantik yang ada dikelompok mereka. Sementara betina tua, disuruh mencari makan dan mengurus anak. Sungguh tidak adil.
Panda Kecil hanya bisa melihat tanpa bisa banyak bicara. Pernah ia memberikan protes, tapi malah akhirnya ia yang di buli oleh hewan-hewan yang diprotes. Panda Kecil hanya bisa berharap, semoga raja hutan bisa lebih bijaksana dalam mengawasi dan mengatur penghuni hutan ini. Karena Panda Kecil benar-benar tidak nyaman melihat pemandangan ini. Tapi apa daya, Panda Kecil hanyalah Panda Kecil. Dan suaranya tak kan didengar oleh mereka.
Panda Kecil melanjutkan perjalanan, pulang. Sambil menikmati langit senja yang mulai menguning kemerahan. Melupakan apa yang dilihatnya tadi. Dan berusahan agar tidak tertular virus-virus yang benar-benar mematikan moral, yang sedang menyebar dihutan ini.
Kecurangan Dalam Pelaksanaan Ujian Nasional Sudah Jadi Rahasia Umum
Ujian Nasional sudah berlangsung. Mulai dari tingkat SMA, SMP dan sekarang SD. Ujian Nasional dijadikan sebagai patokan untuk penentu kelulusan siswa. Bila nilai Ujian Nasional rendah maka jangna harap ia bisa lulus, walau nilai keseharian disekolah cukup bagus. Dan Ujian Nasional pun menjadi sosok yang mengerikan bagi setiap siswa. Seakan Ujian Nasional monster yang sangat menakutkan.
Aku ingat sekali waktu aku Ujian Nasional di SMA dulu ditahun 2005. Waktu itu masih ada standart nilai kelulusan yaitu 4,25 untuk tiap mata pelajaran yang di ujikan. Karena aku ambil jurusan IPA, maka pelajaran yang diujikan adalah Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Jika salah satu nilai dari mata pelajaran yang ujikan tidak memenuhi syarat, maka siswa tidak akan lulus dan tidak ada ujian susulan atau ujian ulangan. Yang ada hanya mengulang sekolah lagi kembali duduk di kelas tiga dan belajar selama setahun dan ikut Ujian Nasional tahun depan.
Benar-benar Ujian Nasional waktu itu membuat aku, teman-temanku dan seluruh siswa SMA diseluruh Indonesia deg-degan takut ga lulus. Aku bahkan sampai niat dalam hati untuk melakukan puasa selama tiga hari kalau aku lulus. Dan yang tadinya malas shalat jadi rajin shalat, hehe. Karena siapa juga yang ga takut, belum lagi malunya dan pastinya kedua orang tua bakal kecewa kalau sampai anaknya ga lulus.
Rasa khawatir itu bukan hanya melanda siswa tapi juga guru-guru yang takut siswanya ga lulus. Dan saat-saat kritis tersebut justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Dengan menjual bocoran kunci jawaban. Dan pelakunya kebanyakan dari pihak pekerja didunia pendidikan termasuk guru. Karena soal ujian untuk satu wilayah saja dibuat berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Maka banyak sekali kejadian salah kunci jawaban, sehingga uang yang sudah dikeluarkan untuk membeli kunci jawaban malah membuat si siswa jadi ga lulus. Itu dia karena ga mau usaha sendiri ya jadinya rugi sendiri. Dan bahkan pelaku penjual kunci jawaban yang juga guru sekolah kena imbasnya yaitu dipecat.
Dan aku akui waktu Ujian Nasional dijaman SMA dulu aku juga ada sedikit mencontek liat jawaban teman. Dipelajaran Matematika karena aku memang benci dan ga ngerti ama pelajaran yang satu itu. Dan aku cuma liat beberapa jawaban saja karena udah mentok banget dan benar-benar ga ngerti, jadi dari pada nilaiku ga memenuhi syarat dan ga lulus, terpaksa aku nyontek dikit. Aku berharap setidaknya nilai Matematikaku bisa sampai target 4,25 biar lulus. Dan aku ga ngarep lebih karena aku tau kalau nilai Matematikaku bisa tinggi padahal aku ga ngerti, berarti itu kan nilai palsu. Dan ternyata aku dapat nilai 6,00. Untuk Bahasa Inggris aku juga ada sedikit mencontek dan nilai Bahasa Inggris ku cukup tinggi, dapat 8, sekian tapi aku ga puas karena ada unsur nyontek disitu, walau cuma dikit dan tetap bukan nilai murni ku. Untuk Bahasa Indonesia aku mendapat nilai rendah cuma 6,8 sekian, padahal Bahasa Indonesia termasuk pelajaran kesukaan ku dan memang aku mengerjakannya tanpa mencontek sedikitpun. Walau sedikit kecewa karena nilai pelajaran yang ku suka rendah, tapi aku bangga karena itu murni hasil dari jerih payah ku sendiri tanpa mencontek. Tapi tetap malu karena aku orang Indonesia tapi kok nilai Bahasa Indonesianya rendah malah lebih tinggi nilai Bahasa Inggris, hehe.
Itu tadi sekilas tentang pengalamanku waktu Ujian Nasional SMA dulu dan sekarang kembali kepembahasan kita tentang kecurangan yang terjadi di Ujian Nasional yang memang sudah jadi rahasia umum.
Demi meluluskan siswa-siswanya dengan nilai yang bagus, banyak sekali sekolah dan guru-guru melakukan sedikit kecurangan dengan memberikan kunci jawaban pada siswanya. Karena jika siswa banyak yang tidak lulus maka akan berimbas buruk pada sekolah. Otomatis pihak sekolah dan guru dianggap tidak bermutu karena siswanya banyak yang tidak lulus. Dan pastilah ditahun ajaran baru tidak banyak siswa yang mendaftar disana, itu untuk seekolah swasta. Sementara untuk sekolah negeri, jelas itu merusak reputasi sekolah negeri yang selalu dibanggakan, Karena untuk masuk sekolah negeri harus dengan standart nilai yang ditentukan dan tidak semua orang bisa masuk disitu.
Bahkan aku pernah bertanya pada seorang guru, "kenapa siswa harus diberikan kunci jawaban agar dapat nilai tinggi, bukankah itu justru membuat siswa semakin bodoh karena nilai yang mereka dapat bukanlah nilai hasil kerja keras mereka. Kenapa tidak dibiarkan saja nilai siswa itu murni, walaupun nilainya sangat rendah. Tapi itu lebih baik daripada nilai hasil contekan?" kemudian guru itu menjawab "Ini demi manjaga gengsi kepala daerah. Karena kalau disuatu daerah banyak siswa yang tidak lulus dan nilai mereka sangat rendah. Itu pertanda pimpinan kurang memperhatikan rakyatnya dan jelas menjatuhkan pamor dan martabat si kepala daerah" jelas guru itu. Aku cukup kaget mendengarnya, karena ternyata ada unsur politik didalamnya. Demi jaga gengsi kepala daerah. Dan bocoran kunci jawaban juga didapat dari dinas pendidikan setempat. Yang selalu dirahasiakan, tapi semua orang sudah tau tapi terpaksa pura-pura tidak tau.
Imbasnya terlihat dari mutu siswa-siswa sekarang ini. Kebanyakan siswa jadi malas belajar dan sepele. Karena mereka tau bakalan dapat bantuan dari guru-guru mereka saat ujian nanti. Bahkan sempat ada siswa yang aku tanyai kenapa mereka malas menghadiri les/pelajaran tambahan jelang ujian nasional. Dan dengan santai mereka menjawab "buat apa capek-capek les, saat ujian nanti kan pasti dapat kunci jawaban, jadi santai saja" begitu jawaban mereka enteng.
Jelas tindakan seperti ini hanya akan menciptakan generasi yang tidak bermutu. Karena menyepelekan semua hal dan tidak ada niat untuk berusaha sendiri. Bahkan ujian nasional yang dulu menakutkan jadi terlihat biasa saja.
Padahal dulu siswa tidak berani main-main dengan ujian nasional, bahkan banyak yang bunuh diri dan frustasi saat tidak lulus, apalagi ujian susulan tidak ada. Tapi sekarang siswa sudah sepele dengan ujian nasional, apalagi ada ujian susulan bagi yang tidak lulus.
Namun bagi siswa yang benar-benar mengandalkan kemampuan, mereka tidak mau mencontek atau mengharap bantuan dan mereka belajar dengan serius. Walau akhirnya ternyata mereka dapat nilai rendah sementara nilai teman mereka yang malas belajar, bandel dan bahkan jarang masuk kelas malah jauh lebih tinggi dari mereka.
Dan ini sudah banyak terjadi dan itu akibat kecurangan saat ujian. Sehingga hal tersebut banyak menyurutkan samangat siswa.
Aku menulis seperti ini karena berdasarkan pengalamanku yang pernah ikutan ujian nasional dan juga karena kemarin aku sempat bekerja disekolah, Jadi sedikit banyak aku tau. Dan aku berharap sekali moga kedepannya dunia pendidikan Indonesia bisa jadi lebih baik dan bisa menjadi contoh bagi negara luar.
Semoga tidak ada lagi unsur-unsur pemanfaatan dalam dunia pendidikan. Yang hanya demi kepentingan segelintir orang, hingga mengorbankan begitu banyak penerus bangsa. Karena nilai kejujuran itu jauh lebih baik. Dan yang pasti, bukanlah nilai diselembar kertas yang menjadi patokan utama. Tapi nilai moral, budi pekerti dan sebagainya harus diutamakan. Lagi pula, nilai yang tinggi belum tentu menentukan seseorang itu sukses atau tidak. Karena selama ini yang ada dipikiran kita hanya nilai yang tinggi, karena orang dengan nilai tinggi pasti pintar. Kita lebih mengutamakan kuantitas/jumlah dari pada kualitas. Padah kualiatas itu yang harus diutamakan dan kualitas tidak ditentukan dari nilai ijazah semata, tapi dari hasil kerja dilapangan. Karena begitu banyak orang diluar sana yang nilai akademisnya kurang tapi malah bisa menjadi orang sukses atau jadi ilmuwan. Sebagai contoh Albert Einstein dan banyak ilmuwan lainnya yang nilai akademisnya rendah, tapi ternyata mempunyai penemuan yang luar biasa dan mengalahkan orang-orang dengan nilai akademis tinggi.
Jadi sekali lagi, stop untuk kecurangan dan stop untuk menjadikan dunia pendidikan sebagai ladang bisnis, politik, atau ajang gengsi dan sebagainya. Agar pendidikan Indonesia bisa jadi lebih baik dan semakin baik.
Aku ingat sekali waktu aku Ujian Nasional di SMA dulu ditahun 2005. Waktu itu masih ada standart nilai kelulusan yaitu 4,25 untuk tiap mata pelajaran yang di ujikan. Karena aku ambil jurusan IPA, maka pelajaran yang diujikan adalah Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Jika salah satu nilai dari mata pelajaran yang ujikan tidak memenuhi syarat, maka siswa tidak akan lulus dan tidak ada ujian susulan atau ujian ulangan. Yang ada hanya mengulang sekolah lagi kembali duduk di kelas tiga dan belajar selama setahun dan ikut Ujian Nasional tahun depan.
Benar-benar Ujian Nasional waktu itu membuat aku, teman-temanku dan seluruh siswa SMA diseluruh Indonesia deg-degan takut ga lulus. Aku bahkan sampai niat dalam hati untuk melakukan puasa selama tiga hari kalau aku lulus. Dan yang tadinya malas shalat jadi rajin shalat, hehe. Karena siapa juga yang ga takut, belum lagi malunya dan pastinya kedua orang tua bakal kecewa kalau sampai anaknya ga lulus.
Rasa khawatir itu bukan hanya melanda siswa tapi juga guru-guru yang takut siswanya ga lulus. Dan saat-saat kritis tersebut justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Dengan menjual bocoran kunci jawaban. Dan pelakunya kebanyakan dari pihak pekerja didunia pendidikan termasuk guru. Karena soal ujian untuk satu wilayah saja dibuat berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Maka banyak sekali kejadian salah kunci jawaban, sehingga uang yang sudah dikeluarkan untuk membeli kunci jawaban malah membuat si siswa jadi ga lulus. Itu dia karena ga mau usaha sendiri ya jadinya rugi sendiri. Dan bahkan pelaku penjual kunci jawaban yang juga guru sekolah kena imbasnya yaitu dipecat.
Dan aku akui waktu Ujian Nasional dijaman SMA dulu aku juga ada sedikit mencontek liat jawaban teman. Dipelajaran Matematika karena aku memang benci dan ga ngerti ama pelajaran yang satu itu. Dan aku cuma liat beberapa jawaban saja karena udah mentok banget dan benar-benar ga ngerti, jadi dari pada nilaiku ga memenuhi syarat dan ga lulus, terpaksa aku nyontek dikit. Aku berharap setidaknya nilai Matematikaku bisa sampai target 4,25 biar lulus. Dan aku ga ngarep lebih karena aku tau kalau nilai Matematikaku bisa tinggi padahal aku ga ngerti, berarti itu kan nilai palsu. Dan ternyata aku dapat nilai 6,00. Untuk Bahasa Inggris aku juga ada sedikit mencontek dan nilai Bahasa Inggris ku cukup tinggi, dapat 8, sekian tapi aku ga puas karena ada unsur nyontek disitu, walau cuma dikit dan tetap bukan nilai murni ku. Untuk Bahasa Indonesia aku mendapat nilai rendah cuma 6,8 sekian, padahal Bahasa Indonesia termasuk pelajaran kesukaan ku dan memang aku mengerjakannya tanpa mencontek sedikitpun. Walau sedikit kecewa karena nilai pelajaran yang ku suka rendah, tapi aku bangga karena itu murni hasil dari jerih payah ku sendiri tanpa mencontek. Tapi tetap malu karena aku orang Indonesia tapi kok nilai Bahasa Indonesianya rendah malah lebih tinggi nilai Bahasa Inggris, hehe.
Itu tadi sekilas tentang pengalamanku waktu Ujian Nasional SMA dulu dan sekarang kembali kepembahasan kita tentang kecurangan yang terjadi di Ujian Nasional yang memang sudah jadi rahasia umum.
Demi meluluskan siswa-siswanya dengan nilai yang bagus, banyak sekali sekolah dan guru-guru melakukan sedikit kecurangan dengan memberikan kunci jawaban pada siswanya. Karena jika siswa banyak yang tidak lulus maka akan berimbas buruk pada sekolah. Otomatis pihak sekolah dan guru dianggap tidak bermutu karena siswanya banyak yang tidak lulus. Dan pastilah ditahun ajaran baru tidak banyak siswa yang mendaftar disana, itu untuk seekolah swasta. Sementara untuk sekolah negeri, jelas itu merusak reputasi sekolah negeri yang selalu dibanggakan, Karena untuk masuk sekolah negeri harus dengan standart nilai yang ditentukan dan tidak semua orang bisa masuk disitu.
Bahkan aku pernah bertanya pada seorang guru, "kenapa siswa harus diberikan kunci jawaban agar dapat nilai tinggi, bukankah itu justru membuat siswa semakin bodoh karena nilai yang mereka dapat bukanlah nilai hasil kerja keras mereka. Kenapa tidak dibiarkan saja nilai siswa itu murni, walaupun nilainya sangat rendah. Tapi itu lebih baik daripada nilai hasil contekan?" kemudian guru itu menjawab "Ini demi manjaga gengsi kepala daerah. Karena kalau disuatu daerah banyak siswa yang tidak lulus dan nilai mereka sangat rendah. Itu pertanda pimpinan kurang memperhatikan rakyatnya dan jelas menjatuhkan pamor dan martabat si kepala daerah" jelas guru itu. Aku cukup kaget mendengarnya, karena ternyata ada unsur politik didalamnya. Demi jaga gengsi kepala daerah. Dan bocoran kunci jawaban juga didapat dari dinas pendidikan setempat. Yang selalu dirahasiakan, tapi semua orang sudah tau tapi terpaksa pura-pura tidak tau.
Imbasnya terlihat dari mutu siswa-siswa sekarang ini. Kebanyakan siswa jadi malas belajar dan sepele. Karena mereka tau bakalan dapat bantuan dari guru-guru mereka saat ujian nanti. Bahkan sempat ada siswa yang aku tanyai kenapa mereka malas menghadiri les/pelajaran tambahan jelang ujian nasional. Dan dengan santai mereka menjawab "buat apa capek-capek les, saat ujian nanti kan pasti dapat kunci jawaban, jadi santai saja" begitu jawaban mereka enteng.
Jelas tindakan seperti ini hanya akan menciptakan generasi yang tidak bermutu. Karena menyepelekan semua hal dan tidak ada niat untuk berusaha sendiri. Bahkan ujian nasional yang dulu menakutkan jadi terlihat biasa saja.
Padahal dulu siswa tidak berani main-main dengan ujian nasional, bahkan banyak yang bunuh diri dan frustasi saat tidak lulus, apalagi ujian susulan tidak ada. Tapi sekarang siswa sudah sepele dengan ujian nasional, apalagi ada ujian susulan bagi yang tidak lulus.
Namun bagi siswa yang benar-benar mengandalkan kemampuan, mereka tidak mau mencontek atau mengharap bantuan dan mereka belajar dengan serius. Walau akhirnya ternyata mereka dapat nilai rendah sementara nilai teman mereka yang malas belajar, bandel dan bahkan jarang masuk kelas malah jauh lebih tinggi dari mereka.
Dan ini sudah banyak terjadi dan itu akibat kecurangan saat ujian. Sehingga hal tersebut banyak menyurutkan samangat siswa.
Aku menulis seperti ini karena berdasarkan pengalamanku yang pernah ikutan ujian nasional dan juga karena kemarin aku sempat bekerja disekolah, Jadi sedikit banyak aku tau. Dan aku berharap sekali moga kedepannya dunia pendidikan Indonesia bisa jadi lebih baik dan bisa menjadi contoh bagi negara luar.
Semoga tidak ada lagi unsur-unsur pemanfaatan dalam dunia pendidikan. Yang hanya demi kepentingan segelintir orang, hingga mengorbankan begitu banyak penerus bangsa. Karena nilai kejujuran itu jauh lebih baik. Dan yang pasti, bukanlah nilai diselembar kertas yang menjadi patokan utama. Tapi nilai moral, budi pekerti dan sebagainya harus diutamakan. Lagi pula, nilai yang tinggi belum tentu menentukan seseorang itu sukses atau tidak. Karena selama ini yang ada dipikiran kita hanya nilai yang tinggi, karena orang dengan nilai tinggi pasti pintar. Kita lebih mengutamakan kuantitas/jumlah dari pada kualitas. Padah kualiatas itu yang harus diutamakan dan kualitas tidak ditentukan dari nilai ijazah semata, tapi dari hasil kerja dilapangan. Karena begitu banyak orang diluar sana yang nilai akademisnya kurang tapi malah bisa menjadi orang sukses atau jadi ilmuwan. Sebagai contoh Albert Einstein dan banyak ilmuwan lainnya yang nilai akademisnya rendah, tapi ternyata mempunyai penemuan yang luar biasa dan mengalahkan orang-orang dengan nilai akademis tinggi.
Jadi sekali lagi, stop untuk kecurangan dan stop untuk menjadikan dunia pendidikan sebagai ladang bisnis, politik, atau ajang gengsi dan sebagainya. Agar pendidikan Indonesia bisa jadi lebih baik dan semakin baik.
Senin, 16 Mei 2016
Ulat Kecil [ Musim Semi, Spring, Bom ]
Udara hangat dan penuh aroma yang menggoda bertebaran dimana-mana. Ya, aroma hangat dari musim semi yang sudah berlangsung sejak bulan-bulan kemarin. Dimana sosok yang paling dinantikan oleh Ulat Kecil, yaitu Sakura, telah tersenyum penuh pesona.
Ulat Kecil sadar, sangat-sangat sadar, bahwa dirinya tak kan bisa menginjakkan kakinya disana. Ditaman tempat Sakura mekar dengan ceria menyambut musim semi. Dari tahun yang lalu dan lalu juga tahun ini, tetap Ulat Kecil tak bisa menyaksikan senyum Sakura secara langsung dan dari jarak yang sangat dekat. Dan semua hanya jadi impian dan harapan Ulat Kecil.
Musim semi sudah hampir diujung musim. Sakura tetap tersenyum manis disana dan semakin hari semakin manis. Membuat Ulat Kecil semakin rindu dan semakin rindu. Rindu yang membuat Ulat Kecil tetap bermimpi untuk pertemuan dengan Sakura yang entah kapan akan terwujud.
Aroma musim semi tetap semerbak walau musim panas menanti, musim gugur menjelang dan musim dingin yang membeku. Tetap dihati Ulat Kecil, hanya aroma musim semi yang terus menghangatkan setiap langkahnya. Langkah-langkah yang ia harap adalah langkah pertemuan dengan Sakura. Dan sekali lagi ia tau, entah kapan langkah itu akan sampai disana.
Sakura. selalu dan selalu mekar dihati Ulat Kecil. Tak perduli ia hanya bisa bermimpi dan hanya bisa melihat dari kejauhan, sangat -sangat jauh. Namun bagi Ulat Kecil semuanya sudah cukup membuat harinya lebih berwarna.
Ulat Kecil sadar, sangat-sangat sadar, bahwa dirinya tak kan bisa menginjakkan kakinya disana. Ditaman tempat Sakura mekar dengan ceria menyambut musim semi. Dari tahun yang lalu dan lalu juga tahun ini, tetap Ulat Kecil tak bisa menyaksikan senyum Sakura secara langsung dan dari jarak yang sangat dekat. Dan semua hanya jadi impian dan harapan Ulat Kecil.
Musim semi sudah hampir diujung musim. Sakura tetap tersenyum manis disana dan semakin hari semakin manis. Membuat Ulat Kecil semakin rindu dan semakin rindu. Rindu yang membuat Ulat Kecil tetap bermimpi untuk pertemuan dengan Sakura yang entah kapan akan terwujud.
Aroma musim semi tetap semerbak walau musim panas menanti, musim gugur menjelang dan musim dingin yang membeku. Tetap dihati Ulat Kecil, hanya aroma musim semi yang terus menghangatkan setiap langkahnya. Langkah-langkah yang ia harap adalah langkah pertemuan dengan Sakura. Dan sekali lagi ia tau, entah kapan langkah itu akan sampai disana.
Sakura. selalu dan selalu mekar dihati Ulat Kecil. Tak perduli ia hanya bisa bermimpi dan hanya bisa melihat dari kejauhan, sangat -sangat jauh. Namun bagi Ulat Kecil semuanya sudah cukup membuat harinya lebih berwarna.
Langganan:
Postingan (Atom)