Sabtu, 25 Juli 2015

25 Juli 1987

Waktu itu di tanggal 25 bulan Juli tahun 1987, suara bayi mungil terdengar di waktu subuh, membawa kebahagiaan dihati orang tua dan keluarganya. Bayi perempuan yang lahir dari rahim seorang Ibu yang tangguh dan penuh kasih sayang. Bayi perempuan yang kemudian dipanggil Juli, sesuai dengan kelahirannya bulan Juli. Bayi yang diharapkan menjadi anak shalehah, anak yang bisa dibanggakan, berguna bagi agama juga nusa bangsa, yang bisa menjadi tempat berteduh orangtuanya dihaari tua kelak, dan menolong mereka diakhirat kelak.

Dan kini, 25 Juli 2015, sudah genap 28 usia bayi perempuan mungil yang kini menjelma menjadi wanita dewasa. Dan diharapkan bisa benar-benar menjadi wanita dewasa yang sesungguhnya, yang bisa bertanggung jawab dan menjalani kehidupan dengan benar sesuai tuntunan agama Islam. Dan bisa selalu berbakti kepada orangtua dan membahagiakan mereka. Dan bisa menggapai impian, harapan dan cita-cita.

Hemm...  itulah sedikit kata-kata puitisku tentang hari kelahirannku yang tepat pada hari ini. 28 tahun yang lalu, 25 Juli 1987 tepat pada hari sabtu, aku dilahirkan didunia ini. Dan kini, 28 tahun kemudiaan, 25 Juli 2015, juga tepat dihari sabtu, aku memperingati hari kelahiranku. Hari yang sangat spesial dan istimewa bagiku. Dan yang menambah istimewa, karena harinya juga hari sabtu, sama dengan hari saat aku dilahirkan dulu.

Hari kelaihranku tidak dirayakan, karena memang dalam agama islam tidak ada perayaan hari ulang tahun, karena itu merupakan tradisi non muslim. Dan dalam agama islam hanya ada 2 hari raya yang wajib dirayakan yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha, selainnya tidak boleh dirayakan.
Memang dari kecil dulu, walaupun waktu itu aku dan orangtua ku juga belum mengerti tentang larangan merayakan ulang tahun, tapi aku memang tidak pernah merayakan seperti anak-anak lain yang merayakan secara besar-besaran dengan pesta.
Aku hanya merayakan dengan kedua orangtua ku, kakek nenek, dan beberapa sepupu yang seumuran dengan ku. Memang kami membeli kue bolu dan lilin lalu memasang beberapa balon didekat jendela. Pernah juga aku mengundang beberapa temanku untuk datang ke rumah dan makan bersama saat aku masih sekolah dasar. Dan kadang kami hanya bertiga (aku dan kedua orangtua ku) merayakan bersama dirumah dengan menikmati makanan kesukaan yang dibuat Mamak ku. Ya, memang sudah jadi kebiasaan kami, saat hari lahir ku atau hari lahir Bapak dan Mamak ku, Mamakku memasak makanan kesukaan kami. Dan dari sekian banyak makanan kesukaan yang sering dimask yaitu pulut kuning. Makanan berbahan dasar beras pulut/ketan yang dimasak dengan santan dan diberi kunyit agar kuning, lalu ditambah inti/gula kelapa (gula merah yang dimasak dengan kelapa parut). Makanan khas suku Melayu, karena memang Mamak ku keturunan Padang dan Melayu dan Bapak ku suku Karo, jadinya aku nano-nano sukunya Karo+Padang+Melayu campur-campur kayak es campur, haha.
Yang pasti tidak ada yang namanya pesta ulang tahun. Kami hanya merayakan secara sederhana dengan makanan kesukaan. Jika ada rejeki lebih, Mamak ku memasak yang banyak dan dibagikaan kepada saudara dan tetangga. Berharap dengan bersedekah bisa menambah berkah dan kebaikan.

Usia bertambah dan sekaligus pertanda berkurangnya waktu kita berada di bumi Allah ini dan semakin dekatlah waktu kita menuju kembali pada-Nya. Karena memang semakin hari, semakin berlalunya waktu maka semakin dekatlah menghantarkan kita menuju ajal/kematian kita. Jadi, kalau kita merayakan ulang tahun itu sama saja dengan kita merayakan hari kematian kita. Padahal kematian itu bukan untuk dirayakan tapi dipersiapkan, mempersiapkam bekal menuju akhirat, tempat tinggal kita  yang abadi.
Karena itu, moment hari kelahiran tak perlu dirayakan dengan pesta pora dan kehebohan, Tapi haruslah kita renungkan dan mulai perbaiki diri. Agar bilangan usia kita yang bertambah bisa menjadi berkah dan kebaikan juga manfaat bagi kita dan semua orang. Dan agar kita bisa memperbanyak bekal menuju kekampung akhirat kita, kampung halaman yang abadi.

Aku selalu berharap dan berdoa kepada Allah, semoga usia ku ini bisa menjadi berkah, bisa membuatku semakin mendekatkan diri kepada Allah, bisa menjadi anak yang shalehah dan berbakti dan membahagiakan kedua orang tua ku, bisa bermanfaat bagi semua orang, dan aku pun bisa lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak. Karena memang selama ini tingkah laku dan cara pikir ku masih kekanak-kanakan dan selalu dipenuhi emosi dan kurang bersabar. Dan masih banyak lagi harapan, impian dan cita-cita yang aku harap bisa tercapai. Yang pasti, aku berharap bisa menjadi lebih baik lagi dari hari kemarin.

Aku juga mendoakan untuk semua orang yang juga berulang tahun hari ini hari yang sama dengan ku, aku doakan untuk kita semua semoga Allah selalu melimpahkan keberkahan, cinta dan kasih sayangnya kepada kita, memberikan umur yang panjang lagi berkah juga kesehatan, kebahagiaan dan keselamatan dunia akhirat, rejeki yang halal lagi berkah,  menjadikan kita anak yang shaleh dan shalehah berbakti dan membahagiakan kedua orang tua, menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi semua orang, moga kita mendapatkan jodoh yang shaleh/shalehah, keluarga yang sakinah mawadah warahmah, anak dan keturunan yang shaleh dan shalehah, memiliki kehidupan yang damai dan tenang penuh berkah dan kebaikan, tercapai semua harapan, impian dan citap-cita, semakin mendekatkan diri pada Allah dan mengajak orang untuk mendekatkan diri pada Allah, dan bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi, Aamiin ya Allah.

Pistol-Pistolan Di Hari Lebaran

Entah sejak kapan dan entah siapa yang memulainya, tradisi bermain pistol-pistolan atau tembak-tembakan dihari lebaran. Aku meras heran dan merasa aneh dengan tradisi yang satu ini. Karena tak ada hubungannya sama sekali dengan hari lebaran, karena hari lebaran itu indah, suci, damai dan penih kebahagiaan dan keceriaan. Tapi kenapa malah ada tradisi bermain pistol-pistolan yang jelas-jelas pemborosan, ga bermanfaat dan termasuk dalam unsur kekerasan.
Tradisi ini sudah sejak lama ada didaerahku dan aku tidak tau apakah diseluruh Indonesia juga mengalami atau hanya didaerah ku saja.

Sama halnya dengan tradisi bermain kembang api, petasan dan meriam bambu yang selalau ada saat bulan puasa dena lebaran, dan sangat mengganggu juga pemborosan. Tradisi bermain pistol-pistolan ini yang muncul dihari lebaran, sungguh mengganggu dan tak bermanfaat.
Dan permainan ini jelas mengajari tindak kekerasan, karena anak kecil yang belum mengerti apa-apa diajari menembak dengan peluru plastik. Yang mengerikan, anak-anak kecil itu malah menembaki teman-temannya bermain, mereka pikir itu lucu padahal itu jelas berbahaya. Dan sudah banyak kasus anak-anak yang menjadi korban permainan ini. Walau tidak sampai korban jiwa tapi korban luka-luka sangat banyak. Ada yang matanya terkena peluru sehingga nyaris buta, ada yang telinganya kemasukan peluru dan harus dibawa kerumah sakit untuk mengeluarkan peluru mungil itu karena bila tidak dikeluarkan akan bisa merusak telinga dan menyebabkan rusaknya pendengaran, dan masih banyak lagi akibat yang ditimbulkan pistol mainan itu.

Selain menembaki temannya, anak-anak juga menembaki burung-burung, capung, kupu-kupu dan hewan-hewan lainnya yang tidak bersalah. Itu sudah jelas-jelas mengajarkan perbuatan buruk pada diri anak-anak. Karena sejak dini anak-anak ditanamkan untuk berbuat kekerasan, membunuh, kejam dan tidak berprikemanusiaan. Ah, sungguh mainan yang tidak ada unsur mendidiknya sama sekali.

Sebenarnya orang tua sangat berperan penting dalam hal ini. Harusnya orang tua mengajarkan dan melarang anak-anaknya bermain pistol-pistolan, dan menjelaskan dampak buruk dengan perlahan agar anak-anak mengerti. Dan memilih mainan yang lebih baik, bermanfaat dan mendidik.
Jangan hanya karena anak-anak banyak mendapat THR/angpao, lantas mereka boleh membeli mainan semau mereka dan orang tua membiarkan anaknya membeli semau mereka dengan alasan itu uang mereka sendiri yang didapat dihari lebaran.

Dan pastinya, kesalahan utama ada dipabrik pembuat mainan pistol-pistolan itu sendiri, kenapa mereka memproduksi mainan yang membahayakan dan banyak unsur negatifnya. Hanya karena mereka ingin mendapat banyak keeuntungan, mereka mengorbankan banyak orang terutama anak-anak kecil yang belum tau baik dan buruk.

Semoga kedepannya pemerintah lebih perduli dan menyeleksi pabri mainan dalam memproduksi mainan untuk anak-anak, agar lebih bermanfaat dan mendidik. Juga memeriksa pasar dan pedagang yang menjual mainan, agar menjual mainan yang sesuai dengan anak-anak.
Karena sungguh disayangkan, hari lebaran hari yang agung bagi umat muslim hari yang istimewa yang penuh dengan nuansa kebahagiaan dan keceriaan, malah dicemari dengan permainan yang jauh dari unsur islami.


Tentang Ziarah Kubur Dalam Pandangan Islam

Kali ini akau mau membahas tentang ziarah kubur. Sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia menjelang puasa atau lebaran melakukan ziarah kubur. Bahkan dihari-hari biasa pun banyak yang melakukan ziarah kubur, dikuburan orang tua, anak, kakek-nenek, abang/kakak atau adik, saudara dan teman atau kekuburan orang-orang penting atau tokoh agama. 


Namun sudahkah kita melakukan tata cara ziarah dengan benar sesuai ajaran Rasulullah? karena banyak diantara kita yang belum tau benar tata cara ziarah yang sesuai dengan yang dilakukan Rasulullah. Bahkan juga banyak diantara kita yang melakukan zuarah kubur dengan maksud meminta pertolongan pada orang yang telah meninggal, dan itu jelas perbuatan syirik.


Untuk itu, sedikit aku berikan penjelasan tentang ziarah kubur. Yang aku ambil dari salah satu situs islam http://www.jadipintar.com/2013/10/Hukum-Dan-Tata-Cara-Ziarah-Kubur-Yang-Sesuai-Tuntunan-islam.html



1. Hukum Ziarah Kubur


  • Disunahkan untuk lelaki. Berziarah kubur disunatkan bagi laki-laki, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan Ash-Habus-Sunan dari Abdullah bin Buraidah yang diterimanya dari bapaknya, bahwa Nabi saw. berabda:  " إِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُم اْلآخِرَةَ  Dahulu saya melarang menziarahi kubur, sekarang berziarahlah kepadanya, karena demikian itu akan mengingatkanmu akan hari akhirat!" 
  • Alasan larangan pada permulaannya. Larangan pada permulaan itu, ialah karena masih dekatnya masa mereka dengan zaman Jahiliyyah, dan dalam suasana di mana meeka masih belum dapat menjauhi sepenuhnya ucapan-ucapan kotor dan keji. Maka tatkala mereka telah menganut Islam dan merasa tenteramnya dengannya serta mengetahui aturan-aturannya, diizinkanlah mereka oleh Syara' buat menziarahinya. Dari Abu Hurairah r.a.: "Bahwa Nabi saw. pergi menziarahi makam ibunya. Ia menangis, orang-orang sekeliling pun menangis pula karenaya. Maka sabda Nabi saw.:'Saya mohon ozin kepada Tuhanku untuk memohonkan ampun bagi ibuku, tetapi tidak diizinkannya. Oleh sebab itu saya minta izin untuk menziarahi makamnya, maka diizinkan-Nya. Karena itu berziarahlah kamu ke kubur, karena itu akan mengingaatkanmu kepada maut!(H.R. Ahmad dan Muslim, juga Ash-Habus-Sunan kecuali Turmudzi). 
  • Menziarahi kubur orang kafir. Dan karena yang dituju dengan berziarah itu ialah mengambil i'tibar dan peringatan, boleh menziarahi kubur orang-orang kafir dengan tujuan yang serupa yang telah disebutkan itu. Seandainya karenakelalimannya mereka menerima hukuman dari Allah, disunatkan menangis dan menunjukkan ketergantungan kepada Allah sewaktu lewat di kuburan dan tempat terjadinya kecelakaan. Dari Ibnu Umar r.a.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya ketika mereka sampai di Hijir, negeri Kaum Tsamud:"Janganlah kamu memasuki negeri orang-orang yang kena siksa itu kecuali dalam keadaan menangis! Jika kamu tidak menangis, maka janganlah masuk, agar tidak ditimpa adzab sebagaimana yang menimpa mereka!" (H.R. Bukhari).

2. Adab/Tata Cara Ziarah Kubur

Jika seseorang yang berziarah telah sampai ke kubur hendaklah ia menghadap ke arah muka mayat dan memberi salam serta mendo'akannya.
  1. Dari Buraidah, katanya: "Nabi saw. telah mengajarkan kepda para sahabat seandainya mereka pergi menziarahi kubur supaya ada yang mengucapkan ﺍَﻟﺴَّﻼَﻡُﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺃَﻫْﻞَﺍﻟﺪِّﻳَﺎﺭِﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَﻭِﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ ﻭِﺇِﻧَّﺎﺇِﻥْﺷَﺎﺀَﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻜُﻢْ ﻻَﺣِﻘُﻮْﻥَ. ﻧَﺴْﺄَﻝُ ﺍﻟﻠﻪِﻟَﻨَﺎ ﻭَﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟﻌَﺎﻓِﻴَﺔَ Assalamu'alaikum, hai penduduk kubur dari golongan yang beriman dan beragama Islam! Dan kami insyaallah juga akan menyusul di belakang Dan kami mohon kepada Allah agar kami begitupun kamu dilimpahi keselamatan oleh Allah.'" (H.R. Ahmad, Muslim dan lain-lain.) .
  2. Dari Ibnu Abbas r.a., bahwa Nabi saw. lewat di pekuburan Madinah, maka dihadapkannya mukanya ke sana serta sabdanya: "Salam atasmu wahai penghuni kubur, dan semoga Allah memberi keampunan bagi kami dan bagi kamu! kamu adalah perintis bagi kami, dan kami menjadi pengikut yang menuruti jejakmu!" (H.R. Turmudzi).
  3. Dari 'Aisyah r.a. katanya: "Bahwa nabi saw. setiap malam ia menggiliri 'Aisyah, biasa di waktu dini hari pergi ke Baqi' dan mengucapkan 'Salam atasmu wahai perkampungan orang-orang mukmin, dan nanti pada waktu yang telah ditentukan kamu akan menemui apa yang dijanjikan! Dan insyaallah kami akan menyusulmu di belakang. Ya Allah, berilah keampunan bagi penduduk Baqi' yang berbahagia ini!'!" (H.R.Muslim). 
  4. Dan juga diriwayatkan daripadanya, bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw. apa yang harus diucapkannya kepada mereka: Ucapkanlah :السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ (وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ) وَإِنَّا إِنْشَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ Salam atasmu wahai penduduk kampung, dari golongan mukminin dan Muslimat! Dan semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita bersama. baik yang telah mendahului maupun terbelakang, dan Insya allah kami akan menyusul kemudian. Kami insya Allah akan bergabung bersama kalian, saya meminta keselamatan untuk kami dan kalian.” (HR. Muslim no. 975).

3. Larangan Saat Ziarah Di Kuburan

  1. Duduk di atas kuburan dan menginjaknya. Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam :"Janganlah kalian shalat (memohon) kepada kuburan, dan ja-nganlah kalian duduk di atasnya." (HR. Muslim). 
  2. Thawwaf sekeliling kuburan dengan niat untuk ber-taqarrub (ibadah). Karena thawaf hanyalah dilakukan di sekeliling Ka’bah. Allah berfirman, "Dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah, Ka’bah)." (AI-Hajj: 29).
  3. Membaca Al-Qur’an di kuburan. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, "Janganlah menjadikan rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya setan berlari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al-Baqarah." (HR. Muslim)Hadits ini mengisyaratkan bahwa kuburan bukanlah tempat membaca Al-Quran. Berbeda halnya dengan rumah. Adapun hadits-hadits tentang membaca Al-Quran di kuburan adalah tidak shahih.
  4. Meminta pertolongan kepada mayit, meskipun dia seorang nabi atau wali, sebab itu termasuk syirik besar. Allah berfirman, "Dan janganlah kamu menyembah apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim." (Yunus: l06). Zhalim dalam ayat ini berarti musyrik.
  5. Meletakkan karangan bunga atau menaburkannya di atas kuburan mayit. Karena hal itu menyerupai perbuatan orang-orang Nasrani, serta membuang-buang harta dengan tiada guna. Seandainya saja uang yang dibelanjakan untuk membeli karangan bunga itu disedekahkan kepada orang-orang fakir miskin dengan niat untuk si mayit, niscaya akan bermanfaat untuknya dan untuk orang-orang fakir miskin yang justru sangat membutuhkan uluran bantuan tersebut."
  6. Membangun di atas kuburan atau menulis sesuatu dari Al-Quran atau syair di atasnya. Sebab hal itu dilarang, "Beliau Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam melarang mengapur kuburan dan membangun di atas-nya." Cukup meletakkan sebuah batu setinggi satu jengkal, untuk menandai kuburan. Dan itu sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam ketika meletakkan sebuah batu di atas kubur Utsman bin Mazh’un, lantas beliau bersabda, "Aku memberikan tanda di atas kubur saudaraku." (HR. Abu Daud, dengan sanad hasan).

4. Ziarah Kubur Bagi Wanita

  • Keringanan buat wanitaMalik, sebagian golongan Hanafi, suatu berita dari Ahmad, dan kebanyakan ulama memberi keringanan bagi wanita buat ziarah ke kubur. Berdasarkan hadits 'Aisyah yang lalu bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw.apa yang harus diucapkannya kepada mereka . Maksudnya ialah ketiak menziarahi kubur. Juga riwayat dari Ibnu Abi Mulaikah, bahwa pada suatu hari  'Aisyah datang dari perkuburan. Kelanjutan dari hadits tersebut adalah sebagai berikut" "Maka saya bertanya :'Ya Ummul Mukminin, dari mana Anda'? Ujarnya: 'Dari makam saudaraku Abdurrahman', lalu saya tanyakan pula: 'Bukankah Rasulullah saw. telah melarang ziarah ke kubur'? 'Memang', ujarnya. 'mula-mula dilarangnya ziarah ke kubur, kemudian disurhnya menziarahinya'." (Diriwayatkan oleh Hakim, juga oleh Baihaqi yang mengatakan:"Pada sanadnya terdapat Bustham bin Muslim al-Bashri, yang meriwayatkannya seorang diri." Menurut Dzahabi: "Hadits tersebut sah.")
  • Taqrir dari Rasulullah saw. Dan alasan dapat dipergunakannya sebagai dalil, ialah karena Rasulullah saw. melihat wanita di kuburan dan tidak melarangnya. Alasannya pula ialah karena ziarah itu bertujuan untuk memperingatkan manusia akan akhirat, suatu hal yang sama  dibutuhkan baik oleh pria maupun wanita, jadi pria tidaklah lebih memerlukannya dari wanita-wanita.
  • Ada yang berpendapat makruh. Segolongan ulama memandang makruh bila wanita berziarah ke kubur, karena mereka kurang tabah dan lebih mudah tergoda, juga karena sabda Rasulullah saw. yang lalu "Allah mengutuk wanita-wanita yang sering menziarahi kubur." (H.R.Ahmad, Ibnu Majah, juga Tirmidzi yang mengatakannya sah).
  • Hujjah Qurtubi. Berkata Qurthubi: "Kutukan yang tersebut dalam hadits hanyalah bagi wanita-wanita yang terlalu sering berziarah sebagaimana dimaksud oleh shigat mubalagah. Dan mungkin sebabnya karena mengakibatkan tersianya hak suami, memperagakan diri dan kemungkinan menangis dan meratap dan lain sebagainya."
  • Secara umum dibolehkan. Syaukani berkata: "Jika semua itu dapat diatasi, maka tak ada alasan buat tidak mengizinkan mereka. Karena mengingat maut itu sama dibutuhkan baik oleh pria maupun wanita." wallahu a'lam.
                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ                              “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

Mudik Alias Pulang Kampung (PulKam)

Sudah menjadi sebuah tradisi di Indonesia, bila lebaran tiba maka para anak rantau kembali menuju kampung halaman. Sebenarnya bukan hanya perantau, tapi juga bagi mereka yang ingin berkunjung kerumah sanak saudara yang ada didaerah atau kota lain. Memang sebenarnya tradisi mudik lebaran bukan hanya di Indonesia, tapi juga diberbagai negara muslim lainnya. Namun karena memang Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar didunia, maka sudah jelaslah kalau tradisi mudik terbesar juga pastinya di Indonesia.
Yang ikutan mudik juga bukan hanya yang beragama muslim tapi juga non muslim. Yang memang kebetulan mereka berada dirantau atau bagi mereka yang memiliki saudara muslim dan ingin berkunjung. Maka moment libur lebaran adalah waktu yang tepat untuk kembali pulang dan berkumpul dengan keluarga.

Arus lalu lintas pun padat merayap. Polisi lalu lintas bekerja keras mengamankan laju mudik yang membludak. Semua sarana transportasi kebanjiran penumpang. Harga ongkos dan tiket pun naik, apalagi kalau kena calo, pasti berkali lipat harganya. Tapi itu pun dijalani demi pulang kampung. Dan pemesanan pun harus dari jauh hari, kalau tidak mau kehabisan tiket dan ga bisa mudik.

Memang libur nasional dan libur panjang bukan hanya saat lebaran. Masih ada hari libur lainnya terutama libur sekolah yang cukup panjang. Tapi memang hanya dilibur lebaran ini seluruh perusahaan, sekolah, dinas pemerintah dan swasta juga usaha lainnya, memberi libur yang banyak dan pastinya liburnya serentak dong. Jadi jelaslah kesempatan libur lebaran ini tak akan dilewatkan, apalagi bagi mereka yang merantau sangat jauh atau mereka yang mempunyai dana terbatas dan hanya bisa pulang setahun sekali. Lagi pula saat liburan sekolah, orang-orang lebih banyak menghabiskan untuk jalan-jalan ketempat wisata atau bagi yang ekonomi menengah kebawah, pastilah dana yang ada disimpan untuk memnuhi kebutuhan sekolah apalagi masuk ajaran baru pastilah butuh banyak biaya.
Walaupun saat ini lebaran bertepatan dengan libur sekolah dan memasuki ajaran baru sekolah. Tapi tetap orang-orang melakukan mudik, karena memang dana yang ada sudah diperhitungkan untuk lebaran dan sekolah yang bersamaan. Lagi pula dua libur panjang jadi satu, jadi liburannya sekalian mudik lebaran.

Suasana mudik memang penuh semangat. Semua orang tidak sabar ingin segera sampai kekampung halaman agar bisa berkumpul dengan keluarga. Dan berbagi keceriaan lebaran bersama, saling memaafkan dan melepaskan rindu. Apalagi memang kesibukan sehari-hari terutama pekerjaan membuat kita jarang bertemu dengan saudara kita. Bukan hanya yang jauh dirantau bahkan kita yang berdekatan atau bersebelahan rumah sekalipun bisa jarang bersua dan ngobrol, akibat kesibukan masing-masing. Dan itu aku alami sendiri, hehe.

Moment mudik memang penuh keseruan, membawa oleh-oleh kekampung halaman. Dan keluarga dikampung juga sudah tak sabar ingin bertemu melepas rindu dan bercerita. Seakan waktu begitu lambat berjalan menuju pertemuan.
Aku jadi ingat waktu dulu aku bersama Bapak dan Mamak ku sering mudik ke rumah nenek saat lebaran, tapi sekarang tidak lagi karena kakek nenek sudah tiada dan sekarang rumah mereka sudah kami beli dan kami tempati.
Rasanya senang saat mudik, bertemu kakek nenek dan juga saudara-saudara juga sepupu-sepupu yang seumuran dengan ku. Rasanya ga sabar menanti mudik lebaran, ga sabar ingin bertemu dan saat dijalan, ga sabar ingin segera sampai dirumah nenek.
Saat aku kuliah, aku juga ngalami mudik alias pulang kampung. Memang bukan kerumah nenek karena kakek nenek sudah tiada, walaupun kami tetap sering mudik kekampung nenek untuk silaturahmi dengan keluarga disana. Tapi mudik ku ini ya pulang kampungke rumah ku karena waktu kuliah aku jadi anak kost, karena rumah ku jauh didesa sementara aku kuliah dikota medan.
Menyenangkan sekali suana mudik, ga sabar pengen cepat sampai rumah. Walau kadang pas bertepatan libur kuliah/libur semester, aku bahkan libur lebih cepat yaitu sebelum puasa dan kembali setelah lebaran. Jadi mudiknya bukan mudik lebaran tapi mudik libur kuliah.
Dan saat kembali ke tempat kos dan kekampus setelah libur lebaran, teman-teman sibuk meminta oleh-oleh dan kue lebaran dari kampung. Aku juga begitu, meminta kue lebarand an oleh-oleh mereka. Kemudian setelah itu silaturahmi kerumah teman-teman yang ada disekitaran kota medan.

Suasana mudik memang menyenangkan dan penuh kesan. Membuat kita selalu teringat kampung haalman dan suasana yang ada disana juga semua kenangan yang ada. Mudik alias Pulang Kampung/ PulKam, memang istimewa ^_^

Jumat, 24 Juli 2015

Bulan Juli Bulan Ku ^_^

Assalamualaykum ^_^

Bulan Juli...bulan yang istimewa untukku. Karena dibulan ini adalah bulan kelahiranku. Dan memang namaku juga sesuai dengan nama bulan ini, Juli. Walaupun hanya nama panggilan dan bukan nama lengkap, ya karena memang aku lahir dibulan Juli dan nama lengkapku juga memang mirip, jadilah aku dipanggil Juli, hihi. Dan akupun merasa bulan ini adalah bulan ku, milikku, haha, perasaan banget aku ya. Padahal hanya karena nama ku sama dengan bulannya, karena aku lahir dibulan Juli, tapi bukan berarti milik ku sendiri tapi milik semua orang dibumi. Lagian, bukan cuma aku satu-satunya yang bernama juli, masih banyak yang lainnya, berarti milik kami bersamaa dong, hehehe.

Tapi memang bulan Juli itu memang istimewa, selain karena bulan kelahiranku, haha. Karena ddibulan Juli selalu bertepatan liburan sekolah, musim buah-buahan dan yang istimewa saat bulan Ramadhan jatuh dibulan Juli dan lebaran juga, heeemmm menyenangkan banget. Walau memang puasa itu selalu bergeser tiap tahunnya. Tapi kalau puasa dan lebaran jatuh dibulan Juli, rasanya super istimewa bulan ku ini, hehe.

Terkadang aku ngayal sendiri, asyik bener aku ya, punya bulan sendiri satu bulan dari 12 bulan. Dan rasanya paling seneng kalau bulan Juli tiba dan ga ingin bulan Juli cepat-cepat berakhir, parah :D
Dan menurut hitungan tahun Hijriyah tahun umat Muslim, aku lahir dibulan Dzulqaidah dan itu berarti namaku masih miriplah dengan bulan kelahiranku yang tahun Hijriyah. Jadi baik tahun masehi dan Hijriyah, namaku masih tetap nyambung, sama-sama ada kata jul-nya, hehehe.

Hahhh, demikianlah postingan narsis ku kali ini. Postingan yang bagi kalian yang membaca mungkin sama sekali ga penting, tapi anggap saja ini sedikit hiburan walau tak lucu, hehehe.

Wassalamualaikum ^_^

Suasana Lebaran

Suasana Lebaran memang suasana yang sangat menyenangkan dan istimewa. Dimana kita bisa berkumpul dengan sanak saudara dan teman. Apalagi mereka yang selama ini jauh dan sibuk dirantau. Atau bahkan mereka yang dekat namun karena kesibukan masing-masing jadi tidak bisa slaing berkunjung.

Belum lagi banyak makanan dan kue-kue lezat yang terhidang saat kita berkunjung kerumah kerabat dan sahabat. Kue-kue dan makanan istimewa yang bahkan tidak kita temui dihari biasa. Tapi karena kebanyakan makanan, jadi agak bosan memakannya. Tapi nanti saat lebaran sudah berlalu dan sudah habis kue-kue dirumah, baru lah kangen dan mencari-cari kue, haha.

Bicara soal kue, aku jadi teringat masa kecil dulu. Saat aku bersama saudara-saudara ku berkunjung kerumah kerabat. Kami sering sekali menyelipkan kue-kue kedalam kantong celana/rok dan baju. Bukan aku dan saudara ku saja, tapi memang kebanyakan anak kecil seumuran kami juga melakukan itu. Dan memang sengaja memakai pakaian yang banyak kantongnya supaya bisa memuat kuea yang banyak, hehe. Dan ternyata sampai sekarang masih banyak anak-anak kecil yang melakukan itu. Aku tertawa geli melihatnya dan teringat ulah ku di masa lalu :D

Suasana lebaran memang terlihat ramai. Karena banyak orang-orang yang pulang kampung dan banyak yang bertamu. Dijalanan baik jalan raya maupun jalan dikampung dan di gang, terlihat penuh dan padat bahkan macet. Banyak orang-orang baru yang kita lihat. Banyak berkenalan dengan orang baru. Dan bisa menambah tali persaudaraan dan persahabatan.

Dan yang paling ditunggu oleh anak-anak adalah salam tempel alias THR alias angpao. Semua anak-anak menanti saat itu tiba. Ga perduli dikasi sedikit atau banyak, mereka udah senang. Yang penting dikasi duit. Kalau kita lupa ngasi atau gak ngasi pasti mereka minta duluan. Kalau udah dikasi senangnya minta ampun.

Tapi yang paling utama adalaah shalat Idul Fitri dan setelah itu saling maaf-maafan. Saat shalat Idul Fitri dilapangan atau dimasjid, suasana terasa begitu khidmat. Rasanya seperti pergi haji dan umroh. Benar-benar nyaman dan menyentuh hati. Dan setelah shalat, saling bersalaman dengan keluarga dan jemaah shalat lainnya. Dan sesampainya dirumah, kembali saling meminta maaf terutama pada kedua orang tua. Meminta maaf dengan setulus hati atas dosa yang telah diperbuat dan segala perbuatan yang menyakiti hati kedua orang tua. Kemudian meminta maaf pada saudaraa dan kerabat lainnya.
Bagi yang jauh dari orang tua dan keluarga tak sempat bertemu, bisa saling bermaafan lewat telepon dan alat komunikasi lainnya. Namun bagi orang tuanya yang sudah tiada, bisa mendoakan mereka agar tenang dan ditempat ditempat terbaik disisi Allah. Begitu juga bagi yang sebatang kara dan tanpa keluarga. Bisa mendoakan orang tua dan keluarga. Dan saling bermaafan dengan temaan dan tetangga. Suasana maaf-maafan memang penuh haru dan rasa penyesalan.

Suasana Lebaran, memang istimewa dan penuh kebahagiaan ^_^

Istilah Minal Aidin Wal Faizin

Minal aidin wal faizin kalimat ini sering kita dengar saat hari raya Idul Fitri. Baik diucapkan oleh kerabat, sahabat, rekan kerja atau kita lihat dan dengar di media cetak dan elektronik. Seperti di surat kabar, majalah, televisi, internet dan lain sebagainya.

Sebenarnya apa sih arti kalimat Minal aidin wal faizin. Apakah memang harus diucapkan saat lebaran. Kita harus tau apa makna dari tiap kata yang kita ucapkan. Jangan sampai salah sebut atau sekedar ikut-ikutan tapi tak tau maknanya. Berikut akan sedikit aku jelaskan mengenai makna kalimat Minal aidin wal faizin, dari sumber yang aku dapatkan yaitu dari situs-situs Islam yang ada di internet.


Kalimat Minal aidin wal faizin bila diterjemahkan secara harfiah artinya "Dari (yang) kembali dan berhasil," secara umum diterjemahkan menjadi, "Semoga kita semua tergolong orang yang kembali (ke fitrah) dan berhasil (dalam latihan menahan diri). Mungkin maksud kata ini adalah sebuah doa dan harapan agar setelah Ramadhan usai dan tibalah hari raya idul fitri, maka kita diharapakan menjadi orang yang suci dan bisa lebih baik lagi. Karena kita sudah bisa menahan diri selama sebulan berpuasa. 


Tapi apakah memang kalimat Minal aidin wal faizin ini berasal dari ucapan Rasulullah? menurut seorang ulama, tidaklah berdasarkan dari generasi para sahabat ataupun para ulama setelahnya (Salaf  as-Shaleh). Perkataan ini mulanya berasal dari seorang penyair di masa Al-Andalus, yang bernama Shafiyuddin Al-Huli, ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengkisahkan dendang wanita dihari raya. Walaupun berbahasa Arab, kalimat Minal aidin wal faizin ini tidak dimengerti maknanya oleh orang Arab sendiri. Dan Kalimat Minal aidin wal faizin tidak ada dalam kosa kata kamus bahasa Arab, dan hanya dapat dijumpai makna kata perkata saja. Dan tidak ada dasar yang jelas tentang ucapan ini, baik dari Hadist, Atsar atau yang lainnya.  


Jadi, kata atau ucapan apa yang tepat kita ucapkan disaat hari lebaran, yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah ? Menurut Ibnu Taimiyah, ucapan Idul Fitri yang sesuai dengan Sunnah adalah : 
  • Taqabbalallahu minna wa minkum (Arab: تقبل الله منا ومنكم), artinya: "Semoga Allah menerima amal kami dan kalian" atau
  • Taqabbalallahu minna waminkum wa ahalahullahu ‘alaik (Arab: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ , وَأَحَالَهُ اللَّهُ عَلَيْك), artinya: "Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian dan semoga Allah menyempurnakannya atasmu" dan semisalnya.”

Oleh karena itu, setelah kita mengetahui makna dan sejarah tentang kalimat Minal aidin wal faizin, maka sebaiknya mulai sekarang bila ingin mengucapkan ucapan lebaran haruslah yang sesuai sunnah Rasulullah. Jangan lagi kita asal ucap dan ikut-ikutan tanpa tau maknanya. Karena sudah jelas apa makna dari kalimat Minal aidin wal faizin itu dan jelas-jelas dizaman Rasulullah dan sahabat juga para ulama setelahnya, tak pernah mengucapkan kalimat itu. Apalagi kata itu juga hanyalah sebuah syair dan nyanyian. Lagipula hanya orang-orang Indonesia saja yang mengucapkan kata itu, sementara dinegara Muslim lainnya tidak. 
Jadi, sebaiknya kita beri tahu pada saudara dan teman yang belum mengetahui arti kalimat ini. Dan mulailah kita mengucapkan kata yang sesuai ajaran Rasulullah. Agar ucapan kita bisa menjadi kebaikan untuk kita semua. Karena aku sendiri juga tidak tau arti kalimat ini dan menyangka kalau artinya sama dengan mohon maaf lahir batin. Dan baru beberapa tahun belakangan ini aku tau artinya dan aku tidak mengucapkannya lagi. Semoga Allah selalu membuka pintu hati kita untuk menerima semua hidayah dari-Nya, Aamiin ya Allah Aamiin ya Rabbalalamin.

Wallahu A'lam Bishawab

Selasa, 21 Juli 2015

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriyah

Assalamualaykum

Alhamdulillah, lebaran sudah lebaran dan hari ini sudah hari kelima lebaran. Maaf ya teman-teman postingan ku terlambat, hehe. Oya aku mau mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon maaf lahir dan batin ^_^

Sebenarnya dari lebaran pertama aku ingin membuat postingan ini dan mengucapkan selamat lebaran. Tapi berhubung banyak tamu dirumah dan ditambah lagi beberapa hari kemarin aku sakit (bahkan di saat puasa juga aku sempat sakit) jadi terlambat deh. Sakitnya juga karena terlalu lelah karena banyak kerjaan untuk menyambut lebaran, haha, dan ditambah lagi bulan puasanya kemarin cuacanya sangat panas dan tubuhku juga rentan. Pekerjaan menyambut lebaran mulai dari bersih-bersih rumah, mengecat rumah (walau cewek, tapi aku jago mengecat rumah lho, hihi) karena Bapak ku lagi ga dirumah karena ada urusan, bantu Mamak bikin kue sampai begadang dan banyak lagi kerjaan lainnya.
Dan pastinya bukan aku saja yang begitu sibuk menyambut lebaran tetapi semua umat muslim bahkan diseluruh dunia begitu sibuk dalam penyambutan lebaran. Pastinya kesibukan utama yaitu membuat kue dan hidangan dihari raya untuk dihidangkan kepada sanak family yang datang berkunjung. Dan rumahpun wajib didandani untuk memperindah suasana lebaran. Belum lagi yang pada sibuk belanja baju baru, sepatu baru dan peralatan shalat baru untuk shalat idul fitri. Apalagi yang mau mudik alias pulang kampung, pasti lebih sibuk lagi dengan persiapannya terutama oleh-oleh. Heeemmm, jadi wajarlah kalau lumayan capek untuk penyambutan lebaran, haha. Tapi yang paling penting, jangan lupa membayar zakat fitrah. Karena akan sia-sia puasa kita selama sebulan bila belum membayar zakat. Karena zakat fitrah sama dengan mensucikan diri kita.

Lebaran memang sangat dinantikan. Karena disaat inilah para keluarga saling berkumpul. Baik yang jauh dan yang dekat, saling bersilaturahmi. Meminta maaf dan memberi maaf. Dan bagi anak-anak kecil, berharap dapat salam tempel alias angpao atau THR, haha. Jadi ingat masa kecil dulu, tapi kalau sekarang justru aku yang bagi-bagi THR.
Hari lebaran, memang selalu berkesan dan menimbulkan kebahagiaan ^_^


Kamis, 16 Juli 2015

Ramadhan Segera Berlalu

Tak terasa, bulan Ramadhan yang kita cintai akan segera berlalu. Hari ini hari terakhir berpuasa, hari terakhir bulan Ramadhan di tahun ini. Dan besok tibalah hari kemenangan, hari raya Idul Fitri. Rasanya, begitu cepat bulan Ramdhan berlalu. Padahal seakan baru kemarin kita berpuasa, kita telah tiba di ujung bulan Ramadhan. Bulan yang pebuh berkah dan ampunan, tempat kita untuk memperbanyak amal ibadah karena dilipat gandakan setiap pahala. Ada diantara kita yang benar-benar menjalankan ibadah dengan sepenuh hati, ada yang sekedarnya saja, ada yang bermalas-malasan dan ada juga yang tak mnegerjakan dan taka perduli sama sekali.

Coba kembali kita renungkan, sudahkah kita menjalani bulan puasa ini dengan sepenuh hati, dengan benar dan semata-mata karena mengharap ridha Allah?. Sudahkah kita menjalani puasa dengan penuh keikhlasan dan sabar tanpa keluh kesah, sudahkah kita tingkatkan keimanan kita, apakah kita sudah shalat 5 waktu dengan tepat waktu, banyakkah shalat sunnah yang kita kerjakan seperti shalat Tahajud  dan terutama shalat Tarawih yang hanya setahun sekali dan hanya ada dibulan Ramadhan, sudah kah kita banyak membaca Al-Qur'an dan mengkhatamkannya selama Ramadhan, banyakkah kita berdzikir dan bershalawat, rajinkah kita bersedekah dan yang paling gampang yaitu memberikan makanan untuk orang yang berbuka karena banyak pahalanya, dan sudahkah kita memperbaiki diri dan semakin baik lagi dan lebih baik dari Ramadhan kemarin, dan masih banyak renungan lainnya yang kita perlu renungkan.
Dan aku sendiri merasa diriku di Ramadhan tahun ini sedikit lebih buruk dari Ramadhan kemarin. Karena ibadahku tak terlalu banyak, dan banyak hal lain yang aku rasa memang tidak baik dan aku begitu merasa malu dan bersalah kepada Allah.

Bulan Ramadhan segera berlalu, begitu banyak hal menarik dan hal yang tak dijumpai dibulan lainnya dan hanya kita temui dibulan Ramdhan dan pasti sangat kita rindukan. Seperti shalat Tarawih, kita pasti rindu shalat Tarawih berjema'ah ke masjid. Para penjual aneka makanan berbuka puasa disepanjang jalan, acara-acara televisi yang bertema Ramadhan, Suara orang-orang yang membangunkan sahur baik dari masjid-masjid atau warga yang berkeliling. Bangun pagi untuk sahur walau setelah Ramadhan kita masih bisa menjumpai puasa sunnah lainnya, apalagi puasa sunnah di bulan syawal yang biasa dikerjakan mulai tanngal 2 syawal sampai akhir bulan syawal dan ada puasa sunnah lainnya, tapi tetap beda rasanya sahur dibulan Ramadhan dengan sahur puasa sunnah. Rindu suasana menjelang berbuka apalagi bila berkumpul dengan keluarga atau teman-teman dan orang-orang tercinta, dan banyak lagi moment atau suasana yang bakal kita rindukan saat bulan Ramadhan telah berlalu.

Tapi ada juga hal-hal yang kurang baik tapi banyak sekali dilakukan oleh orang-orang dibulan puasa. Bahkan sudah menjadi tradisi dan kebiasaan yang seperti tak bisa ditinggalkan. Seperti bermain meriam bambu, petasan/mercon/kembang api, dan asmara subuh. kegiatan-kegiatan itu sungguh tidak baik, mengganggu dan merusak keindahan dan kedaiman juga kesucian bulan Ramadhan.
Jelas-jelas bermain meriam bambu dan petasan mengganggu ketenangan juga pemborosan. Apalagi banyak orang-orang yang bermain meriam bambu dan petasan saat setelah berbuka puasa. Seharusnya kita menyiapkan diri untuk shalat tarawih, eh malah bermain. Bahkan kadang orang dewasa juga ikut bermain, bukan anak-anak saja. Padahal orang dewasa seharusnya yang menasehati, bukan malah ikut bermain. Apalagi saat orang-orang khusuk menjalankan shalat tarawih, eh malah dikejutkan dengan suaran meriam bambu dan petasan. Juga ada yang iseng melempar petasan kepada orang yang sedang berjalan apalagi orang tua sehingga mereka jadi terkejut. Sungguh berbuatan itu sangat menggangu dan berdosa. Harusnya bulan puasa kita banyak beribadah, bukannya bermain yang jelas menggangu orang lain terutama menggangu urusan ibadah dan mendatangkan dosa dan juga pemborosan karena uang terbuang untuk beli petasan. Dari pada beli petasan, lebih baik uangnya disedekahkan atau dibelikan makanan dan dibagikan kepada saudara kita yang kurang mampu, agar mereka bisa sahur dan berbuka dengan makanan yang sehat dan bergizi.
Kemudian kegiatan asamara subuh, kegiatan yang sudah sejak lama ada dan seperti menjadi tradisi yang begitu melekat. Menurut sejarah, asmara subuh dulunya merupakan kegiatan positif yaitu kegiatan yang dilakukan para pemuda untuk membaur dialam sambil belajar. Namun dengan perubahan zaman, tradisi asmara subuh pun menjadi berubah negatif. Asmara subuh jadi ajang untuk kumpul-kumpul para pemuda dan pemudi dengan alasan mencari teman sambil olah raga dan lain-lain. Tapi yang paling parahnya, justru banyak yang melakukan perbuatan maksiat disana. Seperti berpacaran bahkan melakukan perbuatan mesum. Belum lagi geng motor, kebut-kebutan yang menggangu pengguna jalan lainnya, dan banyak lagi kegiatan negatif lainnya yang sangat meresahkan dan bahkan jauh dari nilai ibadah. Dan sudah sepatutnya orang tua agar lebih ketak dalam mengawasi anak-anak mereka terutama yang remaja. Agar tidak ikutan melakukan asmara subuh atau main meriam bambu dan petasan yang menggangu dan meresahkan warga.

Bulan Ramadhan segera berlalu. Pasti hati kita sangat rindu dengan semua suasana dan keberkahan bulan Ramadhan. Semoga amal ibadah puasa kita diterima Allah, menjadi berlkah dan kebaikan untuk kita, semoga kita bisa menjadi lebih baik lagi dari Ramdhan kemarin dan semoga Allah masih memberi kesempatan untuk kita bertemu dengan bulan Ramadhan tahun depan. Dan semoga bagi kita yang menjalan ibdah dengan sepenuh hati bisa mempertahankan dan lebih baik lagi di Ramadhan tahun depan. Dan bagi kita yang ibadahnya masih kurang mantap, bolong-bolong, malas-malasan dan bahkan cuek dan ga mau ibadah, semoga Allah membuka hati kita agar selalu bisa menerima hidayah-Nya agara kita bisa memperbaiki diri dan beribadah dengan sepenuh hati di Ramdhan tahun depan. Aamiin ya Allah.

Liburan

Sebenarnya bisa dibilang agak sedikit terlambat tapi juga belum terlambat untuk membahas topik yang satu ini yaitu liburan. Liburan memang sudah dimulai dari bulan lalu khususnya untuk anak sekolahan dan kuliahan. Apalagi setelah ujian semester dan kenaikan kelas, para mahasiswa dan siswa dari jenjang kuliah dan sekolah, menikmati masa liburan. Ditambah lagi bertepatan dengan datangnya bulan suci Ramadhan, maka semakin bertambah lah masa liburannya.
Tapi tetap saja, bagi ku jatah liburannya sedikit. Padahal aku bekerja disekolah, tapi berhubung aku pertugas Tata Usaha dan ditambah lagi penerimaan siswa baru, jadi semakin bertambah tugas dan berkurang liburan.
Ada sebagian sekolah yang meliburkan siswa secara total sampai sehabis lebaran, ada yang tetap masuk sampai menjelang lebaran dan ada juga sebagian sekolah yang tetap masuk selama seminggu dibulan puasa untuk melakukan kegiatan Tadarusan/membaca Al-Qur'an. Termasuk disekolah tempatku bekerja dan sekolah-sekolah yang ada disekolah ku.
Tapi dasar anak sekolah, disuruh beribadah pada malas datang dan cuma beberapa siswa saja yang datang. Alasannya karena puasa dan cuaca panas, jadi malas ke sekolah. Padahal disekolah cuma sebentar saja, cuma tadarusan lalu pulang.

Liburan yang bertepatan dengan puasa memang kurang enak untuk jalan-jalan. Karena badan lemas karena puasa ditambah lagi cuaca panas, jadi makin lemas dan malas. Jadi, liburannya lebih baik dirumah saja. Dan memperbanyak ibadah karena dibulan Ramadhan dianjurkan memperbanyak ibadah dan pahalanya juga dilipat gandakan. Apalagi kalau ikutan pesantren kilat bagi anak-anak sekolah, akan lebih bagus lagi karena semakn mendekatkan diri kepada Allah dan memang kegiatan itu sangat baik untuk mengisi waktu liburan.

Minggu, 05 Juli 2015

Shalat Sunnah Tarawih

Bulan Ramadhan memang bulan yang paling istimewa. Karena begitu banyaknya berkah dan kebaikan yang kita dapat dibulan ini, juga pahala yang berlipat ganda disetiap ibadah yang kita lakukan, juga hal-hal istimewa lainnya yang tidak kita dapat dibulan lainnya.
Diantaranya adalah shalat sunnah Tarawaih. Shalat sunnah ini dilakukan hanya pada malam bulan Ramadhan dan tidak kita jumpai di bulan-bulan lainnya. Dan Rasulullah menganjurkan umatnya untuk melaksanakan shalat sunnah ini. Dan di zaman Rasulullah, Rasulullah sempat beberapa kali melakukan shalat sunnah tarawih berjema'ah di masjid namun kemudian beliau melaksanakan sendiri dirumah. Karena takutnya umatnya akan menjadikaan shalat sunnah ini menjadi wajib. Kemudian shalat sunnah tarawih pun dilakukan sendiri-sendiri di rumah. Hingga pada zaman kepemimpinan sahabat yaitu Umar bin Khattab, menganjurkan untuk melaksanakan shalat sunnah tarawih berjama'ah di masjid.
Memang kalau kita lihat, saat malam bulan Ramadhan masjid-masjid dipenuhi oleh jema'ah shalat tarawih. Namun saat shalat wajib seperti dari shalat subuh sampai maghrib ( kalau shalat isya pasti ramai karena setelah isya lanjut tarawih ) masjid sepi jema'ah. Jadi seakan-akan shalat sunnah tarawih lebih penting dari shalat wajib. Memang menjalankan semua amal ibadah dari yang wajib sampai yang sunnah itu harus dilaksanakan sebagai bukti cinta kita pada Allah, Tapi harus tetap mengutamakan yang wajib dulu kemudian sunnah. Jadi harusnya kalau saat shalat sunnah tarawih para jema'ah rajin ke masjid, harusnya saat shalat wajib harus lebih rajin lagi dan masjidnya harus lebih ramai dan dipenuhi jama'ah.

Berikut ini sedikit sejarah tentang shalat tarawih yang aku kutip dari situs https://bukupesantren.wordpress.com/2012/12/22/hukum-dan-sejarah-shalat-tarawih/

          Hukum dan Sejarah Shalat Tarawih


Mayoritas ulama dari berbagai madzhab fikih sepakat bahwa hukum shalat Tarawih adalah sunah. Bahkan terdapat beerapa ulama yang mengategorikan hukum shalat Tarawih adalah sunah muakkad. Hal ini terkait dengan waktu pelaksanaan shalat Tarawih hanya di bulan Ramadan, yakni bulan diyakini penuh maghfiroh (ampunan), bulan yang dikhususkan untuk beribadah lebih dari ibadah di bulan selain Ramadan. Banyak sekali ditemui dalil-dalil al-Qur’an, begitu juga puluhan teks hadis yang membahas tentang keutamaan ibadah di bulan Ramadan, baik itu ibadah mahdah seperti shalat, zakat, membaca al-Qur’an, umrah, atau ibadah-ibadah ghairu mahdah seperti halnya sadaqah, tolong-menolong, berkata baik dan ibadah-ibadah sosial lainnya.
Terkait dengan shalat Tarawih, meskipun dihukumi sunah, namun terjadi silang pendapat di antara para ulama dalam hal jumlah rakaatnya. Ada yang berpendapat 11 rakaat ditambah witir 3 rakaat, ada yang 20 rakaat ditambah 3 rakaat witir, ada yang 36 rakaat ditambah witir 3 rakaat, bahkan ada yang lebih. Tidak jarang perbedaan itu menjadi pemicu terjadinya perselisihan di antara umat, ada yang merasa pendapat diyakininya adalah yang paling benar, sedangkan pendapat  lainnya salah.
Terjadinya perbedaan pendapat di antara para ulama terkait jumlah shalat Tarawih tidak bisa dilepaskan dari perbedaan persepsi dalam menafsirkan hadis yang dijadikan acuan disyariatkannya shalat Tarawih. Sebab tidak terdapat ayat al-Qur’an ataupun teks hadis yang secara eksplisit menyebutkan batasan rakaat shalat Tarawih, sehingga hal ini berpotensi memunculkan beragam pemahaman maupun penafsiran dari teks itu, sebab permasalahan jumlah rakaat Tarawih ini berada dalam wilayah ijtihadi.
Dalam tulisan ini, penulis berusaha menyajikan beragam pendapat seputar permasalahan shalat taraweh dari berbagai madzhab khususnya madzahibul arba’ah. Disamping juga penelusuran akar perbedaan istimbatul ahkam dan penafsiran ayat al-Qur’an maupun hadis yang dijadikan rujukan tentang shalat Tarawih. Sehingga akan tampak pendapat mana yang lebih kuat dan lebih bisa diterima.
Hukum Shalat Tarawih
Shalat Tarawih merupakan salah satu syi’ar Islam di bulan Ramadlan yang penuh keutamaan disisi Allah swt  Shalat Tarawih termasuk bagian dari qiyamu Ramadhan, yakni shalat sunah yang dilakukan setelah shalat Isya’ dan sebelum shalat witir selama bulan Ramadhan. Hukum melaksanakan shalat tarawih adalah sunah bagi kaum laki-laki dan kaum perempuan.
Hal tersebut di atas dasarkan pada sabda Nabi Saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري ومسلم)
Dari Abi Hurairah ra: sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda; “Barang siapa yang melakukan ibadah (shalat Tarawih) di bulan Ramadlan hanya karena iman dan mengharapkan ridla dari Allah, maka baginya diampuni dosa-dosanya yang telah lewat”. (HR. Bukhari dan Muslim).[1]
Dan sabda Nabi Saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ فِيهِ بِعَزِيمَةٍ فَيَقُولُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه مسلم)
“Dari Abi Hurairah ra: Rasulullah SAW menggemarkan shalat pada bulan Ramadlan dengan anjuran yang tidak keras. Beliau berkata: “Barang siapa yang melakukan ibadah (shalat Tarawih) di bulan Ramadlan hanya karena iman dan mengharapkan ridla dari Allah, maka baginya di ampuni dosa-dosanya yang telah lewat”. (HR: Muslim).
Maksud kata قَامَ رَمَضَانَ  dalam hadis di atas adalah menunaikan ibadah untuk menghidupkan malam bulan Ramadlan dengan cara melaksanakan shalat Tarawih, dzikir, membaca al-Qur’an, bersodaqah, dan ibadah sunnah lainnya sebagaimana yang dianjurkan Nabi saw. Dan orang-orang yang melakukannya dengan didasari iman dan mengharapkan keridlo’an Allah swt, maka Allah swt akan mengampuni dosa-dosa kecilnya yang telah lewat.
Sejarah Shalat Tarawih
Pertama kali shalat tarawih ini dikerjakan Nabi saw pada tanggal 23 Ramadlan tahun kedua hijriyyah. Pada masa itu beliau Nabi saw mengerjakan shalat Tarawih tidak di masjid terus menerus, kadang di masjid, kadang di rumah. Sebagaimana dalam Hadis:
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ (رواه البخاري ومسلم)
“Dari ‘Aisyah Ummil Mu’minin ra: sesungguhnya Rasulullah SAW pada suatu malam hari shalat di masjid, lalu banyak orang sholat mengikuti beliau, pada hari berikutnya beliau sholat dan pengikut semakin banyak. Kemudian pada hari ketiga dan keempat orang-orang banyak berkumpul menunggu Nabi saw, namun Nabi saw tidak datang ke masjid lagi. Pada pagi harinya Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya aku lihat apa yang kalian perbuat tadi malam. namun aku tidak datang ke masjid karena aku takut kalau shalat ini diwajibkan pada kalian”. Siti ‘Aisyah berkata: “hal itu terjadi pada bulan Ramadlan”. (HR. Bukhari dan Muslim).[2]

Hadist ini menerangkan bahwa Nabi saw suatu hari melaksanakan shalat tarawih, pada malam hari yang kedua beliau datang lagi mengerjakan shalat dan pengikutnya tambah banyak. Pada malam yang ketiga dan keempat Nabi saw tidak datang ke masjid, dengan alasan bahwa Nabi saw takut shalat Tarawih akan diwajibkan Allah, karena pengikutnya sangat antusias dan bertambah banyak, Nabi saw berfikir bahwa Allah sewaktu-waktu akan menurunkan wahyu mewajibkan shalat tarawih kepada umatnya, karena orang-orang muslimin sangat suka mengerjakannya. Jika hal ini terjadi tentulah akan menjadi berat bagi umatnya. Atau akan memberikan dugaan kepada umatnya, bahwa shalat Tarawih telah diwajibkan, karena shalat Tarawih adalah perbuatan baik yang selalu dikerjakan beliau Nabi saw, sehingga umatnya akan menduga shalat Tarawih adalah wajib.
Adapun rakaat Tarawih yang dilakukan pada waktu Nabi saw masih hidup masih dipertentangkan para ulama. Ada yang mengatakan 11 rakaat dan ada yang 23 rakaat, ada yang 39 rakaat bahkan ada yang mengatakan tidak terbatas.
Dalil salat Tarawih dengan 11 rakaat adalah hadis riwayat Aisyah ra:
مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ فِى غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَ
“Rasulullah saw tidak pernah menambah jumlah raka’at dalam shalat malam di bulan Ramadhan dan tidak pula dalam shalat lainnya lebih dari 11 raka’at.” (HR. Bukhari)[3]
Adapun dalil Tarawih dengan 23 rakaat adalah hadis:
روي ابن شيبة في مسنده قال: حدثنا يزيد حدثنا ابراهيم ابن عثمان عن الحكم عن مقسم عن ابن عباس: أنَ رسول لله صلَى الله عليه و سلَم كا ن يصلَى فى رمضان عشرين ركعة.
Diriwayatkan dari ibnu syaibah dalam kitab musnadnya, dia berkata: diceritakan dari yazid, dari Ustman, dari Hakam, dari Ibnu Abbas: Rasulullah shalat di bulan Ramadhan (Tarawih) dengan 20 rakaat.[4]
Pada hadis di atas dapat ditarik kesimpulan:
1)      Nabi melaksanakan shalat Tarawih berjama’ah di Masjid hanya dua malam. Dan beliau tidak hadir melaksanakan shalat tarawih bersama-sama di masjid karena takut atau khawatir shalat tarawih akan diwajibkan kepada ummatnya.
2)      Shalat tarawih hukumnya adalah sunnah, karena sangat digemari oleh Nabi saw dan beliau mengajak orang-orang untuk mengerjakannya.
3)      Dalam hadis di atas tidak ada penyebutan bilangan raka’at dan ketentuan raka’at shalat Tarawih secara rinci.
4)      Nabi saw tidak membatasi rakaat shalat tarawih
Shalat Tarawih pada Masa Umar Ra.
Sebelum masa Umar ibn Khattab shalat Tarawih dikejakan secara sendiri-sendiri, tidak dilakukan secara berjamaah. Baru setelah masa Umar ibn Khattab Tarawih dilakukan secara berjamaah. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abdurrahman ibn Abd al-Qari’.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ (رواه البخاري)
“Dari Abdirrahman bin Abdi al-Qori’ beliau berkata; “Saya keluar bersama Sayidina Umar bin Khatthab ra ke Masjid pada bulan Ramadlan. (didapati dalam masjid tersebut) orang yang shalat Tarawih berbeda-beda. Ada yang shalat sendiri-sendiri dan ada juga yang shalat berjama’ah”. Lalu Sayidina Umar berkata: “Saya punya pendapat andai kata mereka aku kumpulkan dalam jama’ah satu imam, niscaya itu lebih bagus”. Lalu beliau mengumpulkan kepada mereka dengan seorang imam, yakni sahabat Ubay ibn Ka’ab. Kemudian satu malam berikutnya, kami datang lagi ke masjid. Orang-orang sudah melaksanakan sholat tarawih dengan berjama’ah di belakang satu imam. Umar berkata: “sebaik-baiknya bid’ah adalah ini (shalat tarawih dengan berjama’ah)”. (HR: Bukhari).[5]
Dari hadis di atas dipahami bahwa pertama kali orang yang mengumpulkan para sahabat untuk melaksanakan Tarawih dengan cara berjama’ah adalah sahabat Umar ra. Memperhatikan perkataan Umar ibn khattab “sebaik-baik bid’ah adalah ini (shalat Tarawih dengan berjamaah)” menunjukkan bahwa semasa Nabi saw belum pernah dilakukan shalat Tarawih dengan berjamaah.
Adapun jama’ah shalat Tarawih pada waktu itu dilakukan dengan 20 raka’at. Sebagaimana keterangan:
عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ , قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِي زَمَنِ عُمَرَرضي الله عنه فِي رَمَضَانَ بِثَلاَثٍ وَعِشْرِينَ رَكْعَةً (رواه مالك)
“Dari Yazid bin Ruman telah berkata: “Umat manusia senantiasa melaksanakan shalat (tarawih) pada masa Umar ra di bulan Ramadlan sebanyak 23 rokaat“. (HR. Malik)[6]
Tarawih dalam Perspektif Fikih
Imam As Sarkhasi al-Hanafi (w. 483) berkata, “Bilangan rakaat Tarawih adalah 20 rakaat selain witir. Menurut Imam Malik, sunnah Tarawih adalah 36 rakaat.  Ada yang mengatakan, bahwa barangsiapa yang hendak mengikuti pendapat Malik, sebaiknya dia melakukan apa yang dikatakan Imam Abu Hanifah, dia shalat 20 rakaat sebagaimana sunahnya. Adapun rakaat sisanya, dia kerjakan sendiri, setiap empat rakaat dua kali salam. Ini adalah madzhab kami.[7]
Imam Ibnu Rusyd al-Maliki (w. 595 H) berkata, “Mereka berselisih pendapat dalam masalah bilangan rakaat shalat Tarawih pada bulan Ramadhan. Malik memilih dalam salah satu pendapatnya, Abu Hanifah, Syafi’i, Ahmad, dan Dawud (Azh Zhahiri), bahwa bilangannya adalah 20 rakaat di luar witir. Adapun Ibnu Qasim mengatakan bahwa Imam Malik berpendapat raakaat tarawih adalah 36, dan witirnya 3 rakaat.”[8]
Imam Abu Bakr al Hishni asy-Syafi’i (w. 829 H) berkata, “Adapun shalat tarawih, maka tidak diragukan lagi kesunahannya. Bukan hanya seorang yang mengatakan bahwa ini adalah ijma’. Ketika menjadi khalifah, Umar ra melihat orang orang shalat malam di masjid sendiri sendiri, dua orang dua orang, dan tiga orang tiga orang. Maka Umar mengumpulkan mereka dalam satu jamaah dengan diimami oleh Ubay bin Ka’ab ra, dengan 20 rakaat. Para sahabat sepakat dengan apa yang dilakukan Umar. Shalat  ini dinamakan Tarawih karena mereka istirahat setiap dua kali salam, membaca niat setiap dua rakaat Tarawih atau qiyam Ramadhan
Imam Ibnu Qudamah al-Hambali (w. 620 H) berkata, “Qiyam pada bulan Ramadhan itu 20 rakaat, yakni shalat tarawih. Hukumnya sunah muakadah. Yang pertama kali menyunahkannya adalah Rasulullah saw.Pendapat yang dipilih Abu Abdillah (Imam Ahmad) dalam hal ini adalah 20 rakaat. Pendapat ini pula yang dikatakan Ats-Tsauri, Abu Hanifah, dan Asy-Syafi’i. Sedangkan Imam Malik memilih 36 rakaat.” [9]
Wahbah Zuhaili berpendapat bahwa rahasia dibalik kemasyhuran dilakukannya tarawih dengan 23 rakaat di kalangan para sahabat, adalah bahwa shalat sunah rawatib berjumlah 10 rakaat, maka dilipatgandakan dua kali dalam bulan Ramadhan. Karena Ramadhan adalah waktu untuk serius dalam beribadah. Dan pendapat ini adalah ijma para ulama.[10]
Dalam kitab Mashabih al-Tarawih, Imam al-Suyuti mengatakan bahwa para ulama berbeda pendapat terkait rakaat shalat Tarawih. Jika Nabi telah menetapkan jumlah rakaat shalat Tarawih maka tidak akan terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama.[11] Pendapat ini mengarahkan bahwa pada dasarnya rakaat shalat Tarawih tidak dibatasi, sehingga umat Islam diberi kebebasan menjalankan shalat Tarawih dengan rakaat tidak terbatas.
Menurut Ibnu Rusyd, bahwa perbedaan pendapat di atas didasarkan atas perbedaan pijakan nash hadis (atsar). pendapat yang memilih 23 rakaat didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Ibnu Ruman, yang mengatakan bahwa pada waktu Umar ibn Khattab umat manusia melaksanakan tarawih dengan 23 rakaat. Sedangkan yang berpendapat 36 rakaat didasarkan oleh hadis Abi Syaibah dari riwayat Dawud ibn Qais, bahwa beliau mengatakan orang-orang Madinah di zaman Umar ibn Abdul Aziz dan Aban ibn Ustman shalat taraweh sebanyak 36 rakaat dan witir 3 rakaat. Menurut Ibnu Qasim pendapat terakhir inilah yang pendapat terdahulu.[12] Begitu juga pendapat yang mengatakan rakaat shalat Tarawih tidak dibatasi, hal karena tidak ada nash hadis yang secara eksplisit menjelaskan jumlah rakaat Tarawih.
Analisa
Dari beberapa pendapat tentang jumlah rakaat tarawih yang berbeda-beda, yakni ada yang berpndapat shalat tarawih tidak boleh lebih dari 11 rakaat didasarkan hadis Aisyah, ada yang 23 rakaat yang didasarkan hadis Ibnu Ruman dan ada yang 39 rakaat didasarkan kebiasaan pada zaman Umar ibn Abdul Aziz. Penulis lebih sepakat kepada pendapat yang 23 rakaat (20 rakaat tarawih dan 3 witir).
Argumen penulis adalah, bahwa hadis yang dijadikan hujah oleh pendukung 11 rakaat, yakni hadis Aisyah yang berbunyi:
مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ فِى غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَة
“Rasulullah saw tidak pernah menambah jumlah raka’at dalam shalat malam di bulan Ramadhan dan tidak pula dalam shalat lainnya lebih dari 11 raka’at.”
Adalah hadis untuk dalil shalat witir yang maksimal adalah 11 rakaat, bukan shalat tarawih sebagaimana yang dipahami. Karena kata يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ فِى غَيْرِهِ tidak spesifik menjelaskan tentang shalat tarawih.
Sedangkan pendapat yang mengatakan rakaat Tarawih sebanyak 39 rakaat (36 rakaat untuk Tarawih, dan 3 rakaat untuk witir), hanya berlaku di zaman Umar ibn Abdul Aziz saja, dan tidak pernah dilakukan oleh para sahabat.
Adapun pendapat rakaat Tarawih adalah 23 rakaat (20 rakaat untuk Tarawih, dan 3 rakaat untu witir), didasarkan Ijma’ ulama dari berbagai madzhab. Pada waktu Umar ibn Khattab ra, melaksanakan shalat Tarawih dengan 23 rakaat, tidak ada satupun sahabat yang menentangnya. Di samping itu, Umar ra, sebagai salah satu sahabat Nabi saw yang terpilih tidak mungkin akan menyalahi apa yang diajarkan Nabi saw. Dan hujjah-hujjaahnya selayaknya diikuti. Hal ini didasarkan hadis Nabi saw:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ  قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَعَلَ الْحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ وَقَلْبِهِ (رواه الترمذي)
“Sesungguhnya Allah telah menjadikan kebenaran melalui lisan dan hati umar”. (HR. Turmudzi).
Dan Hadis Nabi SAW:
وَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ مِنْ بَعْدِي عُضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ (أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ وَابْنُ مَاجَهْ وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ وَقَالَ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ)
“Dan sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda: “maka ikutilah sunahku dan sunah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk setelah aku meninggal, maka berpegang teguhlah padanya dengan erat”.
Dan Hadis Nabi saw:
عَنْ حُذَيْفَةُ هُوَ الَّذِي يَرْوِي عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِقْتَدُوا بِاَللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ ( أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَسَنٌ)
“Dari Hudzaifah ra ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda; “ikutilah dua orang setelahku, yakni Abu Bakar dan ‘Umar”. (HR. Turmudzi).
Penutup
            Dari uraian di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa hukum shalat Tarawih adalah sunah muakkad, hal ini karena Nabi saw gemar melakukannya. Pada prinsipnya Nabi Muhammad saw tidak pernah membatasi jumlah rakaatnya, sehingga terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang jumlah rakaat tarawih. Maka para ulama ada yang berpendapat 11 rakaat, 23 dan 39 rakaat, bahkan ada pendapat yang tidak mmbatasi jumlah rakaat shalat Trawih.
Selain itu, Nabi tidak memerintahkan shalat tarawih berjamaah. Adapun shalat tarawih berjamaah pertama kali dilakukan oleh sahabat Umar ibn Khattab ra. dan hal ini termasuk inovasi dalam urusan ibadah yang sah untuk diikuti.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdillah Muhammadibn Ismail a-Bukhari. tt. Al-Jami’us Shahih Juz I.  Kairo: Al-Mathba’ah Al-Salafiyah.
Abd al-Qadir Syibat al-Hamd.  2008. Al-Jami’u al-Shahih lil Bukhari min Riwayati Abi Dzar al-Harawi Juz I. Riyadh: Maktabah Al-Mulk.
Abu Hafs Umar ibn Badr al-Mushili. 1995. Al-Jam’u baina al-Shahihain, Bab Qiyamu Syahri Ramadhan Juz I. Beirut: al-Maktab al-Islami.
Al-Imam Al-Suyuti. 1986. Al-Mashabih fi Shalat al-Tarawih. Oman: Dar Al-Qubs.
Ibnu Rusyid. 1995. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid. Kairo: Dar al-Salam.
Malik ibn Anas. 1984. Al-Muwatta’. Dar al-Kutub Al-Ilmiyah.
Qudamah, Ibnu.  1994. .Al-Mughni. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah
Samsuddin Al-Syarkhasyi. tt.  Al-Mabsuth. Beirut: Dar Al-Ma’rifah.
Wahbah Zuhaili.  1985. Fiqhul Islami wa Adillatuhu. Beirut: Dar al-Fikr.
[1] Abu Abdillah Muhammadibn Ismail a-Bukhari, Al-Jami’us Shahih, (Kairo: Al-Mathba’ah Al-Salafiyah, tt),juz I, hal. 60. Lihat juga, Abd al-Qadir Syibat al-Hamdi, Al-Jami’u al-Shahih lil Bukhari min Riwayati Abi Dzar al-Harawi, (Riyadh: Maktabah Al-Mulk, 2008), juz I, 525.
[2] Lihat riwayat Bukhari Muslim dalam: Abu Hafs Umar ibn Badr al-Mushili, Al-Jam’u baina al-Shahihain, Bab Qiyamu Syahri Ramadhan, (Beirut: al-Maktab al-Islami, 1995) juz I,  457.
[3] Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail a-Bukhari, Al-Jami’us Shahih, (Kairo: Al-Mathba’ah Al-Salafiyah, tt),juz I, 61.
[4] Al-Imam Al-Suyuti, Al-Mashabih fi Shalat al-Tarawih, (Oman: Dar Al-Qubs,1986), 12.
[5] Abu Abdillah Muhammadibn Ismail a-Bukhari, Al-Jami’us Shahih, (Kairo: Al-Mathba’ah Al-Salafiyah, tt),juz I, 60.
[6] Malik ibn Anas, Al-Muwatta’, (Dar al-Kutub Al-Ilmiyah,1984), 59.
[7] Samsuddin Al-Syarkhasyi, Al-Mabsuth, (Beirut: Dar Al-Ma’rifah, tt), 144.
[8] Ibnu Rusyid, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid,(Kairo: Dar al-Salam, 1995), juz I, 473.
[9] Ibnu Qudamah, Al-Mughni, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1994), 108-109.
[10] Wahbah Zuhaili, Fiqhul Islami wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1985), juz II, 72.
[11]  Al-Imam Al-Suyuti, Al-Mashabih fi Shalat al-Tarawih, (Oman: Dar Al-Qubs,1986), 30
[12] Ibnu Rusyid, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid,(Kairo: Dar al-Salam, 1995), juz I, 473. Alasan perbedaan pendapat juga bisa di baca pada: Al-Imam Al-Suyuti, Al-Mashabih fi Shalat al-Tarawih, (Oman: Dar Al-Qubs,1986), 12

Marhaban Ya Ramadhan

Assalamualaykum ^_^

Sudah lama aku ga coret-coret di blog nih, hehe. Padahal banyak banget postingan yang ingin aku bagikan. Apalagi semua hal seputar Ramadahan. Tapi entah kenapa, kok males banget nulis. Walaupun efek puasa sedikit bikin lemes, hehe. Tapi seharusnya beerpuasa ga jadi halangan untuk beraktivitas. Memang dibulan puasa kali ini cuaca panas banget. Ditambah lagi masuk kerja tiap hari, haduh, makin lemes. Dan kondisi tubuhku juga sempat ngedrop. Mulai dari demam, pusing, pilek/flu, batuk, tekanan darah turun dan magg plus asam lambung juga ikutan kambuh. Tapi tetap aku paksain puasa, walau emak ku udah ngelarang karena kondisiku yang ga sehat. Dan memang orang sakit tidak dianjurkan berpuasa dan boleh diganti dibulan lainnya. Tapi Alhamdulillah, puasanya tetap tahan sampai berbuka dan kondisi tubuh sudah mulai membaik.
Dan karena kondisi tubuh yang kurang baik, aku jadi banyak absen shalat tarawihnya. Walaupun boleh shalat tarawih dirumah. Tapi kalau shalat tarawih dirumah agak malas, ditambah lagi kurang sehat, jadi makin malas, parah ya, hehe.

Padahal aku berharap di Ramadhan kali ini, aku bisa lebih baik lagi. Lebih banyak ibadah dan mendekatkan diri pada Allah. Tapi karena badan kurang sehat. Ibadahnya agak sedikit terganggu. Dan ini menjadi pelajaran untuk ku, agar lebih menjaga kesehatan. Dan semoga amal ibadah puasaku, orang tua ku, keluarga ku, saudara ku, teman-teman ku dan semua umat muslim diseluruh dunia diterima Allah, mendapat balasan dan menjadi berkah dan kebaikan untuk kita semua, Aamiin ya Allah.