Pipit Kecil melihat keatas dahan sana. Tempat dimana mereka berdua sedang bertengger. Ya, Cendrawasih yang indah bersama pasangannya. "Mereka memang pasangan yang serasi" itulah kata-kata yang terdengar lirih dari bibir Pipit Kecil.
Walau ada perasaaan yang menyayat dihatinya. Tapi ia tak pantas cemburu. Karena siapalah dirinya, ya, dia hanyalah Pipit Kecil. Bahkan Cendrawasih pun tak pernah mengenal dirinya. Jadi tak pantas rasanya jika Pipit Kecil memendam perasaan yang tak baik itu.
Bagaimanapun, Cendrawasih itu terlihat begitu bahagia berdua. Seakan dunia ini bagai surga bagi mereka. Dan senyuman manis yang merekah itu, tak pernah terlepas dari wajah Cendrawasih. Ya, dialah yang bisa membuat Cendrawasih bahagia dan tak pernah merasa kesepian lagi.
Pipit Kecil perlahan-lahan mulai meluapkan perasaannya. Seperti embun pagi yang meluap ketika diterpa sinar mentari. Ya, bagaimanapun dan apapun yang terjadi Pipit Kecil harus tetap tersenyum dan semangat. Dan tetap menyimpan kenagan yang ia buat sendiri tentang Cendrawasih yang indah itu. Dan ia tetap selalu menngagumi Cendrawasih, sebagai sosok indah yang pernah ia sukai walau tak kan pernah ia miliki.
Kini Pipit Kecil mencoba merentangkan sayapnya. Terbang tinggi kelangit biru. Menatap alam bebas dan membebaskan hati dan pikirannya. Pipit Kecil yakin, suatu hari ia pasti akan menemukan sosok burung yang baik hati walau tak seperti Cendrawasih yang indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar