Ujian Nasional sudah berlangsung. Mulai dari tingkat SMA, SMP dan sekarang SD. Ujian Nasional dijadikan sebagai patokan untuk penentu kelulusan siswa. Bila nilai Ujian Nasional rendah maka jangna harap ia bisa lulus, walau nilai keseharian disekolah cukup bagus. Dan Ujian Nasional pun menjadi sosok yang mengerikan bagi setiap siswa. Seakan Ujian Nasional monster yang sangat menakutkan.
Aku ingat sekali waktu aku Ujian Nasional di SMA dulu ditahun 2005. Waktu itu masih ada standart nilai kelulusan yaitu 4,25 untuk tiap mata pelajaran yang di ujikan. Karena aku ambil jurusan IPA, maka pelajaran yang diujikan adalah Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Jika salah satu nilai dari mata pelajaran yang ujikan tidak memenuhi syarat, maka siswa tidak akan lulus dan tidak ada ujian susulan atau ujian ulangan. Yang ada hanya mengulang sekolah lagi kembali duduk di kelas tiga dan belajar selama setahun dan ikut Ujian Nasional tahun depan.
Benar-benar Ujian Nasional waktu itu membuat aku, teman-temanku dan seluruh siswa SMA diseluruh Indonesia deg-degan takut ga lulus. Aku bahkan sampai niat dalam hati untuk melakukan puasa selama tiga hari kalau aku lulus. Dan yang tadinya malas shalat jadi rajin shalat, hehe. Karena siapa juga yang ga takut, belum lagi malunya dan pastinya kedua orang tua bakal kecewa kalau sampai anaknya ga lulus.
Rasa khawatir itu bukan hanya melanda siswa tapi juga guru-guru yang takut siswanya ga lulus. Dan saat-saat kritis tersebut justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Dengan menjual bocoran kunci jawaban. Dan pelakunya kebanyakan dari pihak pekerja didunia pendidikan termasuk guru. Karena soal ujian untuk satu wilayah saja dibuat berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Maka banyak sekali kejadian salah kunci jawaban, sehingga uang yang sudah dikeluarkan untuk membeli kunci jawaban malah membuat si siswa jadi ga lulus. Itu dia karena ga mau usaha sendiri ya jadinya rugi sendiri. Dan bahkan pelaku penjual kunci jawaban yang juga guru sekolah kena imbasnya yaitu dipecat.
Dan aku akui waktu Ujian Nasional dijaman SMA dulu aku juga ada sedikit mencontek liat jawaban teman. Dipelajaran Matematika karena aku memang benci dan ga ngerti ama pelajaran yang satu itu. Dan aku cuma liat beberapa jawaban saja karena udah mentok banget dan benar-benar ga ngerti, jadi dari pada nilaiku ga memenuhi syarat dan ga lulus, terpaksa aku nyontek dikit. Aku berharap setidaknya nilai Matematikaku bisa sampai target 4,25 biar lulus. Dan aku ga ngarep lebih karena aku tau kalau nilai Matematikaku bisa tinggi padahal aku ga ngerti, berarti itu kan nilai palsu. Dan ternyata aku dapat nilai 6,00. Untuk Bahasa Inggris aku juga ada sedikit mencontek dan nilai Bahasa Inggris ku cukup tinggi, dapat 8, sekian tapi aku ga puas karena ada unsur nyontek disitu, walau cuma dikit dan tetap bukan nilai murni ku. Untuk Bahasa Indonesia aku mendapat nilai rendah cuma 6,8 sekian, padahal Bahasa Indonesia termasuk pelajaran kesukaan ku dan memang aku mengerjakannya tanpa mencontek sedikitpun. Walau sedikit kecewa karena nilai pelajaran yang ku suka rendah, tapi aku bangga karena itu murni hasil dari jerih payah ku sendiri tanpa mencontek. Tapi tetap malu karena aku orang Indonesia tapi kok nilai Bahasa Indonesianya rendah malah lebih tinggi nilai Bahasa Inggris, hehe.
Itu tadi sekilas tentang pengalamanku waktu Ujian Nasional SMA dulu dan sekarang kembali kepembahasan kita tentang kecurangan yang terjadi di Ujian Nasional yang memang sudah jadi rahasia umum.
Demi meluluskan siswa-siswanya dengan nilai yang bagus, banyak sekali sekolah dan guru-guru melakukan sedikit kecurangan dengan memberikan kunci jawaban pada siswanya. Karena jika siswa banyak yang tidak lulus maka akan berimbas buruk pada sekolah. Otomatis pihak sekolah dan guru dianggap tidak bermutu karena siswanya banyak yang tidak lulus. Dan pastilah ditahun ajaran baru tidak banyak siswa yang mendaftar disana, itu untuk seekolah swasta. Sementara untuk sekolah negeri, jelas itu merusak reputasi sekolah negeri yang selalu dibanggakan, Karena untuk masuk sekolah negeri harus dengan standart nilai yang ditentukan dan tidak semua orang bisa masuk disitu.
Bahkan aku pernah bertanya pada seorang guru, "kenapa siswa harus diberikan kunci jawaban agar dapat nilai tinggi, bukankah itu justru membuat siswa semakin bodoh karena nilai yang mereka dapat bukanlah nilai hasil kerja keras mereka. Kenapa tidak dibiarkan saja nilai siswa itu murni, walaupun nilainya sangat rendah. Tapi itu lebih baik daripada nilai hasil contekan?" kemudian guru itu menjawab "Ini demi manjaga gengsi kepala daerah. Karena kalau disuatu daerah banyak siswa yang tidak lulus dan nilai mereka sangat rendah. Itu pertanda pimpinan kurang memperhatikan rakyatnya dan jelas menjatuhkan pamor dan martabat si kepala daerah" jelas guru itu. Aku cukup kaget mendengarnya, karena ternyata ada unsur politik didalamnya. Demi jaga gengsi kepala daerah. Dan bocoran kunci jawaban juga didapat dari dinas pendidikan setempat. Yang selalu dirahasiakan, tapi semua orang sudah tau tapi terpaksa pura-pura tidak tau.
Imbasnya terlihat dari mutu siswa-siswa sekarang ini. Kebanyakan siswa jadi malas belajar dan sepele. Karena mereka tau bakalan dapat bantuan dari guru-guru mereka saat ujian nanti. Bahkan sempat ada siswa yang aku tanyai kenapa mereka malas menghadiri les/pelajaran tambahan jelang ujian nasional. Dan dengan santai mereka menjawab "buat apa capek-capek les, saat ujian nanti kan pasti dapat kunci jawaban, jadi santai saja" begitu jawaban mereka enteng.
Jelas tindakan seperti ini hanya akan menciptakan generasi yang tidak bermutu. Karena menyepelekan semua hal dan tidak ada niat untuk berusaha sendiri. Bahkan ujian nasional yang dulu menakutkan jadi terlihat biasa saja.
Padahal dulu siswa tidak berani main-main dengan ujian nasional, bahkan banyak yang bunuh diri dan frustasi saat tidak lulus, apalagi ujian susulan tidak ada. Tapi sekarang siswa sudah sepele dengan ujian nasional, apalagi ada ujian susulan bagi yang tidak lulus.
Namun bagi siswa yang benar-benar mengandalkan kemampuan, mereka tidak mau mencontek atau mengharap bantuan dan mereka belajar dengan serius. Walau akhirnya ternyata mereka dapat nilai rendah sementara nilai teman mereka yang malas belajar, bandel dan bahkan jarang masuk kelas malah jauh lebih tinggi dari mereka.
Dan ini sudah banyak terjadi dan itu akibat kecurangan saat ujian. Sehingga hal tersebut banyak menyurutkan samangat siswa.
Aku menulis seperti ini karena berdasarkan pengalamanku yang pernah ikutan ujian nasional dan juga karena kemarin aku sempat bekerja disekolah, Jadi sedikit banyak aku tau. Dan aku berharap sekali moga kedepannya dunia pendidikan Indonesia bisa jadi lebih baik dan bisa menjadi contoh bagi negara luar.
Semoga tidak ada lagi unsur-unsur pemanfaatan dalam dunia pendidikan. Yang hanya demi kepentingan segelintir orang, hingga mengorbankan begitu banyak penerus bangsa. Karena nilai kejujuran itu jauh lebih baik. Dan yang pasti, bukanlah nilai diselembar kertas yang menjadi patokan utama. Tapi nilai moral, budi pekerti dan sebagainya harus diutamakan. Lagi pula, nilai yang tinggi belum tentu menentukan seseorang itu sukses atau tidak. Karena selama ini yang ada dipikiran kita hanya nilai yang tinggi, karena orang dengan nilai tinggi pasti pintar. Kita lebih mengutamakan kuantitas/jumlah dari pada kualitas. Padah kualiatas itu yang harus diutamakan dan kualitas tidak ditentukan dari nilai ijazah semata, tapi dari hasil kerja dilapangan. Karena begitu banyak orang diluar sana yang nilai akademisnya kurang tapi malah bisa menjadi orang sukses atau jadi ilmuwan. Sebagai contoh Albert Einstein dan banyak ilmuwan lainnya yang nilai akademisnya rendah, tapi ternyata mempunyai penemuan yang luar biasa dan mengalahkan orang-orang dengan nilai akademis tinggi.
Jadi sekali lagi, stop untuk kecurangan dan stop untuk menjadikan dunia pendidikan sebagai ladang bisnis, politik, atau ajang gengsi dan sebagainya. Agar pendidikan Indonesia bisa jadi lebih baik dan semakin baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar